Arti Cinta Yang Berkorban part 1

Arti Cinta Yang Berkorban part 1

Banyak hal aneh yang dikatakan tentang cinta. Rasanya begitu indah, seperti bunga, setangkai mawar, seperti perasaan melayang laying karena sudah berbuat baik terhadap semua orang, seperti mendapatkan kesempatan emas untuk memenuhi kebutuhan orang lain yang akan menghasilkan ikatan yang ajaib. Pandangan kontemporer berkata begini tentang cinta: Apa yang penting adalah bukan apa yang bisa aku berikan untuk sebuah hubungan, melainkan apa yang bisa kudapat darinya.
Menurut orang zaman sekarang, perumpamaan orang samaria yang baik hati tidak kedengaran seperti sebuah cerita cinta. Dengan beberapa modifikasi, ceritu itu benar benar menjadi cerita cinta. Ubahlah orang yang terluka itu menjadi seorang wanita cantik berambut pirang yang berdiri tanpa daya di dekat mobil Porschenya yang rodanya kempes. Dalam cerita yang dimodifikasi ini, anda – orang samaria – mampu mengganti ban mobil tanpa membuat tangan atau jas anda kotor. Wanita itu, tentu saja, mengagumi kemampuan dan kekuatan anda. Ketika ban sudah diganti dan peralatan disingkirkan, dia memberi anda uang 100 dollar, memberikan ciuman basah di bibir anda dan mengatakan, aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih.
Cinta seperti itu tidak akan berhasil bagi saya. Namun, untuk beberapa alasan, kehidupan yang nyata lebih mirip dengan perumpaan tersebut. Misalnya, suatu hari di bulan Januari, pada saat suhu udara berada di bawah 20 derajat celcius di kutub utara, saya sedang menyetir dari pusat kebugaran ke rumah. Saat itu saya melihat seorang wanita setengah baya di dalam sebuah Toyota yang kotor sedang berusaha mengeluarkan mobilnya dari tumpukan salju. Saya dengan sengaja melewati dia. Saya punya urusan, orang orang yang harus saya temui, tempat tempat yang harus saya kunjungi, belum lagi rambut saya basah, sepatu saya kotor, dan saya lupa membawa topi dan sarung tangan. Tetapi, saya merasakan suara Roh Kudus yang menyakinkan berkata, “Kasih” dan saya berputar kembali dengan enggan.
Bagasi wanita itu penun dengan buku dan pakaian, dan saya kesulitan menemukan dongkrak. Ketika akhirnya, saya menemukannya, saya bergumul bagaimana menggunakannya. Ketika saya menemukan caranya, tangan saya yang beku melekat ke dongkrak itu. Dan ketika mobil itu berhasil ditarik dari kumpukan salju, saya tidak menemukan kunci Inggris di bagasi. Untungnya, wanita itu mempunyai teman yang tinggal tiga blok jauhnya dari tempat itu. Kamu berhasil membawa mobil itu ke sana dan sementara wanita itu pergi mencari cokelat hangat, saya tetap tinggal di garasi tanpa pemanas dan melanjutkan pekerjaan saya. Dia berterima kasih kepada saya dan membawa mobilnya pergi. Dan saya menyeret tubuh saya yang hampir beku ke dalam mobil dan menyetir ke rumah, berkata kepada diri saya sendiri, mananya yang indah?, kalau ada menemukan orang yang mengatakannya, aku akan membunuhnya.
“Kasih adalah pengorbanan”.
Menurut saya kasih itu lebih cocok disebut pekerjaan daripada permainan. Kasih adalah tentang hamba, bukan tentang pahlawan. Ketika saya ingin mengasihi, biasanya saya menganggapnya memberi dan bukan menerima. Kasih membuat saya mengorbankan sesuatu, itu tidak dapat dielakkan, dan biasanya yang harus saya korbankan adalah 3 komoditi yang paling berharga buat saya – waktu, energy dan uang. Tidak mudah bagi saya untuk berpisah dengan ketiga hal tersebut, karena ketiganya terbatas dalam perbendaharaan saya.
Beritahu saya bagaimana menyatakan cinta tanpa meluangkan waktu, energy atau uang dan saya akan dengan senang hati mendaftar. Beritahu saya bahwa kasih berarti berkorban, saya akan enggan berkomitmen. Barangkali itulah sebabnya, orang Kristen menekankan aspek kesenangan, persekutuan, dan kepuasan tanpa pernah menyinggung pengorbanan. Inilah saatnya untuk menyingkirkan semua kemewahan dunia, dan kadang kala Gereja, dan mengenakan kasih. Inilah waktunya untuk menyatakan kebenaran: kasih yang sejati adalah pengorbanan.
Ayat yang paling terkenal dalam Alkitab, Yohanes 3:16 memberikan definisi tentang kasih yang Alkitabiah,”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”. Karena Tuhan sangat peduli dengan kesejahteraan umat yang sangat berharga bagi Dia, Dia memberi – Dia mengorbankan – AnakNya yang tunggal – dan jika anda peduli dengan kesejahteraan orang lain, anda harus berkorban juga. Anda barangkali harus mengorbankan rencana anda, kemandirian anda atau privasi anda. Untuk mengasihi seperti Tuhan mengasihi, anda barangkali harus berpisah dengan apa yang paling berharga bagi anda demi kebaikan orang lain.
Kasih yang berkorban adalah konsep yang sulit untuk dipahami, karena budaya kita mengajarkan yang sebaliknya. Kita secara konstan dibombardir dengan buku, artikel, radio, acara televise, dan iklan yang berteriak, Anda adalah nomor satu. Urusi diri anda sendiri. Jangan biarkan orang lain mencuri waktu anda. Simpan energy supaya anda dapat menikmati waktu untuk bersenang senang. Tumpuklah uang banyak banyak supaya anda dapat menggunakannya untuk diri anda sendiri. Jika anda melindungi waktu, energy dan semua yang anda miliki, anda akan bahagia.
Saya tidak menyadari seberapa jauh saya terpengaruh oleh nilai nilai yang salah ini, sampai ketika saya kuliah di tingkat pertama, saya terkejut dengan pernyataan seorang professor, keputusan personal yang sejati tidak akan pernah bisa diperoleh melalui pemuliaan diri sendiri.
Itulah pernyataan yang paling berani, paling radikal, paling melawan budaya yang pernah kudengar, pikir saya, itu melampaui semuanya yang pernah dipikirkan. Akan tetapi kemudian saya menyadari bahwa itu tidak melenceng dari ajaran Yesus. Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul Salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dank arena Injil, ia akan menyelamatkannya (Markus 8:34-35). Tidaklah demikian diantara kamu, barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:43-45).
Dunia menuliskan buku dengan judul, berpikir dan menjadi kaya. Jika Yesus menulis di kondisi pasar sekarang ini, Dia akan memberi judul bukuNya, Kasih dan Memberikan semuanya. Secara paradox, ketika anda memberanikan diri anda kepada Tuhan dan melayani umatNya di dalam kasih yang berkorban, anda akan menemukan kepuasan dan kepenuhan yang tidak pernah dialami oleh dunia.
“Kasih yang berkorban dalam pernikahan”.
Mari kita bahas lebih spesifik, bagaimana bentuk kasih yang berkorban di dalam pernikahan?
Menurut hikmat dunia, sebuah pernikahan yang baik akan meningkatkan kehidupan seseorang, membuatnya lebih penuh dan memuaskan daripada orang yang masih berdiri. Oleh sebab itu, pernikahan tidak seharusnya menghalangi seseorang untuk mengembangkan potensinya. Seseorang tidak seharusnya meletakan kebutuhan pasangannya melebihi kebutuhannya sendiri, hal itu akan membuatnya kehilangan kepribadian. Dalam pernikahan seperti ini, apabila seseorang mendapati bahwa ia lebih banyak memberi daripada menerima, perebutan kekuasaan akan terjadi. Apabila hak timbal balik tidak dapat disetujui bersama atau dijamin, pernikahan biasanya akan bubar.
Pandangan dunia tentang dunia menekankan kenikmatan maksimum dengan perngorbanan yang minimum. Pandangan ini tidak melibatkan kemungkinan yang tidak dapat diantisipasi seperti penyakit, gangguan emosional, bangkrut atau bahkan datangnya bayi yang tidak berdaya yang sangat membutuhkan perhatian. Itulah sebabnya mengapa pandangan dunia tentang pernikahan tidak berhasil, dan tingkat perceraian meningkat melampaui apa yang kita bayangkan. Kasih tidak pernah bisa berhasil dilaksanakan tanpa pengorbanan.
Hikmat Allah sangat berbeda dengan hikmat dunia. Dalam sebuah pernikahan yang Alkitabiah, seorang melihat mata pasangannya dan berkata, Aku mencintaimu, yang artinya aku memberikan komitmen untuk melayanimu, membangunmu, menyemangatimu. Aku sangat mengerti bahwa semua ini akan menghabiskan waktu, energy dan uangku, tetapi aku ingin meletakkan kepentinganku. Kamu yang pertama, aku belakangan.
Dalam sebuah pernikahan yang Alkitabiah, tidak ada perebutan kekuasaan. Yang ada adalah konteks melayani dimana masing masing pihak berusaha untuk mengasihi, memberkati, dan melayani yang lain. Istri saya mengerti apa itu cinta yang berkorban. Suatu malam kami makan malam di luar, dan dia berkata kepada saya, kulihat tuntutan hidupmu semakin meningkat, barangkali aku harus berhenti menulis dan berkonsentrasi untuk membuat hidupmu lebih baik.
Sekalipun saya tergoda untuk berkata, bagus, sementara kamu melakukan itu, kamu akan membuat saya bangkrut. Saya menahannya, karena saya tahu dia sedang menawarkan sesuatu yang paling berharga. Tidak, kata saya, aku sangat ingin kamu mengembangkan potensimu. Jangan berhenti menulis, mungkin aku harus mengatakan tidak untuk beberapa hal yang lainnya supaya kamu bisa terus bertumbuh dan berkembang. Dan di restoran itu kamu berargumentasi, bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk saling membangun.
Kasih yang berkorban merupakan tulang punggung dari pernikahan yang kekal, sekalipun itu menyebabkan kebuntuan dalam restoran itu. Itu juga merupakan tulang punggung dari persahabatan yang kuat.
“Memberikan diri bagi teman”.
Dunia tidak memahami konsep kasih tentang persaudaraaan. Dunia menganjurkan untuk menemukan teman yang berpikiran sama, berpenghasilan sama, simpatisan partai yang sama dengan anda, dan memiliki kesulitan bermain golf yang sama. Mereka itu adalah orang orang yang aman, mereka tidak meminta konseling atau dukungan finansial. Jika anda menjaga jarak yang sehat dari kedua benda tadi, hubungan tidak akan dirumitkan oleh komitmen atau ekspektasi.
Persahabatan semacam ini hanya akan berhasil bila dasar hidup anda tidak runtuh. Ketika anda menghadapi masalah yang serius, kehilangan anggota keluarga secara tragis atau penyakit yang serius. Anda tiba tiba menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang peduli. Anda tidak menginvestasikan apapun dalam hidup orang lain, oleh sebab itu ketika anda butuh untuk menarik uang, tidak ada uang di dalam bank persahabatan anda.
Persahabatan orang Kristen berbeda, anda akan menemui saudara dan saudari dan memutuskan untuk memberikan hidup anda bagi mereka. Anda menginvestasikan waktu, energy dan bahkan uang anda. Karena anda menemui mereka secara reguler, anda memahami kehidupan masing masing. Anda saling menyemangati, saling menasehati, saling memberi tantangan dan teguran. Anda berkorban. Beberapa waktu yang lalu, seorang saudara menulis surat kepada saya yang diawali dengan kalimat, surat ini untuk memberitahu anda secara formal bahwa apa yang saya punya adalah milikmu, jika anda dan keluarga anda membutuhkan pertolongan, katakana saja. Seorang rekan kerja suatu hari juga berkata kepada saya, aku tahu, aku bisa menelpon lima orang sekarang, yang akan meminjamkan mobil, memberi pertolongan, tempat tinggal apabila diperlukan. Itu adalah salah satu berkat terbesar dalam hidupku.
Pengorbanan semacam itu adalah fondasi dari persahabatan yang sejati dan pernikahan yang kuat. Pengorbanan juga dapat diaplikasikan dalam banyak hal. Misalnya dalam dunia bisnis, pengorbanan mengubah cara kita dalam memperlakukan rekan kerja kita, karyawan kita, dan para pelanggan kita. Di dalam komunikasi kita, kasih itu akan menjangkau banyak orang dan membuat hidup mereka menjadi lebih baik.

Ayah saya selalu mengakhiri suratnya kepada saya dengan frase, kasihilah orang orang yang paling membutuhkan kasih. Dia menerapkan perkataannya di Kalamazoo, Michigan, dimana dia menolong seorang buta membuka sebuah restoran, menyediakan tempat tinggal bagi para gelandangan di pusat kota dan ketika para pengungsi Vietnam membanjiri Negara kami, dia mengadopsi empat atau lima keluarga dan memberi mereka rumah, mobil serta pekerjaan. Walaupun tanggung jawab pekerjaannya besar, selama 25 tahun setiap hari minggu siang, ayah saya memimpin pujian dan pemahaman Alkitab untuk 100 orang wanita yang mengalami keterbelakangan mental di rumah sakit umum. Itulah kasih yang berkorban dan dunia saat ini sangat membutuhkan kasih semacam ini.

0 Response to "Arti Cinta Yang Berkorban part 1"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label