Setidaknya Saya Bukan Orang Munafik Part 3

Setidaknya Saya Bukan Orang Munafik Part 3
2. Mulailah Mentaati ajaran Kristus
Paulus dalam 2 Korintus 10:5, bahwa kita mempunyai kewajiban menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus, “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus”. Ini berarti bahwa tidak ada gunanya mengatakan, “Nah, Allah, saya telah menyerahkan pikiran saya kepadaMu. Inilah saya. Pakailah saya. Lakukannlah apa yang Engkau kehendaki”, dan kemudian kita tidak berbuat apa apa tentang hal itu.
Apabila kita serius menyerahkan diri kepada Kristus, kita harus serius dalam mencari tahu apa yang telah dikatakan Kristus dan berusaha mentaatinya. Anda bukan milik Kristus jika anda tidak mentaati Kristus, dan anda tidak mentaati jika anda tidak memperhatikan ajaran Yesus.
Yesus berkata, “Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?” (Luk 6:46). Itu adalah pertanyaan yang menyelidik. Apakah anda mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat anda?, jika ya, apakah anda melakukan apa yang Dia katakana?
Ketika kita mulai menyelidiki Kitab Suci untuk melihat apa yang Tuhan ingin kita lakukan dan kemudian mulai mentaatinya melalui kuasa Roh KudusNya, Allah akan mulai mengubah cara berpikir seperti yang dipikirkan Allah. Dan ketika kita mulai berpikir secara berbeda, kita akan mulai berbicara dengan berbeda dan kontrol lidah menjadi sesuatu yang dapat menjadi kenyataan.
3. Berlatih mengatakan yang berguna.
Kita bukan saja harus mengendalikan lidah negative kita agar tidak mengucapkan hal hal yang seharusnya tidak kita katakan. Kita juga harus mengendalikan lidah kita secara positif sehingga kita mengatakan hal hal yang seharusnya kita katakana. Itu memerlukan usaha yang disadari. Ini memerlukan praktik atau latihan.
Mengapa anda tidak menetapkan beberapa sasaran pribadi di bidang ini?, anda dapat bertekad untuk mengatakan satu hal baik dalam pujian kepada Allah kepada seseorang setiap hari. Anda dapat memutuskan untuk mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dalam hidup anda dalam beberapa bidang yang praktis. Anda dapat berkomitmen untuk menghafal satu ayat Alkitab setiap minggu, sehingga anda dapat mengutipnya bagi orang lain. Mungkin anda mengatakan sesuatu yang baik tentang orang lain. Ada banyak kemungkinan.
Mungkin akan membantu untuk mengingat bahwa Allah mengatakan kepada kita bahwa Dia mendengar apa yang kita katakana kepadaNya dan mencatatnya. Pada bagian akhir Perjanjian Lama, dalam Maleakhi 3, kita membaca, “Beginilah berbicara satu sama lain orang orang yang takut akan Tuhan: Tuhan memperhatikan dan mendengarnya, sebuah kata peringatan ditulis di hadapanNya bagi orang orang yang menghormati namaNya” (Mal 3:16). Jika kita berdisiplin menggunakan lidah untuk memuji Allah, bukan hanya dalam berbicara, tetapi dalam pikiran yang bekerja di baliknya, Allah akan memberkati perkataan kita dan mengingatnya, serta memberi kita kemampuan untuk menjadi berkat bagi orang lain.

HIKMAT SEJATI
Pasal Yakobus ini berakhir dengan suatu bagian tentang hikmat. Ini merupakan bagian pendek yang hanya terdiri dari 6 ayat, tetapi saya yakin Yakobus bermaksud untuk mengaitkannya dengan bagian mengenai lidah, yang sudah kita pelajari. Yakobus memulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan, “Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi?” (ayat 13). Jawabannya yang tersirat berdasarkan bagian sebelumnya adalah “Orang yang mampu mengekang lidahnya”.
Akan tetapi, Yakobus melanjutkan dengan membandingkan 2 macam hikmat: hikmat dari dunia dan hikmat dari Surga. Hikmat dari dunia tampak bijak dan canggih dan membuat lutut orang orang di dunia ini bertelut. Hal ini berlawanan dengan hikmat yang berasal dari Allah. Hikmat itu sendiri mungkin tidak menarik banyak perhatian, tetapi hikmat itu adalah “pertama tama murni, selanjutnya pendamai, penurut, penuh belas kasihan dan buah buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik” (ayat 17).
Saya sadar bahwa mudah sekali bagi saya untuk dihanyutkan oleh orang orang dari dunia kita yang sangat intelektual, yang tampak begitu brilian dan bijaksana, lalu tergoda untuk berkata, “Oh, saya berharap bisa memiliki pikiran seperti itu” atau “Tuhan, tolong beri saya hikmat seperti itu”. Padahal, seandainya Yakobus ada di sini – walaupun saya tidak berpikir ia akan menyangkal pengetahuan sekuler, kebenaran adalah kebenaran dimana pun anda mendapatinya – saya kira ia akan berkata, “Jangan terlalu terkesan dengan hikmat dunia. Pertama tama, tanyakan buah apakah yang dihasilkan hikmat semacam itu di dalam kehidupan orang prang yang anda pikir memilikinya?, apakah orang orang tersebut dalam keadaan damai?, apakah mereka memiliki sukacita batiniah yang murni?, dan sesudah anda menanyakan itu, tanyakan, apakah yang dilakukan orang orang yang sangat bijaksana tersebut bagi orang lain?”
Hikmat Allah adalah Hikmat Yesus Kristus, yang datang dan memberi diriNya bagi kita. Yesus dengan senang hati melepaskan hakNya agar Dia dapat berbuat kebaikan bagi orang lain. Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Dia adalah teladan kita. Petrus berbicara tentang hal ini dalam 1 Petrus 2, dengan berkata, “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya” (1 Petrus 2:21).
Di sini Ia memanggil kita untuk menempatkan Kristus di hadapan kita sebagai teladan, menunjukkan bahwa karena Dia merendahkan diriNya, kita juga harus merendahkan diri kita dan melayani orang lain dengan benar.
Saya tidak tahu apakah ada hal lain yang lebih praktis daripada ini. Namun, pada saat yang sama, saya tidak tahu bagaimana sesuatu bisa lebih menakutkan jika kita tidak memiliki kekuatan Allah di dalam diri kita. Jika kita berharap pada diri sendiri, tidak seorangpun yang mempunyai kekuatan untuk melakukan apa yang diminta Allah. Namun, jika kita mencari pertolongan Allah, bergantung pada anugerahNya, kehendakNya, belas kasihanNya, Dia akan mengerjakan perubahan dalam hidup kita, sehingga perkataan maupun perbuatan kita akan menjadi berkat bagi sesama manusia.

Hasil Pemikiran James M Boice

0 Response to "Setidaknya Saya Bukan Orang Munafik Part 3"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label