Etika Lingkungan Hidup: Sudut Pandang Alkitab (Kristen) Part 2
PANDANGAN PANTEISTIK MENGENAI LINGKUNGAN
Materialism berperan di dalam merusakkan lingkungan. Keyakinan yang tidak berdasar bahwa sumber sumber energy tidak terbatas telah membawa kepada penghabisan sumber sumber vital dengan sia sia. Sifat serakah untuk mendapatkan keuntungan benar benar menyebabkan pemerkosaan dari banyak sumber sumber alam. Atas nama teknologi dan perkembangan, lautan kita telah menjadi tandas, tanah kita telah menjadi tempat sampah, dan hutam kita yang subur telah menjadi tanah gersang. Sebagai reaksi terhadap pengrusakan ini, banyak suara telah dinaikkan, dan banyak dari suara ini muncul dari pandangan dunia panteistik. Buku yang dibaca kalangan luas adalah Zen and the art of motorcycle maintenance (1974) merupakan teriakan mula mula menentang teknologi. Sejalan dengan kontra budaya, Greening of America karya Charles Reich (1970) menghubungkan teknologi dengan kapitalisme dan bersikeras bahwa “Masyarakat modern mengadakan perang dengan alam. Suatu pasar yang kompetitif menggunakan alam sebagai suatu komoditas untuk dieksploitasi supaya menghasilkan keuntungan. Teknologi melihat alam sebagai satu unsur untuk ditaklukkan, diatur, dikontrol….”.
PENJELASAN MENGENAI PANDANGAN PANTEISTIK TERHADAP LINGKUNGAN.
Pendekatan panteistik terhadap lingkungan secara khusus adalah anti meterialistik dan karena salah mengerti menjadi anti agama. Karakteristik dari kesalahpahaman dari penganut panties mengenai pandangan Kristen adalah Ian McHarg, yang mengklaim bahwa “cerita penciptaan Alkitab dalam Kejadian pasal 1…bukan hanya tidak dapat menghubungkan kita dengan realita yang ada, tetapi juga mendesak kita untuk menguasai dan menaklukkan alam. Bagian Alkitab itu mendorong insting insting pada diri manusia yang paling eksploitatif dan destruktif. Bukan mendorong insting insting manusia yang kreatif dan menghargai alam. Ada beberapa ciri ciri karakteristik mengenai pandangan panteistik terhadap ekologi. Panteisme adalah keyakinan bahwa Allah adalah semua dan semua adalah Allah. Seperti di dalam kasus agama agama animistic, alam merupakan satu manifestasi dari sacral atau ilahi. Oleh karena itu, para penggemar, yang taat kepada sesuatu, memuja muja alam, karena alam itu ilahi. Ini benar benar Alam dengan huruf besar A. sikap ini ditunjukkan di dalam agama agama animistis yang melihat mana yang sacral atau jiwa di dalam segala sesuatu, termasuk hal hal material. Penduduk asli koyukons dari Alaska, misalnya, yakin bahwa “alam yang sungguh sungguh ada diberkati dengan roh roh dan dengan kekuatan yang didasari secara spiritual”. Karena itu “pengetahuan tentang roh roh ini dianggap mendasar bagi kesuksesan pemungutan sumber sumber alam dan hidup dengan harmonis di dalam komunitas lingkungan”.
ALAM ADALAH ORGANISME HIDUP. Alam tidak hanya merupakan satu manifestasi dari Allah, tetapi alam itu juga hidup. Kekuatan jiwa atas kehidupan yang menembusnya adalah suatu organisme besar yang hidup. Pandangan ini menemukan ungkapan yang popular di dalam seri Star Wars nya, George Lucas dimana Yoda, makhluk yang kecil sekali yaitu pemimpin bernama Zen, menyatakan:
“Sekutuku adalah kekuatan. Dan dia adalah sekutu yang penuh kuasa. Hidup menciptakannya dan menjadikannya bertumbuh. Energinya mengelilingi dan mengikat kita. Rasakan kekuatan tersebut di sekelilingmu. Di sini…antara engkau dan aku dan pohon dan batu itu”.
Segala sesuatu itu bersama sama dengan kekuatan yang hidup dan energy yang mengikat alam ke dalam organisme hidup.
SPESIES SPESIES YANG HIDUP MERUPAKAN MANIFESTASI MANIFESTASI DARI ALLAH. Allah itu nyata di dalam alam dengan perbedaan yang besar. Karena itu adalah perlu untuk menjaga keserbaragaman spesies yang ada. Sebenarnya, pemeliharaan terhadap spesies merupakan satu kewajiban etis. Jadi, pada saat teknologi manusia dalam bentuk sebuah bendungan mengancam siput kecil sekali yang besarnya dua inchi yang melesat dengan cpat (seekor ikan), maka pembangunan bendungan tersebut harus ditentang, karena pada saat satu spesies menjadi punah, kita telah kehilangan salah satu manifestasi Allah. Penulis zaman baru, Mark Satin mengemukakan ajaran etis mengenai memaksimalkan kualitas lingkungan termasuk memaksimalkan kesejahteraan dari seluruh makhluk.
MANUSIA ADALAH SATU DENGAN ALAM. Satin mengakui bahwa “spiritualitas Indian Amerika Utara telah memberikan inspirasi kepada banyak dari kita dan mempunyai banyak hal untuk diajarkan kepada kita”. Dia menjadi satu dengan alam. Dia menjadi satu dengan alam, satu dengan dirinya sendiri, satu dengan Roh yang agung.
Karena manusia itu satu dengan alam dan lingkungan mereka, mereka harus hidup dalam keharmonisan dengannya dan bekerjasama dengannya.
KITA BUKANLAH RAJA RAJA YANG MENGUASAI TETAPI PENGURUS PENGURUS ALAM. Meskipun fakta manusia, dengan semua yang ada di alam, adalah satu manifestasi dari Allah, satin berkata, “adalah sulit untuk memikirkan diri kita sebagai raja raja alam semesta”. Kita tidak harus berkuasa atas alam, tetapi malahan menjadi pengurus pengurus alam. Alam bukanlah wewenang dan milik kita. Karena itu, seharusnya kita memiliki sopan santun spesies. Kita harus belajar dari spesies spesies lain. Misalnya, ikan paus, dolpin, dan ikan lumba lumba telah memperlihatkan angka survival yang lebih baik dari yang dimiliki manusia saat ini. Jadi, satin bertanya, “hubungan antar personal, etika dan filsafat macam apakah yang telah membuat mereka tetap bisa bertahan selama lebih dari masa 15 juta tahun terakhir? Apakah masalah misterius yang dapat mereka lakukan dan tidak dapat kita lakukan?
SATU EVALUASI DARI PANDANGAN PANTEISTIK MENGENAI EKOLOGI.
Sebenarnya ada banyak aspek yang diinginkan dari pandangan panteistik mengenai lingkungan, khususnya pada saat dibandingkan dengan pandangan materialistic. Alam bukanlah satu kolam yang bebas untuk dipancing sampai kosong ataqu hutan untuk diburu sampai mati. Demikian juga bukan satu tambang yang terbuka untuk dirampok seluruh harta bendanya. Sebaliknya, alam bukanlah dewa untuk didewa dewakan. Di dalamnya terletak beberapa kritik yang penting dari pandangan panteistik mengenai lingkungan.
NATUR ITU BUKAN ALLAH. Inti permasalahan dengan pandangan panteistik mengenai lingkungan bukan terletak pada apakah yang dianjurkan untuk dilakukan mengenai lingkungan, tetapi mengapa ini dianjurkan. Alam harus dihargai, tetapi bukan karena alam itu berkuasa. Pandangan spiritualistic panties mengenai alam sama ekstrimnya dalam hal satu tujuan dengan pandangan materialistic humanis dalam tujuan yang lain. Alam bukanlah mesin atau Allah, juga bukan sesuatu belaka yang bergerak atau jiwa yang hidup. Alam adalah ciptaan Allah yang sangat bagus dan indah.
Penganut panties mengacaukan ciptaan dan manifestasi. Alam berasal dari Allah tetapi tidak berada di luar Allah. Alam merupakan refleksi Allah, tetapi alam bukanlah Allah. Hal ini sama seperti refleksi kita di kolam, dimana refleksi itu bukanlah diri kita. Alam dijadikan oleh Allah dan untuk Allah, tetapi tidak berada di luar Allah. Alam bukanlah barang dari Allah. Alam berbeda dari Allah sama seperti sebuah lukisan berbeda dari pelukisnya atau sebuah patung berbeda dari pemahatnya. Tentu saja Allah berada di dalam alam sama seperti seorang penulis di dalam bukunya; buku itu berasal dari kepalanya dan ide idenya termanifestasi di dalamnya. tetapi Allah bukanlah ciptaanNya seperti seorang penulis di dalam bukunya.
ALAM ITU TIDAK HIDUP. Alam bukanlah satu organisme yang hidup. Alam terdiri dari keseberagaman organisme yang hidup, tetapi juga terdiri dari zat yang hidup dan tidak. Hidup itu dicitikhaskan oleh kompleksitas yang sudah ditetapkan. Kristal Kristal ditetapkan tetapi tidak bersifat kompleks. Polimer polimer yang acak bersifat kompleks tetapi tidak ditetapkan. Di dalam keseluruhan alam hanya yang hidup saja yang ditetapkan dan kompleks.
Tidak ada bukti ilmiah bahwa zat itu hidup. Zat adalah energy, dan energinya diatur dengan pintar oleh penciptaNya. Tetapi zat itu tidak hidup. Zat itu mati, barang yang mati, sementara alam itu baik (Kejadian 1:31) dan mencerminkan PenciptaNya, zat itu tidak hidup juga tidak ilahi. Zat itu tidak hidup oleh kesucian dan kekuatan hidup apapun. Sebagai konsekuensinya, ekologi manapun yang didasarkan pada pandangan seperti itu berarti tanpa pondasi yang tepat.
SPESIES SPESIES BUKANLAH MANIFESTASI DARI ALLAH. Karena alam itu tidak ilahi, demikian jugalah spesies yang merupakan bagian dari alam. Jadi, sementara pemeliharaan spesies dapat dibenarkan di atas dasar dasar lainnya, bagaimanapun juga mereka tidak dipelihara karena mereka itu bersifat ilahi. Ini merupakan pendewaan spesies, bukan pemeliharaan spesies. Sebagai ciptaan Allah, seluruh spesies yang hidup merefleksikan tangan PenciptaNya, tetapi ada satu perbedaan yang mutlak antar ciptaan dan Pencipta. Pencipta itu kekal dan tidak terbatas, seluruh makhluk yang hidup bersifat sementara dan terbatas. Karena spesies spesies bukanlah Allah, maka pada saat satu spesies menjadi punah, kita tidak kehilangan bagian dari Allah. Allah ada secara indenpenden dari seluruh makhluk. Seluruh ciptaan, baik yang hidup maupun yang tidak, dapat menjadi punah tetapi Allah masih tetap ada.
MANUSIA BUKANLAH SATU DENGAN ALAM. Penganut panties mengacaukan keselarasan dan identitas. Manusia hidup secara harmonis dengan alam, bila tidak mereka tidak hidup. Manusia bekerjasama dengan alam atau tubuh mereka segera menjadi satu bagian material dari alam melalui kematian. Tetapi ada suatu perbedaan yang nyata antara bekerjasama dengan alam dan menjadi bagian dari tubuh alam. Untuk yakinnya, umat manusia berbagi tubuh fisik dengan sesuatu yang hidup dari Allah yang material yang lain, tetapi manusia berbeda dari makhluk hidup lainnya dalam dua cara yang penting: pertama, tubuh kita bukanlah tubuh mereka. Kita memiliki tubuh yang berbeda. Kedua, kita memiliki jiwa manusia, makhluk lainnya tidak. Manusia diciptakan dalam gambar Allah, makhluk lainnya tidak (Kejadian 1:27). Jadi, ada kesatuan antara uat manusia dan alam, tetapi tidak ada identitas antara keduanya.
RAJA RAJA DAPAT MENJADI PELAYANAN PELAYANAN. Ekologi panteistik menyajikan dikotomi yang salah antara kekuasaan dan pelayanan. Penguasa yang baik melayani rakyatnya dengan baik. Sebenarnya, konsep Kristen tentang memerintah adalah melayani dengan baik. Yesus adalah contoh yang sempurna dari ini (Markus 10:45; Filipi 2:5-8). Jadi ini merupakan asumsi yang tidak beralasan untuk menganggap bahwa kekuasaan harus memiliki arti menghancurkan. Allah memberi kuasa atas ciptaan (Kejadian 1:28), tetapi Dia juga memerintah Adam untuk mengerjakan tanah, dan menjaga taman. Hal ini memerlukan pengolahan dan perhatian. Bumi adalah taman Allah dan manusia adalah tukang kebun Allah. Bumi adalah milik Tuhan (Mazmur 24:1) dan kita adalah penjaganya.
0 Response to "Etika Lingkungan Hidup: Sudut Pandang Alkitab (Kristen) Part 2"
Posting Komentar