Penelitian Ilmiah Tentang “Memaafkan”

Penelitian Ilmiah Tentang “Memaafkan”

Harus diakui bahwa selama ini penjelasan mengenai manfaat dari pemaaf lebih banyak datang dari kaum spiritualis. Belum banyak riset dan kajian ilmiah yang betul betul menunjukkan secara ilmiah, manfaat dan kegunaan dari memaafkan. Khususnya dilihat dari konteks psikis dan fisik manusia. Meskipun demikian, para konselor dan praktisi di bidang psikologi telah mengakui bahwa klien klien mereka yang menunjukkan kesanggupan untuk memaafkan akhirnya lebih mudah mengalami proses peningkatan psikis dan kesehatan fisiknya pun meningkat. Banyak sumber lantas mengaitkan antara pemaafan dengan menurunnya tingkat kemarahan, depresi, kecemasan, dan stress, termasuk pada meningkatnya rasa damai dalam pikiran mereka.
International Forgiveness Institute (IFI) boleh dikatakan merupakan lembaga yang pertama kali mempelopori penelitiaan tentang memaafkan. Lembaga nirlaba ini pertama kali didirikan di tahun 1994, sebagai suatu lembaga resmi yang menindaklanjuti penelitian penelitian instensif yang dilakukan di Universitas Wisconsin di Madison sejak tahu  1985 oleh Robert Enright dan kolega koleganya. Visi utama dari lembaga ini untuk mengeksplorasi, serta mendapatkan bukti ilmiah di balik proses maaf memaafkan. Dan sejak saat itu, lembaga ini menjadi forum riset ternama yang mengeksploirasi dan mengkaji bagaimana proses memaafkan serta dimaafkan dapat terjadi, serta akibat akibatnya terhadap berbagai sisi kehidupan manusia dari kacama scientific. Lembaga ini menjadi populer mulai tahun 1996, sejak terbitnya artikel “Pendekatan sains untuk memaafkan” yang ditulis ileh Elaine Glusac yang dipublikasikan di Chicago Institute. Tulisan tersebut menjelaskan bagaimana riset mendalam, eksperimen, dan kajian tentang proses memaafkan yang penting bagi kesehatan secara emosi, yang telah dilakukan oleh lembaga ini. Dan sejak itulah, ratusan telepon dan korespodensi mulai diarahkan kepada lembaga ini, berasal dari orang yang sekedar ingin tahu mengenai penjelasan ilmiah di bali proses memaafkan hingga yang meminta nasehat akibat dendam bertahun tahun yang direpresikan.
Dari riset ilmiah, kajian studi kasus dan penelitian eksperimen yang dilakukan oleh lembaga ini, Robert Enright mengambil kesimpulan penting bahwa: “Kita sebenarnya dapat meningkatkan kesehatan manusia, khususnya secara emosi membantu mereka memaafkan, baik diri mereka maupun orang lain”.
Apa yang diucapkan oleh Robert Enright tersebut di atas kelihatannya memang beralasan. Sebuah studi yang disponsori oleh Templeton forgiveness Research Campaign menunjukkan suatu kaitan yang jelas antara kemampuan kita untuk memaafkan dengan kondisi kesehatan kita.
Dalam penelitian laboratorium yang dilakukan di Hope College di Michigan, peneliti peneliti menemukan bahwa apabila seseorang diminta untuk mengingat kembali pengalaman kebencian dan dendam tertentu maka terjadi peningkatan detak jantung yang di atas normal, proses berkeringat yang tidak biasa, dan berbagai respons individual yang tidak normal pada tubuh mereka. Tekanan darahnya meningkat yang disertai dengan ketegangan pada otot otot tubuh di sekitar tubuh mereka. Kondisi ini mirip dengan respon stress tubuh yang dapat berdampak pada munculnya berbagai macam penyakit abnormal.
Penelitian ilmiah lainnya yang pernah dilakukan mengenai dampak dari pengampunan adalah eksperimen yang disebut Stanfort Forgiveness Project, yang dipelopori oleh Frederic Luskin PhD dari Stanford University. Dari riset eksperimentalnya, Frederic Luscin menyimpulkan adanya 3 komponen utama bagi manusia manusia yang secara emosional sangat sehat karena mampu memaafkan secara total, yaitu sebagai berikut:
1. Diri mereka tidak mudah tersinggung maupun marah pada saat mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain
2. Mereka tidak mudah menyalahkan orang lain pada saat hubungannya dengan orang lain tidak berjalan seperti yang ia harapkan
3. Mereka dapat memberikan suatu penjelasan rasional tertentu terhadap sikap orang lain yang telah membuat diri mereka tersinggung.
Dari penelitian eksperimental lebih lanjut yang dilakukan oleh Frederic Luskin terhadap 55 mahasiswa Stanford, diperoleh hasil yang menyakinkan bahwa mahasiswa yang dilatih dengan meningkatkan ke 3 komponen tersebut dalam hidupnya ternyata jauh lebih tenang dan damai dalam kehidupan emosionalnya. Mereka menjadi tidak mudah marah dan tersinggungm serta dapat membina hubungan yang lebih baik dengan sesamanya. Di samping itu, konflik yang mereka alami dengan orang lain juga semakin berkurang.
Penelitian lainnya yang juga mengkaji dampak dari kebencian dan dendam dilakukan oleh William dan William (1993) yang menyimpulkan mengenai bahaya rasa dendam dan kemarahan terhadap kesehatan jantung serta sistem peredaran darah seseorang. Riset riset mereka terhadap pasien pasien yang mengalami sakit jantung menunjukkan tingkat kematian dan ancaman keseriusan penyakit mereka dapat signifikan berkurang jika mereka dapat bersikap serta bertindak lebih mudah memaafkan terhadap hal hal yang terjadi pada masa lalu mereka.

Melalui riset dan penelitian ini, akhirnya orang semakin yakin mengenai keterkaitan antara kemampuan memaafkan seseorang dengan situasi emosional yang berperan penting bagi kesehatan diri secara total. Kata kata yang pernah diucapkan oleh Marrianne wiliamson, penulis buku best seller, A Woman’s Worth dan Everyday Grace: Having Hope, Finding Forgiveness and making miracles mengenai hal ini khususnya sangat menarik. Menurutnya, “Memaafkan bukan berarti kita sekedar menekan rasa marah kita, pemaaf berarti kita meminta adanya suatu mujizat, yaitu kemampuan untuk melihat kebenaran di balik kesalahan yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Memaafkan kadang kadang tidak pernah mudah. Jika waktunya tiba, memaafkan terkadang bisa lebih menyakitkan daripada dendam yang kita rasakan. Namun, tidak ada rasa aman yang diperoleh tanpa pemaaf. Pikiran dendam dan menyerang orang lain, berarti pikiran yang menyerang diri kita sendiri. Langkah permulaan menuju kesehatan diri kita adalah keinginan kita untuk memaafkan”……

0 Response to "Penelitian Ilmiah Tentang “Memaafkan”"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label