Petunjuk Baru Bagi Pekerjaan Part 2: Bagi Majikan/Pemimpin/Bos

Petunjuk Baru Bagi Pekerjaan Part 2: Bagi Majikan/Pemimpin/Bos

6:5 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, 6:6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, 6:7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. 6:8 Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat p  sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan. 6:9 Dan kamu tuan-tuan, perbuatlah demikian juga terhadap mereka dan jauhkanlah ancaman. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka. [Efesus 6:5-9]
Di sini Paulus memberitahu pada tuan bahwa mereka adalah hamba juga – hamba hamba Kristus (ay 9). Ini adalah sesuatu yang luar biasa dan radikal untuk dikatakan kepada suatu budaya yang kaku secara hierarkis. Ia mengatakan “berlakulah di antara para hambamu seolah olah kamu adalah sesama hamba!”. Mudah untuk melewatkan anak kalimat “dengan cara yang sama”. Dengan cara apa?, dengan cara para hamba memperlakukan tuan mereka, dengan betul betul menghormati kebutuhan kebutuhan mereka!. Sarjana Perjanjian Lama Peter O’Brien menulis:
“Dalam suatu nasehat yang mengejutkan kepada para pemilik budak dalam dunia Greco-Roman pertama, sang rasul menasehatkan kepada pada tuan: perlakukanlah hamba hambamu dengan cara yang sama. Menurut suatu pepatah yang dikenal Seneca, “Semua hamba adalah musuh kita”, walaupun banyak tuan adalah tiran dan kejam. Untuk berurusan dengan hamba hamba mereka, para pemilik dikenal mengancam dengan pemukulan, kekerasan seksual, atau menjual para hamba lelaki dari rumah tangga itu dengan akibat bahwa mereka akan berpisah selamanya dari orang orang yang mereka kasihi. Nasehat misterius Paulus  sungguh keterlaluan. Namun, hal itu tidak berarti bahwa para tuan harus melayani hamba hamba mereka. Kemungkinan besar hal itu menunjuk kepada sikap dan tindakan mereka yang seperti para hamba, harus diatur oleh relasi mereka dengan Tuhan Sorgawi mereka. Hasil dari semua ini adalah para tuan akan meninggalkan penggunaan ancaman terhadap para hamba mereka. Ini tidak menyatakan bahwa para hamba tidak bisa diperingatkan akan hukuman mereka jika melakukan hal yang salah. Sebaiknya, pernyataan itu menolak segala bentuk manipulasi, perendahan, atau menakut nakuti para hamba dengan ancaman. Dalam konteks perikop ini, para hamba telah diajar untuk menunjukkan rasa hormat, ketulusan hati dan niat baik, sekarang para tuan dihimbau untuk memperlakukan para hamba dengan cara yang sama”.
Alasan yang diberikan Paulus untuk sikap yang radikal ini bukan hanya bahwa mereka setara (sebagai hamba) di hadapan Tuhan, tetapi juga karena Tuhan (yang kepadaNya semuanya sama sama harus bertanggung jawab) tidak berat sebelah. Dia tidak pilih kasih. Allah tidak memperlakukan seorang pun secara berbeda berdasarkan ras, kelas atau pendidikan. Seperti yang ditunjukkan oleh Roma 3 kepada kita, semuanya secara merata dianggap bersalah dan semuanya sama sama bisa menerima anugerah melalui iman. Paulus mengajar para tuan dengan cara yang paling keras, “Jangan anggap dirimu sebagai orang yang lebih baik, dalam kondisi spiritual yang lebih baik, daripada para pegawai dan hamba hambamu”.
Setelah kita menangkap prinsip prinsip ini, beberapa impliasi praktis mengikuti.
Pertama, “Jauhkanlah ancaman” berarti bahwa para majikan tidak boleh menggunakan rasa bersalah dan paksaan untuk memotivasi orang. Kita tidak bisa berasumsi bahwa setiap hamba yang disebutkan dalam surat ini memiliki tuan tuan Kristen atau bahwa para tuan itu memiliki hamba hamba Kristen. Jika para tuan ini tidak bisa berasumsi bahwa para hamba mereka “menjalankan pelayanan seperti orang orang yang melayani Tuhan”. Namun demikian, para tuan ini diajar di sini untuk tidak bergantung terutama pada rasa takut sebagai suatu morivasi kerja.
Kedua, “perbuatlah demikian juga terhadap mereka”, hal yang mengagumkan dalam konteks dunia kuno. Ini artinya, “Engkau juga seharusnya mencari cara cara untuk mengembangkan minat minat hamba hambamu seperti halnya aku baru saja menasehati mereka untuk berusaha melayanimu”. Ini artinya anda harus menaruh minat terhadap mereka sebagai manusia dan berinvestasi dalam keseluruhan hidup mereka, bukan hanya kapasitas kerja produktif mereka.
Ketiga, Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka juga hamba hamba dan bahwa Allah tidak menunjukkan “keperpihakan”.  Ini adalah suatu peringatan bahwa perbedaan kelas tidak ada bedanya bagi Allah, dan karenanya mereka seharusnya juga tidak ada bedanya bagi kita, para tuan tidak boleh bersikap meremehkan, merendahkan atau takabur.
Kita semua bekerja bagi suatu pengamat, entah kita menyadarinya atau tidak. Beberapa melakukannya untuk menyenangkan orang lain, lainnya untuk membuat rekan rekannya terkesan, lainnya untuk menang terhadap orang orang yang lebih superior, sedangkan banyak orang melakukan apa yang mereka lakukan hanya untuk memenuhi standar mereka sendiri.
Semua pengamat ini tidak memadai. Bekerja bagi mereka saja akan membawa kepada terlalu banyak atau terlalu sedikit bekerja, kadangkala kombinasi dari keduanya, tergantung pada siapa yang mengawasinya. Tetapi orang orang Kristen memandang kepada Sang Pengamat, Bapa Sorgawi kita yang penuh kasih, dan itu memberi kita baik akuntabilitas dan sukacita dalam pekerjaan kita.

By Timothy Keller

0 Response to "Petunjuk Baru Bagi Pekerjaan Part 2: Bagi Majikan/Pemimpin/Bos"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label