Memahami Arti “Uang”, Complete Edition

Memahami Arti “Uang”, Complete Edition

Jacques Ellul mengatakan bahwa seluruh pesan dari Pengkhotbah dapat disimpulkan dalam perkataan Georges Bernanos, “Untuk siap masuk ke pengharapan atas kejujuran, pertama tama kita harus melepaskan pengharapan atas segala kebohongan”. Tidak ada yang lebih menipu kita dibandingkan dengan rasa aman dan kuat karena punya uang – sebuah tema yang dibahas dalam Pengkhotbah Pasal 5 dan Pasal 6 dengan beberapa komentar tentangnya di seluruh Kitab itu.
Pengkhotbah Pasal 5:
5:1       (4-17) Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.
5:2       (5-1) Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit.
5:3       (5-2) Karena sebagaimana mimpi disebabkan oleh banyak kesibukan, demikian pula percakapan bodoh disebabkan oleh banyak perkataan.
5:4       (5-3) Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu.
5:5       (5-4) Lebih baik engkau tidak bernazar dari pada bernazar tetapi tidak menepatinya.
5:6       (5-5) Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?
5:7       (5-6) Karena sebagaimana mimpi banyak, demikian juga perkataan sia-sia banyak. Tetapi takutlah akan Allah.
5:8       (5-7) Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka.
5:9       (5-8) Suatu keuntungan bagi negara dalam keadaan demikian ialah, kalau rajanya dihormati di daerah itu.
5:10     (5-9) Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia.
5:11     (5-10) Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?
5:12     (5-11) Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.
5:13     (5-12) Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.
5:14     (5-13) Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatupun padanya untuk anaknya.
5:15     (5-14) Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya.
5:16     (5-15) Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?
5:17     (5-16) Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.
5:18     (5-17) Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.
5:19     (5-18) Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah.
5:20     (5-19) Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.

Pengkhotbah Pasal 6:
6:1       Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:
6:2       orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
6:3       Jika orang memperoleh seratus anak dan hidup lama sampai mencapai umur panjang, tetapi ia tidak puas dengan kesenangan, bahkan tidak mendapat penguburan, kataku, anak gugur lebih baik dari pada orang ini.
6:4       Sebab anak gugur itu datang dalam kesia-siaan dan pergi dalam kegelapan, dan namanya ditutupi kegelapan.
6:5       Lagipula ia tidak melihat matahari dan tidak mengetahui apa-apa. Ia lebih tenteram dari pada orang tadi.
6:6       Biarpun ia hidup dua kali seribu tahun, kalau ia tidak menikmati kesenangan: bukankah segala sesuatu menuju satu tempat?
6:7       Segala jerih payah manusia adalah untuk mulutnya, namun keinginannya tidak terpuaskan.
6:8       Karena apakah kelebihan orang yang berhikmat dari pada orang yang bodoh? Apakah kelebihan orang miskin yang tahu berperilaku di hadapan orang?
6:9       Lebih baik melihat saja dari pada menuruti nafsu. Inipun kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
6:10     Apapun yang ada, sudah lama disebut namanya. Dan sudah diketahui siapa manusia, yaitu bahwa ia tidak dapat mengadakan perkara dengan yang lebih kuat dari padanya.
6:11     Karena makin banyak kata-kata, makin banyak kesia-siaan. Apakah faedahnya untuk manusia?
6:12     Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?

Apa yang muncul di benak kita saat menyebutkan uang?, tidak pernah cukup. Berlalu begitu saja. Kemana perginya uang?, andaikan saya punya sedikit uang lagi. Semua berkutat di dalamnya hanya demi uang, uang adalah penentu.
Di satu sisi, sang Guru mengatakan bahwa, “Uang memungkinkan semuanya itu” (10:9). Di sisi lain, Ia mengatakan, “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang” (5:9).
Saya ingin menyoroti kembali kalimat bahwa, “Uang memungkinkan semuanya itu”. Dalam bukunya tentang menjembati masalah dompet dan masalah spiritual, Money And The Meaning Of Life, Jacob Needleman mengatakan bahwa, hanya ada sedikit saja, “bahkan teramat sedikit” masalah masalah kehidupan yang tidak dapat diselesaikan oleh uang yang terbatas.
Alasannya, menurut Needleman, adalah bahwa uang dapat membeli hampir semua yang kita inginkan. Masalahnya adalah, seperti ditunjukkan Needleman, “Bahwa kita cenderung menginginkan benda benda yang hanya dapat dibeli dengan uang”.
Ini mengarah kepada kesimpulan kedua sang Guru yang mengagumkan yakni bahwa, “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang”. Kemper Fullerton mengamati, “Akhirnya, para ahli ekonomi pun mengakui bahwa keyakinan keyakinan metafisik memiliki kekuatan mutlak untuk memdominasi kehidupan manusia. Alasan alasan ekonomis tidak dapat mempertanggung jawabkan kekuatan yang ajaib dalam perabadan Barat saat ini yang makin mengukuhkan motivasi menciptakan uang”. Apakah cinta kepada uang telah merebut tempat cinta kepada Allah?.
Sang Guru tidak hanya benci kepada uang, dan menyampaikan apa yang harus kita lakukan tanpa uang jika kita bisa. Kenyataannya, Ia hanya mengabsahkan nalar umum bahwa uang adalah jawaban dari banyak masalah.
Tetapi Ia tidak akan memperlakukan uang sebagaimana yang dilakukan oleh para teolog pada masa kini, sebagai sesuatu yang netral, hanya sebagai sebuah alat pembayaran yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Uang mempunyai kuasa menciptakan ilusi, yang membelokkan orientasi kita, mengendap di dasar hati kita. Itu sebabnya Yesus berkata, “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:21).
Dalam suatu nubuatan yang luar biasa tentang masyarakat konsumeris modern, sang Guru berkata dalam 5:10, “Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang orang yang menghabiskannya” – kita memperoleh banyak uang untuk terus membeli, dan hasrat kita tentang uang tidak pernah terpuaskan. Keinginan hari esok melampaui kebutuhan hari ini. Demikian juga, semakin banyak uang yang dimiliki seseorang, semakin banyak kemitraan dan masalah yang ia hadapi. “Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak, tetapi kekenyangan orang kaya sekali kali tidak membiarkan ia tidur” (ayat 11) – baik melalui kekhawatiran atau kekenyangan. Jika khawatir, kita bisa bergantung pada obat tidur, jika kekenyangan, kita akan menghabiskan banyak uang membeli perlengkapan olah raga.
Sang Guru mengantisipasi karya agung Kristus di Kayu Salib, yang “Melucuti pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum” (Kol 2:15) – dengan demikian menunjukkan daya ilusinya dan mengalahkannya dengan kematian dan kebangkitan Kristus. Sang Guru melucuti kekuasan uang dengan mengatakan bahwa uang adalah kosong sia sia, dan seperti uap. Uang dapat membeli segala sesuatu, bahkan nyawa manusia (Why 18:13). Uang bahkan dapat membeli tempat rahasia Yesus di taman dan memastikan penangkapanNya. Namun, uang tidak berarti apa apa, mengapa?
Tiga kebenaran yang membantu kita menempatkan uang secara tepat, antara lain:
Pertama, Kalau uang dicari bagi diri sendiri maka tidak pernah bisa memberikan kepuasan.
Anda tidak pernah merasa cukup – pertama adalah sebuah mobil mewah, dan kemudian villa, tuntutan terhadap harta terus datang. Seiring meningkatkan konsumsi, hasrat menimbun harta tidak bermakna apa apa bagi orang kaya selain melihatnya (5:10). Kidner mengungkapkannya sebagai berikut: “Jika ada yang lebih buruk daripada kecanduan karena uang, maka hanya kehampaan yang tersisa. Manusia, dengan keabadian dalam hatinya, membutuhkan makanan yang lebih baik daripada ini”.
Needleman mengekspresikannya dengan indah, “Jangan menggunakannya bagi Allah jika memang tidak sungguh sungguh dimaksudkan bagi Allah, ini berarti, di antara banyak cara lain untuk mengungkapkannya – jangan mencari kekuasaan, keamanan, kesenangan, pelayanan, kasih atau makna dari sumber lain selain dari sumber yang sungguh sungguh membawa manfaat bagi seluruh kenyataan”. Needleman menganggap bahwa seluruh masalah kehidupan dalam budaya kontemporer dapat disimpulkan dalam perkataan Yesus, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah”
Kedua, Kalau Uang dipercaya sebagai dasar jaminan maka itu hanya terbukti membawa kepada kekosongan.
Kata Ara “Mamon” memiliki akar kata yang sama dengan kata “Amen”, yang berarti “pasti” dan “terjamin”. Ketika anda percaya kepada uang sebagai dasar jaminan hidup, anda akan mendapatinya hilang sekejap seperti asap. Yesus berkata, “Kamu tiak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Luk 16:13). Sang Guru mengatakannya demikian, “Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari, kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri. Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatu pun padanya untuk anaknya” (5:12-13). Di lain tempat, Ellul mengatakan kita sedang mendesakralisasikan uang dengan cara mendermakannya, sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang kaya dalam Perumpamaan Yesus dalam Lukas 16 kepada Lazarus, orang miskin di depan pintu rumahnya.
Lukas 16:
16:1     Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu menghamburkan miliknya.
16:2     Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3     Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat, mengemis aku malu.
16:4     Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
16:5     Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
16:6     Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh tempayan.
16:7     Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu: Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8     Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari pada anak-anak terang.
16:9     Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi."
16:10   "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
16:11   Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?
16:12   Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu?
16:13   Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
16:14   Semuanya itu didengar oleh orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu, dan mereka mencemoohkan Dia.
16:15   Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.
16:16   Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya.
16:17   Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.
16:18   Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah."
16:19   "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.
16:20   Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,
16:21   dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya.
16:22   Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham.
16:23   Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya.
16:24   Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.
16:25   Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita.
16:26   Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.
16:27   Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku,
16:28   sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini.
16:29   Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu.
16:30   Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.
16:31   Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Ketiga, Kamu tidak dapat terus membawa uang.
Tank tidak pernah mengikuti mobil jenasah menuju pemakaman. “Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang” (5:14). Salah satu gejala tidak wajar yang buruk di dunia saat ini adalah Injil kekayaan dan kesehatan. Namun, pemikiran tentang hal itu sudah klasik, sebagaimana terungkap dalam berbagai cerita kuno bahwa kekayaan adalah tanda kesenangan Allah. Dan banyak penjaja agama saat ini mempromosikan pemikiran tersebut, bahwa jika anda mengasihi dan melayani Allah, anda akan diberkati dengan kekayaan materi. Bahkan sang Guru berkata, “Orang yang dikarunia Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan” (6:2). Jadi, seluruh harta kita berasal dari Allah tetapi di sini tidak ada hubungan sebab akibat langsung antara iman dan kekayaan. Malah, Allah memberikan kekayaan sebagian kepada orang benar dan sebagian lagi kepada orang fasik. Namun tak seorangpun yang bisa merasakan jaminan dalam harta atau uang.
Pada titik ini, William Diehl menulis satu bab penting tentang “teologi cukup” dalam bukunya, Thank God It’s Monday. Ia mencatat tentang godaan untuk terus memperoleh lebih banyak lagi mobil dan rumah mewah, khususnya ketika karier dan posisi seseorang sedang menanjak naik di perusahaannya. Sebaliknya, ia justru mengajukan konsep hidup “berkecukupan”, daripada memilih kehidupan pada posisi “puncak”. “Jika kita mengikuti teologi cukup”, kata Diehl, “itu berarti bahwa dalam kapasitas apa saja kita melayani, gaya hidup yang sederhana. Kita akan menerima dan menggunakan kekayaan dan kekuasaan secukupnya untuk menjalankan misi kita secara efektif dimana semua itu benar benar dibutuhkan untuk memenuhi peran keimanan kita, tetapi tidak pernah untuk kepentingan diri kita sendiri”.
Jadi sekali lagi ka tidak menemukan harapan dalam tipu muslihat uang. Sang Guru ingin kita memahaminya hanya untuk mengetahui bahwa segala sesuatu di bawah matahari adalah sia sia – entah pekerjaan, karier, pernikahan, proyek, harta benda – yang, jika dicari untuk diri sendiri, akan mengisi kevakuman akan Allah di dalam hati. Tidak ada satu pun di bawah matahari yang bisa memberi kepuasan, kecuali Allah. Jadi sebenarnya, apa makna kesuksesan itu?......


By Paul Stevens

0 Response to "Memahami Arti “Uang”, Complete Edition"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label