Beratnya Memaafkan Orang Lain..

Beratnya Memaafkan Orang Lain..

Salah satu kisah menarik mengenai rekonsiliasi emosi adalah apa yang terjadi setelah kejadian pemboman gedung federal yang dilakukan oleh Timothy McVeigh. Dalam sebuah artikel di majalan Time, tanggal 16 Juni 1997, seorang ayah yang putrinya meninggal dalam pemboman itu, Bud Welch menceritakan pergumulan batin dan pikirannya tatkala harus memaafkan orang yang telah membunuh anaknya itu.
Dikisahkan secara tragis bahwa sebagai ayah, ia memiliki hubungan yang sangat mendalam dengan anaknya yang bernama Julie Marie, berusia 23 tahun. Saat musibah itu menimpa dirinya, Julie Marie fasih berbicara 5 bahasa bekerja sebagai penerjemah di kantor keamanan di gedung tersebut. Karena tinggal di tempat yang terpisah, baik bud maupun anaknya itu sering kali bertemu secara rutin di lokasi tempat dekat gedung tersebut, hanya untuk saling berbagi kisah dan menjaga keharmonisan hubungan seorang ayah dengan putrinya.
Namun, sejak kejadian tersebut, lokasi pertemuan mereka di dekat gedung yang terkena bom tersebut justru menjadi monument pedih baginya.
Berbulan bulan, setelah kejadian itu, ia tertap berharap McVeigh akan segera dihukum mati dan mendapatkan  ganjaran atas apa yang telah diperbuatnya. Namun, dengan berjalannya waktu dan berbulan bulan disiksa oleh perasaan sedih serta kehilangan yang mendalam, membuat berpikir hal yang berbeda soal kasus McVeigh. Keyakinan imannya membuat hati kecilnya menyuarakan sesuatu yang berbeda ke dalam pikirannya, yaitu pilihan untuk memaafkan McVeigh. Ia sadar jika McVeigh dihukum mati sebelum ia berdamai dengan pembunuh anaknya itu, ia tidak akan punya kesempatan untuk memaafkan. Lagi pula ia sadar beban emosi dan kepahitan dan kesedihan yang dirasakanya tidak akan lantas terselesaikan dengan matinya McVeigh. Ini adalah peperangan dalam batinnya sendiri untuk rela melepaskan apa yang telah terjadi. Bud pun berpikir bahwa jika penjahat seperti McVeigh sekalipun punya peluang untuk diselamatkan, jika saja ia mau bertobat. Lagi pula, ia pun berpikir bahwa dengan membunuh McVeigh, anaknya toh tidak akan hidup kembali. Hukuman penjara lebih membuka peluang bagi McVeigh untuk bisa merefleksikan apa yang telah dilakukannya dan menceritakan apa yang sebenarnya ia pikirkan pada saat ia melakukan pengeboman, serta peluang untuk membeberkan pihak pihak yang ikut terlibat dalam usaha pemboman itu. Jika McVeigh mati maka sirnalah semua peluang itu.
Tentu saja bud menghadapi kendala dikarenakan kesulitannya untuk mengutarakan pendapatnya untuk menentang hukuman mati yang akan dijatuhkan kepada McVeigh. Tatkala bud memberanikan diri mengekspresikan pendapatnya tersebut ke media. Bud sebenarnya telah siap untuk menerima hujatan, kemarahan dan kritikan akan pemikirannya tersebut.
Namun ia heran, ternyata banyak orang tua dan saudara korban pemboman gedung federal itu turut membagian pendapat yang sama. Mereka mendukung pemikiran bud welch bahwa hukuman mati tidak akan menghidupkan kembali saudara saudara mereka. Menarik sekali apa yang dikatakan bud dalam tulisannya, “bagi saya hukuman mati adalah pembalasan dendam. Dan yang namanya pembalasan dendam, tidak akan membantu siapapun untuk proses penyembuhan emosinya”.

Tentu saja, seperti yang kita ketahui, McVeigh sesuai dengan keputusan pengadilan tetap dinyatakan bersalah serta dihukum mati. bersama matinya McVeigh tersebut, tentu saja masih akan ada banyak orang tua dan saudara korban pengeboman di gedung federal tersebut yang terus menerus dihantui rasa benci, dendam dan marah atas perisitiwa tersebut. Beruntunglah bagi orang orang seperti bud yang telah belajar untuk menerima kenyataan dan mencoba berdamai dengan pengalaman pahitnya. Beruntunglah bahwa ia telah melepaskan hutang hutang emosinya, jauh sebelum McVeigh dihukum mati…

0 Response to "Beratnya Memaafkan Orang Lain.."

Posting Komentar

Postingan Populer

Label