Belajar Memaafkan Diri Sendiri

Belajar Memaafkan Diri Sendiri

“Tidak ada pil, minyak, ibat, minuman, makanan, kekuatan, ramalan, ataupun penguatan yang dapat mengubah apa yang telah terjadi. Sebagaimana cinta menyinari kegelapan, begitu pula cinta memberikan kehangatan serta kedamaian. Ke dalam daerah hitam yang paling kelam. Dan pada dirimu terdapa beberapa daerah kegelapan itu. Ini berlaku bagi setiap orang. Memaafkan dirimu adalah kunci untuk meraih terang. Memaafkan orang lain adalah sangat mulia, namun memaafkan diri sendiri harus dimulai terlebih dahulu”.
Salah satu pemberian terindah yang dapat diberikan oleh anda kepada diri anda sendiri adalah memaafkan diri sendiri. Apa yang telah terjadi, sudah terjadi. Pepatah sederhana mengatakan, “Nasi telah menjadi bubur”. Kita tidak bisa meratapi keadaan yang telah menjadi bubur, tetapi kita dapat belajar bagaimana cara menikmati bubur tersebut. Kebanyakan orang menghabiskan waktunya meratapi dan menangisi nasi nasi yang telah menjadi bubur dalam kehidupannya. Mereka tidak membiarkan yang pahit berlalu dari kehidupannya. Mereka merubah kenangan itu menjadi trauma yang menghantui seumur hidupnya.
Yang jelas apa yang terjadi di masa lalu tidak dapat kita ubah. Titik. Namun, kondisi sekarang dan persepsi kita akan apa yang telah terjadi saat ini masih dapat diubah. Artinya, nasih yang telah menjadi bubur masih dapat kita jadikan sebagai santapan lezat dengan memberinya cincangan daging ayah, kecap, krupuk, sehingga menjadi bubur ayam yang enak. Kita dapat bersikap kreatif dengan apa yang terjadi di masa lampau, yang tidak bisa kita ubah dan belajar mengubah apa yang masih bisa dilakukan di masa sekarang.
Ada sebuah bunyi doa dari St. Fransiskus Asisi yang sangat indah, yang isinya sebagai berikut, “Tuhan beri saya ketabahan untuk menerima apa yang tidak dapat saya ubah. Berikan saya kekuatan untuk mengubah apa yang masih dapat saya ubah. Tetapi, berikanlah saya kebijaksanaan untuk membedakan mana yang dapat aku ubah dan mana yang tidak dapat kuubah”.
Setiap orang, memiliki sisi sisi kegelapan dalam hidupnya. Sebagaimana sebuah ruangan gelap yang perlu mendapatkan sinar supaya bisa menjadi terang kembali. Maka sisi sisi gelap dalam diri kita pun perlu disinari supaya tidak menjadi lahan bertumbuhnya virus dan jamur yang memang suka berkembang dalam kegelapan.
Yang jelas, jangan biarkan ada jamur, virus, maupun bakteri berkembang dari sisi gelap diri kita, yang akhirnya justru menghancurkan diri kita sendiri perlahan lahan. Emosi emosi seperti perasaan bersalah, rasa malu, sakit hati, dan dendam adalah sisi sisi gelap dalam diri kita. Cinta dan kasih adalah sinar yang dapat menerangi sisi sisi kegelapan tersebut. Cinta kasih ini hadir dari kesadaran dan keinginan kita yang besar untuk memaafkan. Lewat cinta, kita menerangi kembali sisi diri kita yang gelap. Melalui cinta itu kita memeluk rasa sakit hati, rasa malu, dan rasa bersalah yang pernah kita alami. Melalui cinta inilah kita berdamai dengan diri kita. Mirip seperti kisah berikut ini:
“Ada sebuah kisah tentang sebuah rumah yang kebetulan dihuni monster yang menetap di ruang bawah tanah. Sang pemilik rumah tahu tentang kehadiran monster itu. Jika merasa terusik, monster itu akan keluar menjahati, mengganggu bahkan memangsa siapapun yang ada di dalam rumah kecuali pemilik rumah itu. Hal ini membuat si pemilik rumah itu menyatakan perang dengan si monster. Namun monster itu tidak pernah berhasil diusir keluar, maka monster itu pun dikurung di ruang bawah tanah. Tetapi, monster itu selalu mampu menemukan jalan keluar. Bertahun tahun, monster itu selalu mengancam kehidupan pemilik rumah. Hingga akhirnya, pemilik rumah memutuskan untuk membiarkan monster itu naik dan tinggal di ruang dalam. Ruang bawah tanah pun dihancurkannya. Monster itu ternyata merasa tidak tahan terus menerus tinggal di dalam rumah. Monster itu pun pergi…selamanya”..
Sama seperti monster dalam rumah, demikian pula rasa sakit hati, dendam, rasa malu, rasa benci, dan rasa bersalah akan menetap terus menerus dalam diri kita jika tidak dibiarkan pergi. Dan satu satunya cara agar mereka pergi meninggalkan kita adalah mulai membiarkan diri kita berdamai dengan apa yang telah terjadi. Biarkan ada kasih yang menyinari relung kegelapan dalam diri kita. Maka, percayalah perasaan berat yang selama ini kita tekan akan dapat diangkat.
Kita harus belajar untuk melihat kebenaran di dalam diri kita. Rasanya, sudah cukup lama kita menyiksa diri kita dengan terus menerus, membawa beban emosi yang berat itu kemana mana. Saatnya bagi kita untuk mengakui bahwa kita membuat kesalahan dalam membiarkan perasan ini menyiksa kita. Saatnya sekarang untuk membiarkannya pergi.
Sungguh sangat menyenangkan melihat adanya wajah kebahagiaan dan kedamaian yang terpancar dari mereka yang akhirnya dapat memaafkan dirinya. Suatu beban yang selama ini mereka pikul seakan akan telah diangkat dari pundaknya.
Jadi, hingga di sini kesimpulan kita sangat sederhana. Perasaan bersalah dan emosi emosi gelap yang anda simpan bukan saja mengganggu, tetapi juga menyedot energy kehidupan anda.

Anda akan terus menerus memikirkannya, membawanya dalam mimpi, mengganggu ketenangan, dan mengganggu produktivitas serta efektivitas hidup kita. Maka, saatna bagi kita untuk membiarkan energy dan ruangan ini bagi sumber kehidupan yang lebih efektif dan produktif. Mari kita berikan cinta untuk menerangi yang gelap dalam hidup kita dan membuat perjalanan kita ke depan menjadi jauh lebih mudah. Biarkan yang lalu berlalu. Belajar untuk berdamai dengan kenyataan yang ada. Percayalah kehidupan yang kita jalani akan lebih damai dan bahagia…

0 Response to "Belajar Memaafkan Diri Sendiri"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label