Arti Cinta Yang Lembut

Arti Cinta Yang Lembut
Memakai sepatu orang lain.

Tanaman besar di ruang tamu kami terserang penyakit, dan istri saya karena khawatir kalau penyakit itu akan menulari tanaman lainnya, memutuskan untuk membuangnya. Suatu pagi ketika anak anak masih di sekolah dia memotong semua cabangnya dan memasukkannya ke dalam plastic sampah. Dia meninggalkan pot besar dengan batang pohonnya di ruang tamu supaya ketika saya pulang bisa memindahkannya ke garasi.
Siangnya, anak anak kami masuk ke ruang tamu dan melihat pot itu. Putra kami yang berusia enam tahun menangis, mengapa mamah melakukan hal yang sangat buruk?, dia bertanya kepada Lynne, apakah mamah harus membunuh tanaman itu?, apakah tanaman itu kesakitan saat ia mati?, apakah ia berdarah?, apa tidak ada dokter yang bisa dipanggil?, Lynne membutuhkan setengah jam untuk menjelaskan situasinya dan membuat dia mengerti.
Sementara itu kakak perempuannya, yang berusia 9 tahun berkata dengan sadis, Todd, itu hanya tanaman tua yang sakit. Jangan menghkhawatirkannya. Aku senang mamah memotongnya dan melepaskannya dari penderitaannya. Apakah mamah akan memotongnya lagi?, apakah mamah mau kubantu?, dua anak itu lahir dari orang tua yang sama, dibesarkan di dalam keluarga yang sama dengan tingkat kasih yang sama, namun yang satu lebih lembut dibandingkan yang lain.
Beberapa teman saya memiliki seekor anjing yang sangat setia, anggota keluarga yang setia selama 13 tahun. Tetapi anjing itu sakit parah dan satu satunya cara terbaik adalah menidurkannya dengan paksa. Keluarga itu sangat sedih. Mereka menunda hari yang buruk itu berulang kali. Sampai suatu saat semua anggota keluarga kecuali sang ayah harus pergi ke luar kota untuk beberapa urusan, dan dia memutuskan untuk membawa anjing itu ke dokter hewan. Dia memberi tahu saya, aku mengangkat anjing itu dan menggendongnya ke dalam mobil. Saat aku menyetir ke praktek dokter hewan, dia merangkak ke kursi dan meletakkan kepalanya di kakiku dan menyerodok. Waktu yang sangat sulit bagiku untuk membawanya ke dokter hewan. Setelah dokter itu membuatnya tertidur, aku kembali ke parkiran dan duduk beberapa saat sebelum bisa pergi kembali bekerja.
Pria itu dan adiknya bekerja di tempat yang sama. Sesampainya di kantor, adiknya bertanya dari mana dia gerangan, Yah, kamu tahu hari ini adalah harinya, jawab pria itu, aku harus membawa anjing itu ke dokter hewan dan menidurkannya.
Adiknya mengejek, kamu membayar dokter hewan hanya untuk menidurkan anjing?, seharusnya kamu bawa saja anjing itu kepadaku. Aku akan memukul kepalanya dan mengurusnya, tidak masalah. Dua bersaudara itu memiliki orang tua yang sama, dan dibesarkan dengan cara yang sama, tetapi yang satu memiliki hati yang lembut dan yang lainnya berjiwa keras.
“Beberapa lembut, Beberapa keras”.
Paulus mengatakan dalam Efesus 4:32, “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu”.
Bagi kebanyakan kita, ini bukan merupakan perintah yang mudah untuk diikuti. Kelembutan tampaknya merupakan reaksi reflex sebagian orang, tetapi bagi yang lain itu sangat asing dan sulit. Anda melihat hal itu di tempat tempat umum seperti bandara dan pusat perbelanjaan. Seorang wanita tua sedang bergumul dengan bawaannya, dan seorang pria tegap melewatinya begitu saja. Beberapa orang bahkan berteriak, maju Nek, dan kemudian seorang yang lembut hati datang dan meluangkan waktu untuk menolong.
Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati. Yesus menekankan bahwa menjadi orang saleh bukanlah jaminan untuk menjadi orang yang berhati lembut (Lukas 10:30-37). Imam dan orang Lewi melewati orang yang terluka dari sisi seberang jalan karena mereka tidak mau terlibat. Akan tetapi seorang yang tidak saleh, seorang Samaria, memberikan pertolongan karena dia memiliki hati yang lembut.
Ada banyak alasan mengapa ada orang yang berhati lembut dan ada yang tidak. Sebagian jawabannya dapat dijelaskan melalui karya Tuhan. Dia membuat kita berbeda. Sebagian karena warisan keluarga, temperamen individu, dan berbagai pengalaman yang dimiliki. Baik kelembutan maupun ketegaran adalah kualitas karakter yang penting, keduanya merupakan sisi dari kasih.
Saya menawarkan bagian ini kepada pra cloning dari Rambo – orang yang seperti saya, yang secara natural adalah orang orang yang keras. Saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa proses pelembutan harus terjadi dalam hidup anda, bahwa anda harus belajar menjadi baik dan lembut jika anda ingin memiliki karakter seperti Kristus. Namun, bagian selanjutnya saya dedikasikan kepada orang orang Kristen lembut yang perlu mempelajari kasih yang keras – mengatakan kebenaran sekalipun menyakitkan, membuat ombak dalam hubungan supaya tidak stagnasi, menegur seseorang sebelum hidupnya hancur. Orang yang keras harus belajar kelembutan dan orang yang lembut harus belajar ketegasan. Keduanya adalah aspek yang penting dalam kasih Kristus.
“Dilema orang yang keras”.
Jika kita sebagai orang yang keras hati jujur, kita harus mengakui bahwa pendekatan kita yang keras bisa merusak. Kita melecehkan orang yang seharusnya tidak dilecehkan dan ketika mereka sakit hati, kita berkata, apakah kamu tidak bisa diajak bercanda?. Kita tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik. Biasanya, saat mereka berbicara kepada kita, kita bisa membuat rencana yang tidak berkaitan dan secara mental tidak memberi respons kepada mereka. Kita bertanya, mengapa mereka begitu lemah dan penakut. Kita menggunakan mereka dan membuang mereka ketika mereka telah melakukan apa yang menjadi tujuan kita. Sekalipun barangkali kita tidak menyadarinya, orang lain memberi tahu kita bahwa kita bertindak secara superior. Kita senang menjadi benar, bersaing, dan khususnya memenangkan segalanya. Jika hati kita diselidiki, kita sebenarnya diam diam menganggap orang yang berhati lembut sebagai orang yang lemah secara emosional atau tidak beres secara psikologis.
Namun dalam saat teduh kita, yang kita lakukan agak teratur, kalau memang benar begitu – dan biasanya kita lakukan ketika kita lemah secara finansial, ditimpa kecelakaan, penyakit, perceraian atau krisis lainnya – kita tidak menyukai apa yang kita lihat dalam jiwa kita. Hal ini secara khusus benar bila hubungan kita dengan Yesus Kristus adalah hubungan penyelamat dan yang diselamatkan. Selama masa intropeksi saya yang sangat jarang, saya bertanya kepada diri sendiri, bagaimana mungkin hatiku begitu keras?, padahal aku telah mengalami kasih karunia Tuhan Yesus dalam hidupku. kasihNya telah membekas dalam jiwaku dan mengubah hidupku. Aku tahu Roh Kudus bekerja dalam hidupku dari dalam ke luar, menjadikanku sebagai orang yang lebih mengasihi. Aku tahu Tuhan dengan kemurahanNya telah menempatkan diriku di dalam sebuah komunitas besar saudara saudara seiman yang bertumbuh dalam usaha mereka untuk menjadi orang yang lebih dipenuhi oleh kasih. Tetapi aku masih terlalu kaku dan dingin. Apa yang kuperlukan agar aku bisa menjadi orang yang berhati lembut?, langkah langkah praktis apa yang harus kuambil agar bisa berhubungan dengan orang lain dengan lebih lembut?.
“Visi yang terdistorsi”.
Segera setelah saya menjadi orang Kristen, saya menyadari bahwa saya sangat perlu dilembutkan. Suatu hari ketika saya membaca Alkitab, saya membaca kembali episode kehidupan Kristus ketika Dia menyembuhkan orang buta. Biasanya, ketika Yesus menyembuhkan seseorang. Dia menyentuhnya atau berbicara kepadanya dan penyakit orang itu disembuhkan secara instan. Tetapi, dalam cerita yang dicatat di Markus 8:22-26, penyembuhan itu memiliki 2 fase. Yesus menyentuh mata orang itu, lalu Dia bertanya, Sudahkah kaulihat sesuatu?.
Orang itu menjawab, aku melihat orang, tetapi tampaknya seperti pohon pohon yang berjalan. Yesus menyentuhnya lagi dan kali ini dia menerima penglihatan sepenuhnya. Setidaknya dia bisa melihat orang dengan jelas, tanpa distorsi.
Pada saat itu saya tidak begitu memahami tentang penafsiran ayat ayat Alkitab, tetapi saya tahu cerita itu untuk saya. Saya merenungkan perkataan, aku melihat orang, tetapi tampaknya seperti pohon pohon yang berjalan. Saya pikir, itu adalah masalahku juga. Aku tidak melihat manusia dengan jelas. Manusia menurutku, hanya bagian dari alam semesta, mereka sama saja pentingnya dengan pohon.
Saya ingat saya berkata dalam hati, ketika aku melihat ke sekeliling dan melihat orang lain, aku tidak berpikir, wow, orang ini adalah ciptaan Allah yang sangat indah. Dia memiliki gambar Allah yang melekat kepadanya. Roh Kudus mencarinya siang dan malam untuk membawa orang ini ke dalam hubungan dengan Bapa. Dia sangat penting bagi Tuhan, saya tidak berpikir seperti itu, bagi saya, manusia itu sama seperti pohon berjalan. Dan ketika saya menyadari betapa berbedanya pandangan saya akan manusia dari pandangan Yesus, saya tahu visi saya harus berubah. Saya perlu belajar melihat orang sebagaimana mereka adanya.
“Melihat dengan mata Allah”.
Saya tahu banyak orang berhati keras. Mereka cenderung bergerak cepat. Mereka pergi ke berbagai tempat untuk menyelesaikan urusan. Adrenalin mereka meningkat. Mereka memiliki tujuan, kuota untuk dipenuhi kesepakatan bisnis yang harus digolkan. Apa yang mereka lakukan tampak sangat penting bagi mereka sehingga mereka melihat orang lain hanya dari sudut kepentingan mereka sendiri, proyek proyek dan harapan harapan mereka. Manusia dilihat sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau sebagai rintangan yang menghalangi kemajuan. Bagi orang yang keras hati dan bergerak cepat, manusia adalah alat yang dapat digunakan atau masalah yang harus dihindari.
Orang yang berhati keras berusaha membagi dunia menjadi 2 kategori: pemenang dan pecundang. Berbobot berat dan berbobot ringan, orang yang bertahan dan orang yang mudah menyerah, orang yang tajam dan tumpul. Mereka sulit menyadari bahwa mereka belum pernah menjadi manusia biasa – bahwa setiap manusia yang hidup, berjalan dan bernafas adalah harta kesayangan Allah yang sangat berharga di mata Tuhan. Sulit bagi mereka untuk memahami bahwa pecundang dan orang mudah menyerah sama berharganya di mata Tuhan seperti para pemenang dan orang yang bisa bertahan; bahwa orang Rusia, Kuba, Libya, dan Palestina sama pentingnya bagi Tuhan dengan orang Amerika, bahwa Tuhan mengasihi para tahanan, homoseksual dan pelacur sama seperti Tuhan mengasihi para pialang saham, mahasiswa kedokteran gigi, dan mahasiswa seminari.
Semua manusia adalah ciptaan yang dikasihi oleh Tuhan, dan semuanya diundang untuk menerima pengampunan di atas Kayu Salib. Karena Tuhan telah mengundang semua orang untuk menjadi keluargaNya. Semua orang yang kita temui berpotensi untuk menjadi saudara/saudari kita. Saat kita memahami kebenaran ini dan mulai melihat sesama kita seperti Tuhan melihat mereka, kita mulai dilembutkan dan memperlakukan mereka dengan lembut.
Orang yang keras hati, perhatikanlah, jika suatu ketika anda bersikap kasar dengan seseorang hanya karena dia pelayan, tukang parkir, pemotong daging, tukang roti atau pembuat lilin – berhenti!. Mereka bukan orang yang sepele di mata Tuhan. Mereka barangkali melakukan hal hal yang sederhana, tetapi setiap mereka berharga bagi Tuhan. Setiap orang penting, para pengusaha, jika anda ingin memecat pegawai, jangan membuang dia. Ingatlah, orang itu berharga bagi Tuhan. Para pemuda, jika anda merasa harus putus dengan pacar anda, jangan mendepaknya begitu saja. Ingat, orang itu berharga bagi Tuhan. Para supir, lain kali ketika seseorang menyalip anda di jalan, jangan membalas. Ingatlah, orang yang pemarah juga berharga bagi Tuhan. Dan, harta Tuhan harus diperlakukan dengan lembut.
“Merasakan Hati Allah”.
Untuk mempelajari kelembutan, kita orang orang yang berhati keras harus mulai melihat seperti Tuhan melihat. Kedua, kita harus berusaha menempatkan diri kita di posisi orang lain atau memakai sepatu orang lain, merasakan apa yang mereka rasakan. Kontrasnya, orang yang berhati keras dapat melihat orang yang tersakiti, patah hati atau marah dan kemudian berkata, mereka kelihatan seperti punya masalah. Sangat lebih mudah bagi mereka untuk menganalisis masalah orang lain daripada ikut merasakannya dengan mereka.
Beberapa tahun yang lalu, Lynne dan saya pergi melihat Sophie’s Choice, sebuah drama psikologi yang cukup berat, yang sebagian settingnya adalah kamp penyiksaan jaman perang dunia ke 2, saya benar benar penuh tawa sore itu. Merasa seperti seorang remaja yang berkencan dengan gadis tercantik di sekolah saya, saya membeli popcorn, merangkul istri saya dan bersandar untuk menikmati film.
Setelah ¾ jam jalannya film tersebut, ceritanya berubah menjadi menegangkan. Menggendong dua anak di tangannya, Sophie diharuskan mengambil keputusan anak yang mana yang harus diserahkan kepada prajurit Nazi untuk dibakar. Ini benar benar sebuah drama yang berat, menurut saya, tapi ceritanya terlalu lama. Apa toko pop corn itu masih buka?, aku ingin membelinya lagi. Ketika saya berpaling, saya melihat Lynne menangis. Saya memutuskan untuk membeli pop corn di lain waktu saja, dan dia menangis di sepanjang sisa film tersebut.
Ketika saya kembali ke mobil, saya dapat merasakan bahwa itu bukan waktu yang tepat untuk bercanda. Jadi, kami menyetir ke rumah tanpa suara dan pergi tidur tanpa mengatakan apapun juga. Saya tidak mengetahui apa yang salah dengan dia sampai satu setengah hati kemudian ketika dia pada akhirnya berani membuka diri untuk membicarakannya. Aku ingin memberi tahu mengapa aku begitu sedih kemarin, katanya, aku membayangkan aku sedang menggendong Todd di satu tangan dan Shauna di tangan yang lainnya, dan hanya punya waktu 30 detik untuk memilih yang mana yang harus mati dan hidup. Bagaimana mungkin aku bisa membuat pilihan seperti itu?. Lynne tidak hanya menempatkan diri di sepatu Sophie, tetapi dia merangkak di kaos kakinya, bajunya dan hiasan rambutnya. Dia telah menjadi Sophie untuk beberapa saat.
Hal itu tidak terjadi pada saya. Saya tinggal di luar karakter dan menonton dramanya, faktanya, saya tidak segera memahami mengapa istri saya sangat terpengaruh dengan film tersebut. Empati tidak datang secara natural kepada kita orang orang yang berhati keras. Kita harus melambat dan membuat sebuah usaha untuk menempatkan diri kita di dalam sepatu orang lain. Kita harus bertanya kepada diri sendiri apa yang akan kita rasakan apabila kita berada dalam situasi seperti itu.
Bagaimana rasanya menjadi orang cacat, tidak dapat berdiri, berjalan, memakai sepatu sendiri, menyetir, atau bahkan menemukan tempat duduk di dalam Gereja karena tidak ada tempat bagi kursi roda anda?
Bagaimana rasanya menjadi pengangguran, memiliki hipotek dan kredit mobil yang tidak bisa dibayar dan memiliki anak anak yang tidak dapat dipelihara dengan kecukupan?
Bagaimana rasanya menjadi orang kulit hitam yang berada dalam komunitas orang kulit putih yang sangat tidak sensitif kepada minoritas?
Bagaimana rasanya bercerai, menjadi duda, kehilangan anak atau orang tua?
Bagaimana rasanya menjadi penderita kanker, sclerosis, Alzheimer atau AIDS?
Ketika kita meluangkan waktu untuk ber empati, untuk berjalan di dalam sepatu orang lain, beberapa celah akan tampak pada betoh hati kita yang keras.
“Memperlakukan orang lain seperti Kristus memperlakukan kita”.
Tentu saja, orang yang lembut hari harus berpikir melampaui perasaannya, itu penting dalam usaha untuk memandang orang sebagai harta kesayangan Allah. Sangat penting untuk belajar ber empati kepada mereka. Akan tetapi bagaimana perasaan perasaan ini harus di ekspresikan?, haruskah saya terlihat total dalam hidup orang lain?, haruskah saya memberikan toko saya?, haruskah saya menjual rumah dan bergabung dengan korps perdamaian?, apa yang seharusnya dilakukan oleh orang Kristen yang lembut hati?
Secara garis besar, Kitab Suci, memerintahkan kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana Kristus memperlakukan kita?, ketika anda berdoa, Tuhan mendengarkan dengan seksama setiap kata yang anda ucapkan. Mengapa anda tidak memperlakukan pasangan, anak, teman dan rekan kerja anda dengan cara yang sama?. Pelan pelan, matikan televisi, hentikan semua gangguan dan katakana, aku akan mendengarkan apa yang hendak kau katakana. Jika anda melakukan kesalahan. Yesus mengangkat anda, mengampuni anda, dan terus memperlakukan anda dengan kasih dan hormat. Mengapa tidak melakukan hal yang sama dengan orang orang yang hidup, bekerja dan beribadah bersama anda?, ketika anda merasa kesepian dan tidak aman. Roh Kudus berada di sisi anda, menenangkan, dan menyakinkan anda akan kasih Tuhan. Mengapa tidak memberikan penghiburan dan dukungan bagi orang orang yang anda kasihi ketika mereka menghadapi masa masa sulit?
Tidak seharusnya orang percaya meragukan belas kasih Tuhan. Buka Alkitab dan temukan bukti di setiap halaman. “Engkau berharga di mataKu dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yesaya 43:2). “Aku menyebutmu kamu sahabat” (Yohanes 15:15). “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). “Seperti bapa sayang kepada anak anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang orang yang takut akan Dia” (Mazmur 103:13). Tuhan saja tidak membiarkan anak anakNya mengira ngira apakah mereka dikasihi atau tidak. Jadi, mengapa anda tidak mengekspresikan cinta kasih anda secara terus menerus supaya keluarga, teman atau rekan kerja anda mengetahui bagaimana perasaan anda kepada mereka?.
Apa yang akan terjadi jika orang yang berhati keras mulai melihat orang lain dengan mata Allah, memakai sepatu orang lain dan memperlakukan mereka sebagaimana Kristus memperlakukan kita?, hasilnya akan menceganggkan. Setelah kaget sesaat, pasangan dan anak anak kita akan merasakan sukacita. Rekan kerja kita akan menggelengkan kepada dan berkata, suasana di sini telah benar benar berubah, aku ingin tahu apa yang telah terjadi dengan Harry lama yang keras hati?. Persahabatan kita yang hanya di temukan di permukaan akan beranjak lebih mendalam menjadi hubungan persaudaraan yang hangat. Gereja kita akan berkembang secara efektif ketika orang orang mengetahui bahwa mereka bisa menemukan kasih di tempat dimana Kristus disembah.
Terima kasih kepadaNya untuk orang orang yang berhati lembut. Tanpa mereka kehidupan kita akan mandul dan tidak memuaskan. Terima kasih kepadaNya karena kita semua dapat bertumbuh di dalam kelembutan. Bahkan kita yang secara natural berhati keras.


By Bill Hybels

0 Response to "Arti Cinta Yang Lembut"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label