Etika Lingkungan Hidup: Sudut Pandang Alkitab (Kristen) Part 1

Etika Lingkungan Hidup: Sudut Pandang Alkitab (Kristen) Part 1
Pikirkan data ilmiah berikut ini mengenai lingkungan kita. Setiap tahun hutan tropis seluas Skotlandia dihancurkan di planet yang bernama Bumi. Negara India saja telah kehilangan 85 persen dari hutan hutannya yang semula. Hampir separo dari seluruh hutan di Negara Negara yang sedang berkembang telah ditebang pada abad ini.
Penebangan hutan merupakan penyebab utama dari punahnya spesies tumbuhan dan hewan besar besaran saat ini. Mengacu pada penebangan hutan, sebanyak 1 juta spesies tumbuhan dan hewan dapat menjadi punah di akhir abad ini. Penggunaan zat fluorine dan karbon menghabiskan lapisan ozon yang penting sekali dan mengancam kesehatan manusia.
Di samping itu, limbah limbah kimia telah masuk ke dalam mata rantai makanan dan ditemukan dalam tubuh manusia. 70 persen dari orang orang di Amerika, dan 90 persen dari anak anak, membawa lebih banyak timah dalam tubuh mereka dari yang dikatakan aman oleh Environment Protection Agency (Agen perlindungan lingkungan). 10.000 orang mati setiap tahunnya karena kena racun pestisida dan 40.000 orang menjadi sakit. Satu per tiga dari sepuluh sampah rumah tangga berasal dari bahan pembungkus makanan. Rata rata orang Amerika membuang 5 pon sampah setiap harinya. Sejak tahun 1960, Amerika Serikat menutup 3500 daerah tempat penimbunan sampah. Pada tahun 1990, separo dari seluruh tempat penimbunan sampah akan ditutup.
Mengingat situasi ekologi yang membahayakan ini, bagaimanakah tanggung jawab etis orang Kristen terhadap lingkungan fisi dimana kita hidup? Apakah implikasi implikasi moral dari polusi yang menghancurkan flora dan fauna? Adakah kewajiban etis untuk menjaga air dan udara agar tetap murni? Jika ada, apakah itu?
Jawaban jawaban untuk pertanyaan pertanyaan ini bermacam macam bergantung pada pandangan seseorang mengenai dunia. Beberapa orang Ateis seperti Ayn Rand memuji kebaikan kebaikan teknologi atas alam dan memperlihatkan sedikit perhatian pada lingkungan alam. Salah satu muridnya, Henry Binswanger, bahkan berbicara dengan terang terangan mengenai “pemerkosaan” lingkungan untuk meningkatkan masyarakat. Berseberangan dengan pandangan humanis adalah pandangan panties yang benar benar memuja alam. Mereka menentang pengeboran minyak lepas pantai, pembangunan bendungan bendungan, pembunuhan hewan untuk diambil bulunya, penggunakan insektisida, dan campur tangan manusia lainnya yang mengganggu lingkungan alam.
Di antara kedua ekstrim yaitu paham materialis yang menghabiskan alam dan paham panties yang memuja muja alam, orang orang Kristen mempercayai penghargaan dan penggunaan sumber sumber alam yang tepat. Pemanfaatan lingkungan fisik kita yang dihargai ini muncul dari konsep Kristen mengenai penciptaan dan kewajiban kita yang ditentukan atas untuk menjadi pengurus yang baik dari apa yang telah diberikan Allah kepada kita.
SATU PANDANGAN MATERIALISTI MENGENAI LINGKUNGAN
Meskipun tidak semua penganut materialis adalah ateis, sebagian besar orang ateis adalah penganut paham materialis. Karena itu, dasar filsafat dari pandangan materialistic mengenai lingkungan muncul dari pandangan dunia seorang ateis atau humanis sekuler. Pandangan seperti itu diungkapkan di dalam Humanist Manifesto (1933). Setelah menyangkap Pencipta dan aspek spiritual yang khusus dalam diri manusia, pandangan ini menegaskan optimism yang tak terbatas dalam kemampuan manusia memecahkan masalahnya sendiri.
“Dengan menggunakan teknologi secara bijak, kita dapat mengontrol lingkungan kita, mengatasi kemiskinan, nyata nyata mengurangi penyakit, memperpanjang jangka hidup kita, secara signifikan mengubah tingkah laku kita, mengubah rangkaian evolusi manusia dan perkembangan budaya, membuka kekuatan kekuatan baru yang sangat banyak dan menyediakan umat manusia dengan kesempatan kesempatan yang tidak ada bandingannya untuk mencapai suatu kehidupan yang berlimpah limpah penuh arti”
Meskipun optimisme humanistic telah berkurang selama generasi terakhir, namun “Deklarasi humanis secular” yang lebih baru mengklaim bahwa “metode ilmu pengetahuan, meskipun tidak sempurna, masih merupakan cara yang sangat dapat diandalkan untuk memahami dunia”, kita mengharapkan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan alam, biologi, social dan perilaku untuk mengetahui alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.
Unsur-unsur dasar dari sikap humanis sekuler mengenai lingkungan dapat diuraikan dengan singkat. Tentu saja, tidak semua penganut humanis akan sepakat dengan setiap butir yang dikemukakan. Tetapi, banyak orang yang tidak mengklaim dirinya penganut filsafat humanis, mereka telah mengadopsi beberapa inti pemikiran filsafat humanis dalam ekonomis atau materialism pragmatis mereka.

PENJELASAN PANDANGAN MATERIALISTIK MENGENAI LINGKUNGAN
Humanism secular mencakup satu pandangan materialistic mengenai alam. Materialism dapat dipahami baik dalam filsafat atau ekonomi, dan keduanya akan dimasukkan dalam pembahasan ini. Secara ekonomi, seringkali menunjuk pada bentuk pemanfaatan dari kapitalisme. Tentu saja, tidak semua penganut humanism memegang pandangan ini, tetapi sekali lagi di sini bahkan banyak penganus deisme dan beberapa penganut theism, bergabung di dalam menegaskan materialism ekonomi, paling tidak dalam praktiknya.

ALAM BEGITU SAJA ADA DI SANA. Salah satu karakteristik dari pandangan dunia penganut materialism adalah bahwa eksistensi alam, dengan seluruh sumber sumbernya, itu dianggap pasti. Secara historis, bagi penganut materialis tradisional ini berarti bahwa dunia gisik itu kekal dan tidak diciptakan. Untuk mendukung ini satu acuan sering dibuat untuk hukum pertama dari termodinamika, yang menyatakan bahwa energy tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Pernyataan ini mengandung makna bahwa jika energy tidak diciptakan, maka tidak ada Pencipta, dan karenanya tidak ada perintah dari atas untuk menggunakannya dalam suatu cara yang khusus.
ENERGI ITU TIDAK TERBATAS. Asumsi lainnya dari pandangan dunia materialistic adalah bahwa energy itu tidak terbatas. Jika energy tidak dapat dihancurkan, maka tidak dapat dirusakkan, dan jika tidak dapat dirusakkan, maka kita tidak akan pernah kehabisan energy. Energy di dalam beberapa bentuknya akan selalu tersedia untuk kita gunakan. Mungkin kita kehabisan bentuk bentuk tertentu, paling tidak untuk sesaat, tetapi kepandaian manusia akan selalu menciptakan bentuk bentuk yang baru untuk mensuplai kebutuhan kebutuhan manusia. Hal ini membawa kepada asumsi yang ketiga.
TEKNOLOGI MANUSIA DAPAT MEMECAHKAN HAMPIR SETIAP MASALAH. Ilmu pengetahuan sebenarnya dapat memecahkan masalah. Apa yang tidak dapat dipecahkan ilmu pengetahuan, dapat dipecahkan oleh pemerintah. Optimisme yang tidak terbatas ini berasal dari pandangan dunia humanis sekuler. Dalam bukunya, The next ten thousand years, Adrian Berry menyatakan, “Tidak ada batasan untuk berkembang dan tidak ada batasan untuk apa yang dapat dikerjakan bangsa bangsa yang sedang berkembang”. Antusiasme yang tidak terbatas dan sama ini untuk keberhasilan ilmu pengetahuan nyata di dalam karya “Six million dollar man” –nya Steve Austin, dalam diri manusia super yaitu Mr Spock dalam film Star Trek, dan dalam novel H G Wells yang lebih dulu terbit, Food of the Gods (1904), dimana dia memproyeksikan penemuan makanan sintetis yang dapat membuat manusia bisa bertumbuh menjadi raksasa.
DUNIA TERUTAMA MENDERITA KARENA MALDISTRIBUSI (DISTRIBUSI YANG TIDAK MERATA). Di dalam menjelaskan mengapa banyak penduduk dunia yang menderita, banyak penganut humanis sekuler yang menunjukkan masalah yang tepat yaitu maldistribusi sumber sumber yang ada. Mereka yakin dunia ini amat kaya dan bahwa redistribusi sumber sumber yang ada dapat memecahkan masalah kebutuhan. Ada banyak yang tersedia untuk semua, jika kita dapat mengambilnya untuk mereka. Sumber sumber dan alat alat produksi tersedia, yang kurang adalah pendistribusian yang tepat.
PENDIDIKAN GLOBAL DAPAT MEMPERBAIKI MALDISTRIBUSI. Penganut humanis sekuler yakin akan tidak terbatasnya kemampuan manusia untuk memecahkan masalah masalah mereka sendiri. “Tidak ada tuhan yang akan menyelamatkan kita, kita harus menyelamatkan diri sendiri”, demikianlah mereka membanggakan diri mereka. Jalan menuju keselamatan adalah melalui pendidikan. John Stuart Mill melangkah terlalu jauh pada saat mengatakan bahwa “segalanya akan diraih jika seluruh penduduk diajar untuk membaca. Bahkan penganut yang kurang optimis menempatkan penekanan yang kuat pada pendidikan umum sebagai sarana untuk mencapai tujuan tujuan humanistic mereka. John Dewey yang menandatangani Humanist Manifesto I, membaktikan dirinya untuk tugas ini.

SATU EVALUASI MENGENAI PANDANGAN MATERIALISTIK
Sebagai satu kerangka untuk satu pandangan ekologi yang memadai, pandangan sekuler tidak cukup istimewa. Pandangan ini dengan kuat tercantum di dalam buku David Ehrenfeld yang baik sekali. The arrogance of humanism (1978). Ehrenfeld mencatat, bahwa “Seluruh bukti ditumpuk di sekitar kita bahwa agama dari humanitas gagal semakin congkak dan tidak masuk akallah pernyataan pernyataan para pendetanya”.
DUNIA ITU TIDAKLAH KEKAL. Penganut materialism seringkali keliru mengutip hukum pertama dari termodinamika. Secara ilmiah hal ini hanyalah merupakan sesuatu yang tidak berdasar untuk mengklaim bahwa energy tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. Tidak ada dasar pengamatan untuk deklarasi semacam itu. Ini bukanlah kesimpulan ilmiah tetapi penegasan metafisik. Lebih akurat dinyatakan sebagai berikut, hukum pertama mengatakan bahwa jumlah energy yang sebenarnya di alam semesta nampak tetap konstan. Maksudnya adalah, kita tidak mengamati setiap energy yang baru ada dan setiap energy tidak ada lagi. Berdasarkan bukti yang ada, ada jumlah energy yang tertentu di dalam kosmos. Jadi hukum pertama tidak membuat pernyataan mengenai asal mula energy di alam semesta tetapi hanya berbicara mengenai kekonstanannya.
Hukum kedua dari termodinamika memang berbicara tentang asal mula alam semesta, karena hukum ini mengatakan kepada kita bahwa jumlah energy yang digunakan di alam semesta itu berkurang. Ini berarti alam semesta kehabisan energy yang dapat dipergunakan. Alam semesta kondisinya menurun. Apabila kondisi alam semesta menurun, maka alam semesta pastilah dalam keadaan tidak sehat. Dengan kata lain, jika alam semesta keadaannya menurun, maka alam semesta itu tidak dapat bersifat kekal. Jadi, alam semesta pastilah telah diciptakan. Dan jika diciptakan, maka masuk akallah untuk melihat adanya Pencipta dari alam semesta. Tentu saja, tepatnya inilah yang dinyatakan Alkitab di dalam ayatnya yang pertama, sebagaimana yang dinyatakan bahwa “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”.
ENERGI ITU TERBATAS. Berlawanan dengan keyakinan materialistic, energy itu terbatas, paling sedikit bukanlah energy yang dapat dipergunakan. Hukum kedua dari termodinamika memberitahu kita mengenai hal itu. Di dalam sistem tertutup yang terisolasi, seperti seluruh alam semesta material menurut definisinya, jumlah energy yang dapat dipergunakan berkurang. Peledakan nuklir mengambil tempat bintang bintang di seluruh alam semesta. Karena itu, pada akhirnya alam semesta akan kehabisan energy. Seluruh energinya yang dapat dipergunakan akann diubah menjadi panas yang tidak dapat dipakai dan alam semesta akan mati. Bahkan lebih cepat dari itu, dunia akan kehabisan logam yang berharga dan bahan bakar fosil kecuali kita bergerak cepat untuk menghematnya. Optimisme yang tidak terbatas mengenai sumber sumber alam kita yang diajarkan oleh pendukung materialis tidak berdasarkan fakta.
TEKNOLOGI TIDAK DAPAT MEMECAHKAN MASALAH MASALAH KITA. Ada banyak alasan mengapa teknologi dan kepandaian manusia tidak dapat memecahkan semua masalah kita. Kita tidak dapat mengetahui dan mengumpulkan sebelumnya semua informasi yang relevan yang harus kita ajukan. Bahkan jika kita sungguh mengetahui semua fakta yang relevan, kita masih tidak dapat membuat deduksi yang tanpa salah dari apa yang kita ketahui. Sebenarnya, David Ehrenfeld menyimpulkan bahwa,
“ Jauh di dalam diri kita, kita tahu bahwa kekuasaan kita itu merupakan suatu kepura puraan. Pengetahuan dan kontrol masa depan kita lemah dan terbatas. Oleh karena itu, hasil ciptaan dan penemuan kita, jika mereka berfungsi semua, di dalam keadaan yang tidak kita harapkan, maka rencana kita menjadi sia sia. Sistem sistem kita menjadi kacau. Singkatnya, bahwa asumsi asumsi humanistic di atas mana masyarakat masyarakat kita didasarkan kandas validitasnya”.
MALDISTRIBUSI BUKANLAH AKAR PERMASALAHAN. Mengklaim bahwa maldistribusi merupakan sumber masalah yang mendasar dari dunia itu kosong dan tautology. Tentu saja ada ketidakseimbangan distribusi. Tidak setiap orang yang membutuhkan sumber sumber yang
Sepatutnya ia terima akan mendapatkannya. Misalnya, jutaan orang kekurangan makanan yang tepat atau sumber sumber energy. Tetapi bukan ini masalahnya, ini adalah akibar dari masalah tersebut. pertanyaannya adalah: apakah penyebab maldistrisbusi ini? Di sini pendukung humanis gagal untuk mengenali keberdosaan manusia sebagai penyebab (Yakobus 4:1-2). Keegoisan dan kerakusan manusia merupakan inti permasalahan, tetapi kelompok humanis sekuler tidak mau mengakui pandangan yang realistis dan Alkitabiah mengenai natur manusia ini.
PENDIDIKAN BUKANLAH SOLUSINYA. Sejarah merupakan kesaksian yang cukup terhadap fakta bahwa keselamatan tidak dapat dicapai melalui pendidikan. Dasar pikiran platonic yaitu, “mereka yang mengetahui kebaikan akan melakukan kebaikan”. Itu berlawanan dengan fakta. Menjadikan seseorang lebih pintar dengan sendirinya tidak menjadikan mereka lebih baik. Sebenarnya, kadang pendidikan hanya membuat mereka lebih lihai di dalam membuat kejahatan. Kejahatan besar yang terdapat dalam sejarah dunia tidak lebih bodoh dari yang biasa. Sebalinya, ada banyak jeniusan kejeniusan yang jahat, termasuk di dalamnya adalah Stalin, Hitler, dan Adoph Eichman.

Tentu saja maksudnya bukanlah bahwa di dalam pendidikan itu tidak ada manfaatnya. Ini hanya menunjukkan bahwa pendidikan bukanlah sarana keselamatan, baik secara moral maupun ekologi. Sama pentingnya dengna mengatasi kebodohan kebodohan krisis krisis ekologi dunia, hal ini tidak akan memecahkan masalah. Sistem ekologi kita tidak akan diubah sampai sistem etika kita diubah. Bagaimanapun juga, manusialah yang menyalahgunakan lingkungan. Karena itu, kita harus mengubah manusia sebelum kita dapat berharap untuk mengubah lingkungan mereka.

0 Response to "Etika Lingkungan Hidup: Sudut Pandang Alkitab (Kristen) Part 1"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label