Arti Cinta Yang Radikal

Arti Cinta Yang Radikal

Kita telah melihat kasih dalam berbagai sudut pandang. Kita telah melihat bahwa kasih perlu ditunjukkan dalam bentuk yang keras dan juga lembut. Dan, kasih hampir selalu menuntut pengorbanan. Meskipun demikian, Yesus masih menunjukkan kepada kita sisi yang lain dari kasih dalam Matius 5:39-41, bagian dari Khotbah di Bukit, “Tetapi Aku berkata kepadamu: janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil”.
Saya pikir ketika Yesus mengkhotbahkan perkataan yang terkenal ini. Dia sedang berusaha untuk mengajak para murid melangkah demi selangkah lebih maju untuk memahami Kasih Kristen. Dia sedang mengatakan kepada mereka, Teman, kalian telah membuat kemajuan yang berarti dalam memahami apa artinya mengikut Aku, tetapi jika kalian ingin memiliki hubungan personal yang Kuharap kalian miliki, yang kalian butuhkan adalah informasi yang jujur, praktis dan membuka mata. Oleh sebab itu dengarkan dengan seksama ilustrasi ilustrasi sederhana sehari hati tentang apa itu artinya mengasihi seperti Aku mengasihi.
“Tamparan di wajah”.
Bayangkan bagaimana Yesus terdengar di telinga para murid:
Bayangkan anda sedang berjalan di jalan yang sibuk di Yerusalem. Anda melihat beberapa pria berdiri di ujung jalan dan mendiskusikan masalah politik. Anda mengenal beberapa dari mereka dan anda mulai mendekat untuk mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan. Kemudian, seseorang meminta anda untuk menjelaskan pandangan anda tentang skema politik Yerusalem. Anda dengan antusias merespons, menawarkan beberapa usulan yang baik yang akan dapat menyelesaikan persoalan di Yerusalem, dan anda tahu persis bahwa beberapa dari usulan anda adalah usulah yang berani, dari sudut pandang mata anda, anda melihat seorang pria yang mukanya berubah menjadi merah karena marah. Dan tiba tiba meloncat ke depan anda, dan dengan kekuatan penuh dia manampar wajah anda.
Di dalam budaya Yerusalem pada abad pertama, menerima tamparan di wajah dianggap sebagai penghinaan yang paling merendahkan. Bahkan sekarang, ketika kita dihina, kita akan berkata, itu adalah sebuah tamparan di muka. Itu sudah pasti, anda dihina oleh sebuah tindakan yang arogan dan tidak dapat diterima di depan umum. Anda masih dapat merasakan rasa nyeri di wajah anda. Adrenalin anda mengalir, kemarahan anda memuncak. Kehormatan anda sedang dipertaruhkan. Anda tahu bahwa anda membalas orang itu. Dan di dalam kepala anda, ada suara, Rocky Rocky Rocky……
Saatnya kebenaran tiba. Apa yang akan anda lakukan?, dalam Khotbah di Bukit, Yesus memerintahkan para murid untuk menunjukkan kasih yang radikal. Jangan balas menampar. Jangan berteriak kepada orang itu. Jangan menyerangnya, jangan mengutukinya. Tetapi, tatap orang itu dan ingatlah, di balik kemarahan dan kesewenang wenangnya, orang itu berharga di mata Tuhan. Bahwa pada saat itu Tuhan sedang berusaha menjangkau dia. Kenyataannya, Dia sedang mencari seseorang yang dapat Dia pakau untuk mengasihi orang itu. Oleh sebab itu galilah ke kedalaman fondasi iman anda dan kasihi dia. Lakukan sesuatu yang radikal yang akan menandai hidupnya. Jika dengan memberikan pipi yang lain untuk ditampar sekali lagi akan memberi kesan dalam jiwa orang itu, berikan itu.
Dapatkah anda membayangkan bagaimana beratnya tantangan Yesus ini di telinga para murid ?, dilahirkan dan dibesarkan dalam budaya yang membalas dendam, mereka semua tahu tentang kehormatan, keberanian, dan kemachoan. Memberikan pipi yang lainnya?, benar benar ide yang gila.
“Melampaui Hak Hak Legal”.
Kalimat Yesus selanjutnya perlu dijelaskan kembali, soal jubbah di Timur tengah pada zaman Perjanjian Baru. Pada saat itu orang memakai pakaian dalam yang terbuat dari kain lembut yang agak ketat. Biasanya orang memiliki beberapa set. Di atas pakaian yang lembut ini, mereka memakai jubbah yang berat, hangat, lebih longgar yang berfungsi ganda. Pada siang hari sebagai jas atau jaket, pada malam hari sebagai selimut.
Iklim pada saat itu bisa membuat seseorang sakit jika ia tidak memiliki jubbah luar untuk menghangatkan diri di malam hari. Karena fungsinya yang sangat penting, jubbah ini bahkan dilindungi oleh hukum. Dalam perdagangan dan barter biasanya seseorang akan menahan pakaian orang lain sebagai jaminan sampai persetujuan dilaksanakan dan barang diberikan. Biasanya yang digunakan sebagai jaminan adalah pakaian dalam karena semua orang bahkan orang miskin sekalipun punya. Jubbah luar tidak boleh digunakan, karena menahan jubah luar orang lain semalaman adalah perbuatan melanggar hukum, bahkan jika orang itu melanggar perjanjian. Jubah itu harus dikembalikan saat matahari tenggelam agar si empunya terlindung dari udara malam yang dingin.
Pandangan Yesus tentang pentingnya jubah luar sangat luar biasa. Apabila anda membuat persetujuan dengan seseorang dank arena beberapa alasan perjanjian itu tidak berjalan, dan apabila orang itu menuntut pakaian dalam anda sebagai jaminan, berikan kepadanya, tentu saja itu harus dilakukan. Akan tetapi, lakukan lebih jauh lagi. Tawarkan kepada dia jubah anda. Pandang dia dan katakana, aku tahu apa yang benar. Persetujuan adalah persetujuan, dan aku tidak melakukan bagianku. Jadi ini, ambillah jubah luarku, sekalipun menurut hukum aku boleh menahannya. Tetapi penting bagiku untuk dikenal sebagai pedagang yang dapat dipercaya, dan aku bisa melewati satu malam tanpa jubah. Kalau begitu, apakah ada pelayanan lain yang dapat kulakukan buatmu dan keluargamu?.
Menurut Yesus, kasih yang radikal melakukan lebih daripada yang tertulis dalam hukum. Kasih tidak pernah melakukan apa yang minimum. Kasih melampaui hukum dan menawarkan pelayanan yang menakjubkan.
“Mil Kedua”.
Selanjutnya mari kita bahas ilustrasi Yesus yang ketiga yang memotong jiwa para pendengarnya karena berkaitan dengan sebuah praktek yang sangat mereka benci- pemaksaan. Pada zaman itu Israel dikuasai oleh Roma. Para Gubernur memerintah di seluruh kekaisaran, dan tentara bertugas di semua provinsi. Seorang prajurit Romawi berhak secara legal untuk mendekati setiap warga pada waktu siang atau malam dan memaksanya melayaninya. Prajurit itu bisa memaksa rakyat untuk memasak makanan, mencuci pakaian, memberi tumpangan, atau apapun yang menurut prajurit itu perlu untuk dikerjakan.
Orang orang Yahudi khususnya sangat benci jika prajurit Roma memaksa mereka membawa barang. Setiap kali pergantian pasukan pendudukan berlangsung di suatu daerah, seorang prajurit akan muncul dan menepuk bahu seorang Yahudi dengan pedang dan berkata, Angkat koper dan ta situ cepat. Tidak peduli apa yang sedang dilakukan oleh orang Yahudi itu, tidur, bekerja di ladang, atau berdagang, dia harus berhenti dan melakukan perintah itu. Namun demikian, ada batasan. Orang orang Yahudi sangat membenci praktek ini sehingga para pejabat Romawi akhirnya memerintahkan para prajuritnya untuk membatasi permintaan mereka. Mereka tidak boleh memaksa seorang Yahudi untuk membawa beban lebih dari satu mil setiap kalinya.
Misalnya seorang prajurit Roma mencengkeram kerah leher anda, mendorong kopernya ke perut anda dan berkata, bawa ini, dia berjalan santai di samping anda, memakan buah anggur, sementara anda tersandung kesusahan saat membawa kopernya. Apa kata Yesus?, ketika anda sampai di mil yang telah ditetapkan, bukan memerintahkan anda melemparkan kopernya ke tanah dengan berharap anda bisa memecahkan barang pecah belah di dalamnya, bukan membersihkan jubah anda dari debu dan meludah ke tanah untuk memuaskan perasaan jijik anda terhadap prajurit kafir dan perbuatannya yang buruk, tunjukkan kepada dia kasih yang radikal.
Ketika anda sampai di batas mil tersebut, katakana, Tuan, dapatkah aku melayanimu lebih lagi?, Tuhan telah menaruh kasih dalam hatiku untuk semua makhluk ciptaanNya termasuk tuan, sekalipun tuan barangkali tidak menyadarinya. Tuan sangat berharga bagi Dia dan akan menjadi keistimewaan bagi saya jika saya bisa melayani tuan. Jadi, jika tuan ingin pergi satu mil lagi, saya akan pergi bersama tuan.
“Memahami Cerita”.
Seperti yang telah diajarkan Yesus dengan sangat jelas, prioritas tertinggi dalam kehidupan setiap orang percaya adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikiran kita (Matius 22:37-40). Prioritas tertinggi yang kedua seharusnya adalah mengasihi orang lain, semua orang yang berharga bagi Tuhan, dengan cara yang radikal, tidak membalas dendam, cara mil kedua.
Selama beribu ribu tahun orang telah membaca dan membaca kembali khotbah di bukit, meminta Roh Tuhan untuk menolong mereka memahami dan mengaplikasikan tiga ilustrasi tersebut. Orang orang percaya telah menarik sebuah kesimpulan yang luas dari semua itu, dan saya masih saja memiliki banyak pertanyaan tentang implikasinya bagi diri saya sendiri. Akan tetapi aplikasi untuk cerita ini secara umum sudah sangat jelas. Tidak ada misteri di sana.
Salah satu prinsip yang paling jelas yang diajarkan cerita ini adalah bahwa balas dendam merupakan jalan mati yang buntu. Dendam hanya akan menimbulkan dan meningkatkan kejahatan. Seseorang harus menghentikan kejahatan itu, dan Tuhan ingin orang itu adalah saya.
Implikasi lainnya dari cerita ini adalah kehormatan manusia bukanlah hal yang paling penting di dunia ini, saya harus belajar bagaimana menyerap tamparan setiap hari – di Salib di jalan raya, dipotong dalam antrean, atau diinterupsi dalam percakapan. Saya harus harus menjadi orang yang tidak terlalu mempertahankan diri, dan belajar untuk menyerap semua itu, bukan membalasnya.
Akhirnya cerita itu dengan jelas menunjukkan kekuatan rahasia dari mil kedua. Jika kita memberikan lebih banyak dari pelayanan yang minimum yang seharusnya kita berika, ketika kita melakukan lebih dari sekedar tugas kita, orang lain tidak akan mudah melupakannya.
Cara Yesus dalam mengasihi adalah metode yang baru, hukum Perjanjian Lama secara berhati hati mempertahankan keadilan – mata ganti mata, akan tetapi Yesus memerintahkan kita untuk mencari lebih dari sekedar keadilan dalam 3 ilustrasi tersebut. Mengapa Yesus ingin para murid menjadi orang orang yang mengasihi mereka secara radikal, tidak membalas dendam, dan pergi ke mil yang kedua?
“Memutuskan rantai kebencian”.
Pertama, Tuhan tahu bahwa dibutuhkan sebuah kasih yang radikal untuk mematahkan lingkaran permusuhan yang ada di dunia ini. Pada hari tiba tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia (Kejadian 4:8). Lingkaran ini mulai terbentuk dan sejak saat itu terus ada dan tidak dapat dikalahkan.
Teman saya adalah seorang paramedic di Humboldt Park, sebuah wilayah di Chicago yang terkenal dengan gengnya yang jahat, kamu pasti sudah tahu ceritanya, dia memberi tahu saya. Dimulai dengan kesalahpahaman kecil. Lalu memuncak ketika ada yang sakit hati dan kemudian orang itu sedikit memaki, kekasaranya memperovokasi yang lain, menimbulkan sebuah ancaman dan kemudian sebuah tantangan. Setelah itu keberanian dan kehormatan terlibat di dalamnya. Kemudian, mulailah kepalan tangan, pentung, pisau, dan senjata. Darah mengalir dan daging robek, setelah semuanya selesai dan orang orang tergeletak, mereka memanggil kami untuk membersihkan semuanya.
Saya tahu bagaimana semua itu terjadi. Peristiwa semacam ini sudah berlangsung selama bertahun tahun. Di sebuah lingkungan yang terletak di pinggiran kota yang intelek kebencian tidak diakhiri dengan perkelahian langsung. Kebencian dilancarkan melalui perang dingin, tidak peduli, tidak percaya pengasingan, kepahitan, tidak menegur, saling menghina, perpisahan, isolasi, dan tuntutan hukum. Sekalipun kita jarang berkelahi dengan tinju kita, kita dapat merusak tanpa pakaian kita robek sedikit pun.
Lingkaran kebencian harus dihentikan jika kita menginginkan hubungan yang harmonis dalam dunia ini, dan untuk itu dibutuhkan kasih yang radikal, tanpa dendam, dan yang bersedia berjalan dua mil. Harus ada orang yang bersedia menyerap tinju, hinaan, tamparan, bukannya membalasnya. Seseorang harus menyerap ketidakadilan dan tidak menularkan konflik kepada orang lain, seseorang harus menghentikan kebencian ini. Tuhan berfirman, Kamu dapat melakukannya, jika kamu bersedia menjadi seorang pengasih yang rqdikal.
Dalam pernikahan anda, apakah anda bersedia menjadi seseorang yang mematahkan kesunyian yang dingin ketika perasaan anda terluka?, di tempat kerja, apakah anda bersedia mengatakan, aku minta maag, bolehkah aku menolongmu menyelesaikan salah satu proyekmu supaya bebanmu lebih ringan?, di sekolah, apakah anda bersedia menyelesaikan tugas dengan sukacita dan kemudian menawarkan bantuan kepada orang lain, bahkan, khususnya, jika dosen atau guru anda sangat tidak menyenangkan dan suka memerintah?, Tuhan mencari para pengasih yang radikal yang bersedia melakukan tugasnya.

Alasan kedua, mengapa Tuhan menantang kita mengasihi secara radikal, tanpa dendam, dan bersedia melakukan lebih dari yang seharusnya adalah karena tidak ada yang meninggalkan kesan yang lebih dalam, dalam kehidupan rohani seseorang yang hatinya keras, kecuali kasih yang radikal dinyatakan dalam tindakan.
Jika anda mengenal kasih Kristus secara pribadi, anda barangkali akan terjaga pada malam hari dan berpikir tentang bagaimana caranya untuk memberi kesan dalam hidup orang lain sehingga mereka juga dapat menikmati apa yang telah anda temukan. Apakah dengan memakai pin?, menempelkan stiker di mobil anda?, meletakkan Alkitab yang besar di kantor?, memberi tahu mereka bahwa anda tidak pergi ke bioskop atau membeli album rock yang sangat sensuall?, Yesus berkata, jika anda ingin membuat kesan yang mendalam dan kekal dalam hidup seseorang, tunjukkan kasih yang radikal. Ada begitu banyak kekuatan yang terkumpul dalam kasih semacam itu yang membuat orang yang keras hati pusing. Mereka tidak dapat mengerti mengapa anda menyerahkan hak anda dan membiarkan orang lain memanfaatkan anda.
Yesus menunjukkan kasih yang radikal selama hidupnya. Dan pada akhir kisahNya, Dia menerima tamparan tanpa mengatakan apapun juga. Dia menerima pukulan tanpa mengutuk siapapun. Ketika paku ditusukkan di tangan dan kakiNya. Dia tidak membalas dan berkata, kamu akan membusuk di neraka karena melakukan hal ini. Tidak, tetapi Dia berkata, Bapa, orang orang ini berharga bagiMu, jangan bebankan kejahatan ini pada mereka, ampuni mereka, jika itu mungkin.
Ketika Yesus mati, seorang prajurit Romawi yang keras hatinya, hancur hati dan menangis, sungguh, Ia ini adalah Anak Allah. Saya tidak percaya prajurit itu pernah mendengar tentang teologia tertentu, namun dia luluh oleh kuasa Kasih Yesus yang radikal dan tanpa dendam, kasih mil kedua.

Alasan ketiga mengapa Tuhan menuntut kita untuk menunjukkan kasih semacam ini adalah karena kasih itu akan merekatkan hati para pengasih yang radikal dengan hati Allah.
Saya mengenal seseorang yang memiliki hubungan yang tidak biasa dengan Tuhan. Dia tidak dilahirkan seperti itu, dia ditarik mendekat kepada Tuhan melalui usahanya menerapkan kasih yang radikal. Beberapa tahun yang lalu, dia dan ayahnya melayani sebagai misionaris di Negara yang jauh. Para perwakilan dari sekte keagamaan lainnya meminta ayahnya untuk berdoa bersama mereka. Ayahnya setuju dan hari telah ditentukan. Ketika waktunya tiba, seorang pria datang dan mereka berdua pergi ke kamar untuk berdoa. Tiba tiba teman saya mendengar keributan. Dia bergegas memasuki kamar, dan menemukan ayahnya berdarah di lantai.
Orang yang meminta berdoa tersebut tidak mau berdoa tetapi justru menusuk ayah teman saya itu sampai mati.
Pemuda itu, bukannya berduka, dia malah memutuskan untuk mendedikasikan dirinya untuk menjangkau orang yang telah merencanakan pembunuhan ayahnya. Sebenarnya, tidak ada seorang pun yang akan menyalahkan dia jika dia meninggalkan pelayanan. Namun, dia tidak pergi, dia malah memperluas pelayanan yang telah dimulai ayahnya, dan dalam proses mengasihi secara radikal, dia belajar merasakan kehadiran dan kuasa Kristus yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Ketika anda ditampar, ketika anda menyerahkan hak anda dan membawa koper sejauh satu mil lagi, anda akan tenggelam bersama Kristus. Dan karena tanah tempat anda berpijak tidak solid, anda harus bergantung kepada Dia. Anda akan merasakan dukungan yang belum pernah anda kenali sebelumnya. Sebagian besar orang tidak akan pernah meninggalkan pelabuhan kasih. Mereka takut menjelajahi gelombang laut kasih yang radikal, tanpa dendam, yang mengharuskan mereka berjalan satu mil lagi.
Tetapi itulah tindakan kasih, di sanalah hadirat Tuhan termanifestasi dengan cara yang lebih besar dari yang dapat dibayangkan oleh orang orang yang tidak mau mengambil tindakan kasih seperti ini. Itulah tempat dimana orang mulai melihat Kristus lebih dekat, teladan kasih yang paling sempurna di dunia. Di sanalah tempat dimana kebencian mati dan kedamaian kekal dimulai.
Kasih yang radikal tidak masuk akal. Tidak mudah. Tetapi, itulah yang sangat dibutuhkan dunia saat ini dan selamanya.

By Bill Hybels


0 Response to "Arti Cinta Yang Radikal"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label