Cinta Berdasarkan Prinsip Part 3

Cinta Berdasarkan Prinsip Part 3

Bahkan jika anda tidak memiliki keterlibatan orang tua anda, petunjuk petunjuk di atas dapat membantu anda mengejar sebuah hubungan yang didasarkan atas prinsip. Petunjuk petunjuk tersebut dengan bijaksana membiarkan cinta berkembang dan melindungi prosesnya dengan tertap berinteraksi di dalam batasan batasan yang aman. Temukan cara cara kreatif dalam hubungan anda untuk tetap berfokus pada mempelajari, menguji, dan bertumbuh bukan hanya dalam cinta yang memabukkan. Hal ini akan memungkinkan anda sungguh sungguh saling mengenal dan membuat pilihan yang paling bijaksana dalam pernikahan.
4. Pertunangan.
Periode ujian dan memenangkan hati perlu berlangsung hanya selama kedua orang merasa yakin untuk menikah. Saatnya tiba ketika tindakan mengamati, mendoakan, memikirkan dan berbicara telah berakhir. Kemudian inilah waktunya untuk meletuskan pertanyaan, sebagaimana yang mereka katakana. Pada saat ini, suatu lamaran bukan lagi kejutan, walaupun masih tetap menjadi yang istimewa
Jelaslah bahwa jika masalah masalah dan keprihatinan keprihatinan timbul mengenai rencana untuk bersatu dalam pernikahan selama masa ujian ini, anda sebaiknya menghentikan kemajuan hubungan itu atau bahkan mempertimbangkan untuk membatalkannya. Tetapi jika anda berdua yakin akan cinta anda terhadap pasangan anda dan demikian pula sebaliknya, kedua pihak orang tua mendukung hubungan anda, anda tidak mempunyai alasan untuk menunda pertunangan dan mulai merencanakan pernikahan anda.
“Menyimpan gairah cinta untuk pernikahan”
Akhirnya, di sepanjang hubungan anda yang memuliakan Allah, tetapkanlah petunjuk petunjuk yang jelas untuk hubungan fisik. Di sini saya hanya dapat mengulangi apa yang telah kita diskusikan. Kesucian adalah suatu arah, bukan sebuah garis yang tiba tiba kita lintasi dengan berjalan terlalu jauh. Musuh jiwa anda senang menghancurkan keindahan cinta anda yang sedang berkembang dengan menuntun anda melewati jalur hawa nafsu dan kompromi dalam hal seksual. Jangan berikan tempat berpijak kepadanya.
Saya menyukai nasehat Elisabeth Elliot kepada pasangan kekasih, “Tetap jaga agar anda berdua terlepas dan pakaian anda tidak terlepas”. Sampai anda menikah, tolong jangan memperlakukan satu dengan yang lain seolah olah tubuh anda milik pasangan anda dan sebaliknya, bahkan jika anda telah bertunangan.
Berciuman, bersentuhan dan pelukan yang terjadi dalam hubungan percintaan zaman sekarang sering kali mengarah pada kebingungan dan kompromi. Perilaku seperti itu sering kali didasarkan atas kegoisan dan bangkitkan kerinduan bahwa anda saling memuaskan hanya dalam pernikahan. Saling melindungilah satu terhadap yang lain dan simpanlah gairah cinta anda untuk pernikahan dengan menolak untuk memulai proses itu.
Secara pribadi, saya telah berjanji untuk menunggu, bahkan untuk satu ciuman sampai saya menikah. Saya ingin ciuman pertama saya dengan istri saya terjadi pada hari pernikahan kami. Saya tahu bahwa ini terdengar kuno bagi banyak orang, dan memang benar, saya pun mencemooh ide itu empat tahun yang lalu. Tetapi sekarang, saya menyadari betapa berdosanya dan tak berartinya keintiman fisik di luar komitmen dan kesucian pernikahan.
Saya setuju dengan Bethany Torode (Dahulu Bethany Patchin) yang menulis dalam sebuah artikel yang berjudul “(jangan) cium saya”, “Allah menuntut hal yang berbeda dari orang yang berbeda”. Intinya bukanlah bahwa setiap orang seharusnya mengambil sumpah untuk menentang berciuman sebelum menikah. Tantangan saya adalah bahwa generasi Kristen saat ini seharusnya menyoroti lebih dekat sesuatu hal yang sangat kita anggap remeh. Dengan demikian hal itu membutuhkan inisiatif untuk menyimpan sesuatu yang begitu berharga untuk waktu dan orang yang tepat, agar kita bisa mendoakan apa yang Salomo maksudkan ketika ia berkata ada waktunya untuk memeluk, dan ada waktunya untuk menahan diri dari memeluk.
“Berfokus pada jiwa”.
Tindakan melepaskan sisi fisik dari hubungan, walaupun sulit, akan memampukan anda untuk memfokuskan diri pada jiwa calon pasangan hidup anda. Sepasang kekasih pernah mengatakan kepada saya motto mereka, “ketika kemajuan fisik terjadi, kemajuan jiwa berakhir”. Dengan kata lain, segera setelah kita mulai berfokus pada sisi fisik dari hubungan kita, sisi rohani dan emosional terhenti kemajuannya.
Buatlah komitmen kepada Allah, orang tua, penasehat Kristen, teman teman dan pasangan anda untuk membiarkan gairah anda tertidur, menyimpan kerinduan anda akan ranjang pengantin. Hal itu akan memberikan sukacita apabila dilakukan pada saat yang tepat.
Bagian dari tindakan memegang komitmen seperti ini termasuk menghindari berbagai situasi yang membawa kita ke dalam pencobaan. Hal ini tidak berarti anda tidak pernah dapat memiliki privasi. Tetapi 2 orang dapat memiliki privasi dan waktu berduan tanpa mengisolasi diri mereka dari orang tua dan teman teman. Ketika anda mempunyai kegiatan kegiatan yang melibatkan hanya anda berdua, pastikan anda merencanakan dengan hati hati waktu anda, menghindari focus dan atmosfer seksual, dan membiarkan seseorang mengetahui dimana anda berada dan kapan anda akan pulang.
Ingatlah, dengan menunda keterlibatan seksual, anda sedang menyimpan gairah dan berhubungan seksual untuk pernikahan anda yang akan lebih berarti. Jangan membiarkan ketidaksabaran saat ini merampok anda dari hubungan seksual yang murni dan menggairahkan dalam pernikahan.
Pola baru yang telah kita diskusikan hanyalah suatu garis besar. Sebagaimana dengan hal apapun, pasangan kekasih dapat memanipulasinya untuk memenuhi persyaratan minimum.
Tetapi saya percaya manipulasi seperti itu akan membuat pasangan itu tidak mengalami yang terbaik dari Allah. “Tetapi ketika Roh Kudus mengendalikan kehidupan kita”, Alkitab memberitahu kita, “ia akan menghasilkan buah biah berikut ini di dalam diri kita, kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Ketia Roh Kudus menuntun perjalanan kita menuju pernikahan, hubungan kita akan mengungkapkan kualitas yang sama.
Kemajuan dari persahabatan biasa ke persahabatan yang lebih mendalam, kemudian berpacaran, lalu ke pertunangan tidak akan menyelesaikan masalah relasi dalam dunia ini. Selama orang orang berdosa seperti anda dan saya terlibat di dalamnya, kita dapat selalu menemukan cara untuk mengacaukan segala sesuatu. Tetapi hal itu dapat memindahkan kita menuju suatu pendekatan yang lebih aman dan lebih bijaksana menuju pernikahan. Dan bagi mereka yang benar benar berkomitmen untuk menyenangkan Allah dan mengasihi orang lain dengan sungguh sungguh, saya harap pola baru ini dapat membawa pembaruan yang sangat diperlukan dalam hal kesucian, keberanian dan kisah cinta yang sejati pada kisah cinta modern. Saya mendorong anda untuk menciptakan sendiri cerita cinta anda dengan mengikuti prinsip prinsip yang memuliakan Allah dalam menjalin hubungan. Anda tidak akan pernah menyesal mencari rencanaNya yang terbaik bagi anda dan calon pasangan anda.

By Joshua Harris

0 Response to "Cinta Berdasarkan Prinsip Part 3"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label