Setidaknya Saya Bukan Orang Munafik Part 2

Setidaknya Saya Bukan Orang Munafik Part 2
MENGENDALIKAN LIDAH, MENGENDALIKAN PIKIRAN
Pokok kedua yang dinyatakan Yakobus adalah bahwa lidah tidak dapat dikendalikan. Apakah anda terkejut mendengarnya mengatakan hal ini? Saya terkejut. Anda mungkin akan berpikir bahwa seorang Rasul Tuhan yang berpikir bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu, seharusnya akan berkata, “Lidah mungkin sangat sulit untuk dikendalikan, tetapi Allah dapat menolong anda untuk mengendalikannya”.
Tak pelak lagi, Yakobus menyadari benar fakta bahwa sumber sumber rohani tersedia untuk membantu kita mengendalikan lidah. Namun, bukan itu yang hendak ditekankannya dalam ayat ayat ini. Dalam perikop ini ia begitu terbawa oleh pengetahuannya tentang kerusakan yang dapat dilakukan oleh sebuah lidah yang tidak terkendali sampai sampai ia mengatakan bahwa lidah itu begitu buruk sehingga tidak ada orang dimana pun yang pernah bisa mengendalikannya. “Semua jenis binatang liar, burung burung, serta binatang binatang menjalar dan binatang binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia, tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah, ia adalah sesuatu yang buas, yang tidak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan” (ayat 7-9).
Mungkin dapat diambil kesimpulan bahwa yang ada di pikiran Yakobus saat ini adalah lidah orang lain, karena jelas mustahil mengenalikan apa yang dikatakan orang lain. Anda bisa mengurung musuh musuh anda di dalam penjara bawah tanah, dan mereka akan masih meneriakkan kata kata kotor kepada anda. Anda bisa mengintimidasi mereka saat anda berada dekat mereka, tetapi mereka masih akan mengata ngatai anda di belakang anda. Yakobus mungkin berpikir alangkah tidak terkendalinya lidah orang lain.
Namun saya masih menduga ia menulis sesuatu yang sifatnya jauh lebih pribadi, karena dalam ayat berikutnya, ia melanjutkan, “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita, dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah” (ayat 9). Ini termasuk dirinya sendiri. Jadi, Yakobus pasti memikirkan dirinya sendiri dan orang orang Kristen lain seperti dirinya dan ketidakmampuan kita semua dalam mengendalikan lidah kita. Ini bukan sekedar masalah yang melibatkan orang lain. Itulah yang membuat masalah itu begitu serius. Kita tidak bisa mengendalikan lidah kita sendiri. Jadi, jika kita diperhadapkan dengan kemustahilan seperti mengendalikan lidah, kita jelas membutuhkan pertolongan Allah, yang bagiNya, “Segala sesuatu mungkin”.
Yakobus mengatakan hal lain tentang lidah dalam ayat 9 sampai 12. Katanya, “Dengan lidah kita memuji Allah, Bapa kita, dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar”.
Apa artinya? Nah, dalam bahasa kita artinya adalah bahwa kita pergi ke Gereja, duduk di sana pada hari minggu pagi atau petang dan menyanyikan lagu lagu pujian. Roh kita terangkat. Kita berpikir, “O, betapa kita memiliki Allah yang besar!, Betapa luar biasanya Dia!”, namun kemudian kita keluar dari Gereja sesudahnya dan berkata, “Apakah engkau melihat si anu? Wah, ketika kita sedang menyanyikan lagu pujian, ia tidak menyanyi. Saya jadi heran, apa yang sedang dipikirkannya?” atau kita berkata, “Apakah engkau mendengar apa yang saya dengar tentang si anu pagi ini? Ia menipu istrinya. Itu mengerikan, saya tidak boleh menceritakan hal ini kepada siapa siapa, tentu saja, dan janganlah engkau ceritakan kepada siapa pun, kecuali engkau ingin menceritakannya kepada si anu, tentunya. Tetapi itulah yang terjadi”.
Yakobus mengatakan bahwa ini merupakan kejanggalan sulit dipercaya – kebaikkan dan keburukan keluar dari mulut yang sama. Anda tidak menemukannya dalam alam. Hal itu melanggar pola Allah dalam penciptaan. Yakobus mengatakan mata air akan mengalirkan air jernih yang bagus, atau mengeluarkan air yang pahit. Anda tidak akan menemukan keduanya bercampur. Begitu pula, sebuah pohon ara senantiasa menghasilkan buah ara, dan pokok anggur senantiasa menghasilkan buah anggur. Namun orang Kristen, yang menjadi milik Allah dan seharusnya mengatakan tentang Firman Allah, sering mengeluarkan kata kata yang merusak dan merugikan manusia lain. Hal itu seharusnya tidak boleh terjadi.
Tentu saja, penjelasannya tidak sulit ditemukan. Penjelasan itu berasal dari fakta bahwa kita masih merupakan orang berdosa sekalipun kita sudah diselamatkan. Kita masih memiliki sifat yang lama, dan sifat yang lama bertentangan dengna hal hal yang dari Allah. Ia tidak melakukan apa yang harus dilakukannya, sebagaimana Paulus dengan jelas mengatakannya dalam surat Roma. Akibatnya, kita memerlukan pemeliharaan Allah bagi pertumbuhan kita di bidang ini.
Solusinya, sebagaimana sudah saya isyaratkan, adalah bahwa meskipun mustahil bagi manusia untuk mengendalikan lidah, namun sebagaimana dikatakan Yesus, “Bagi Allah segala sesuatu mungkin” (Mat 19:26). Anda dan saya tidak bisa mengendalukan lidah kita, tetapi Allah dengan kuasa Roh KudusNya di dalam kita mampu mengendalikannya.

TIGA PRINSIP YANG MEMBANTU
Baiklah saya berikan 3 prinsip yang saya pikir akan membantu anda. Anda dapat menyebutnya 3 langkah untuk mengendalikan lidah. Ketiga prinsip ini berdasarkan fakta bahwa lidah mengatakan apa yang dipikirkan otak, jadi jika kita harus memiliki kontrol lidah, pertama tama harus ada kontrol pikiran.
1. Persembahkan pikiran anda kepada Allah.
Dalam Roma 12:1-2, Rasul Paulus berbicara tentang kontrol pikiran. Ia tidak menyinggung tentang membicarakan hal palsu atau benar dengan lidah dalam Roma 12, tetapi ayat ayat tersebut berhubungan dengan segala sesuatu, “Karena itu, saudara saudara, dengan kemurahan Allah, aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Biasanya kita tidak berpikir tentang pikiran kita sebagai bagian dari tubuh kita. Namun, ketika Paulus meminta kita untuk mempersembahkan tubuh kita kepada Allah bagi pelayananNya, pikiran adalah hal pertama yang dipikirkan Paulus. Itu karena ia mengetahui bahwa jika sesuatu yang baik harus ada transformasi pikiran, karena apa yang kita pikirkan akan selalu menentukan apa yang kita lakukan. Lagi pula, hanya dengan mempersembahkan pikiran kita kepada Allah, kita dapat menjauhkan pikiran dari berpikir menurut standar dunia. Hanya ketika kita menyerahkan pikiran kita kepada Allah, kita dapat menyalurkan pikiran kita menurut standar Kristus.
Frank E. Gaebelein menulis, “Kontrol lidah? Itu tidak mungkin tercapai kecuali pertama tama ada kontrol hati dan pikiran….keselamatan berlaku bagi manusia seutuhnya. Penyucian jiwa meliputi penyucian pikiran. Ketika seorang Kristen sampai kepada suatu titik untuk berserah kepada Tuhan – dengan tulus ikhlas, berapapun harganya – kontrol atas kehidupan pikirannya, masalah mengendalikan lidah akan terpecahkan, asal saja penyerahan semacam lebih dalam daripada sekedar intelektual, dan menjangkau emosi dan kehendak. Ini karena Alkitab membuat sebuah perbedaan antara sekedar pengetahuan intelektual tentang Allah dan kepercayaan dari hati”.

Sudahkah anda menyerahkan pikiran anda kepada Allah?, dalam hati dan pikiran anda, anda berkata kepada Allah, “Saya bukan milik diri sendiri; saya tahu saya hanya milikMu, perbuatlah pada saya sesuai dengan kehendakMu. Inilah pikiran saya. Inilah talenta saya. Inilah semua yang saya miliki. Semua itu adalah milikMu. Pakailah seturut kehendakMu, ubahlah semua itu menjadi apa yang Engkau kehendaki”. Jika anda belum melakukannya, berarti anda belum melakukan hal yang pertama. Jika sudah, Allah akan mulai memakainya untuk mendisiplinkan lidah (juga jenis disiplin lainnya) yang anda perlukan.

0 Response to "Setidaknya Saya Bukan Orang Munafik Part 2"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label