Kekuatan Dalam Ketekunan

Kekuatan Dalam Ketekunan

Menerobos titik yang menghambat
Apabila anda melihat kembali ke belakang ke sepuluh tahun terakhir, apakah anda diberi kesempatan lagi, kapan anda berharap anda tidak berhenti?
Apakah anda berharap akan menyelesaikan sekolah menengah, kuliah, atau sekolah lanjutan?
Apakah anda berharap untuk tetap mengambil les vocal, les menari, le piano, atau les ski?
Apakah anda berharap untuk tetap bertahan pada pekerjaan yang levelnya rendah namun berpotensi untuk dikembangkan?
Apakah anda berharap untuk dapat terus mengusahakan hubungan baik anda dengan pasangan pertama anda?
Apakah anda berharap untuk tetap menjaga persahabatan dengan teman lama yang menghilang yang konflik dengan anda?
Apakah anda berharap untuk tidak menyerah dalam Tuhan?
Sebagian besar dari kita berusaha untuk tidak memikirkan kegagalan kita, sekalipun seharusnya kita melakukannya, dan kitab Suci juga manasehati kita untuk tidak hidup di masa lalu (Lihat Filipi 3:13-14). Tetapi, akan sangat bermanfaat untuk memikirkan harga besar yang harus kita bayar ketika kita berhenti melakukan sesuatu. Begitu banyak orang yang hidup dengan rasa sakit atau luka yang belum sembuh karena mereka telah menyerah atas sesuatu atau seseorang. Banyak sekali yang melihat kembali ke masa lalu, menggelengkan kepala dan bertanya, mengapa aku menyerah dengan begitu mudah?
Jawabannya jelas, sangat mudah untuk menyerah daripada tetap bertahan. Akan sangat mudah untuk pergi ke luar dan bermain daripada belajar, sangat lebih mudah untuk menonton TV setelah pulang kerja daripada mengambil kelas malam di Universitas terbuka. Sangat lebih mudah untuk melangkah ke luar ruangan ketika argumentasi berlangsung daripada terus bertahan dan menghadapi konflik. Sangat mudah untuk membaca Koran dan minum kopi daripada menyiapkan diri dan keluarga anda untuk menghadapi lalu lintas padat dan pergi ke Gereja. Sangat lebih mudah untuk melakukan apa yang ingin anda lakukan dengan hidup anda daripada berlutut di hadapan Tuhan, menyerahkan kekuasaan kepada Dia, menunggu dan berharap bahwa Dia akan menuntun anda dengan cara yang sangat menakjubkan. Sangat lebih mudah untuk berhenti mengikuti Yesus Kristus daripada melalui penyerahan setiap hari yang sangat menyakitkan.
“Hadiah utama: Ketekunan”.
Bayangkan Illinois State Lottery (Lotre Negara bagian Illinois), pada saat minggu Paskah ketika orang seharusnya berpikir tentang Kristus, bukannya uang, menghadiahkan sebuah kualitas karakter, bukannya uang jutaan dollar. Antrean di toko makanan akan lebih pendek dari biasanya, tetapi masih saja ada ribuan orang yang membayar serta menebar nomor yang akan keluar.
Ketika nomor yang memang diumumkan, para pendengar radio dan penonton TV dari seluruh Negara mendengar bahwa seorang pria berumur 40 tahun, penjaga toko Joliet telah memenangkan hadiah karakter ketekunan yang telah dikembangkan secara penuh, dan dia sebut saja Herman, maju ke depan berpura pura senang, dan selama dua hari dia menjadi objek kamera TV dan pertanyaan para reporter, lalu dia kembali bekerja di K-Mart dan sama sekali dilupakan.
Mari kita lihat apa yang terjadi dengan herman sepuluh tahun kemudian. Tanyalah kepadanya tentang hadiah besarnya, dan lihatlah senyumnya yang lebar ketika dia berkata, kamu tahu, aku sangat tidak percaya waktu itu. Sebenarnya, aku marah waktu itu karena aku menebak angkah yang benar, aku mendapatkan kualitas karakter dan bukan sebuah cek berharga 70 juta dollar. Namun, aku waktu itu masih berusia 40 tahun dan bekerja dengan upah minimum karena aku tidak pernah bisa bertahan dengan satu pekerjaan. Aku pikir waktu itu aku selalu menginginkan uang dan promosi secara instan, kapan pun pekerjaan menjadi sulit, aku berhenti.
Tetapi sejak aku dihadiahi ketekunan, semuanya menjadi berbeda. Aku tetap bekerja di K-Mart selama sepuluh tahun, melakukan yang terbaik dalam setiap tugas yang diberikan dan mereka menaikkan jabatanku beberapa kali. Sekarang aku menjadi asisten manajer. Aku kembali menyelesaikan SMU dengan mengikuti sekolah malam selama dua tahun. Aku tidak pernah dapat melakukan hal itu sebelumnya. Aku biasanya akan berhenti setelah pertemuan yang kedua. Tetapi aku terus bertahan karena aku memiliki ketekunan, aku sangat bangga dengan ijazahku. Dan aku juga menerapkan ketekunan dalam pernikahanku, yang hampir gagal ketika aku memenangkan lotere, dan sekarang hubunganku dengan istriku berjalan dengan sangat baik selama beberapa tahun. Aku juga hampir menyerah dengan Tuhan, aku memulai pencarianku kembali dan sekarang aku sangat bergairah dengan kehidupan rohaniku. Aku merasa puas dengan diriku sendiri untuk pertama kalinya, syukur kepada ketekunan.
Herman tidak dapat berbicara lebih banyak lagi karena dia dipanggil oleh K-Mart melalui intercom, akan tetapi dia menutup wawancara dengan mengatakan, Melihat kembali ke belakang, aku pikir cek 70 juta dollar akan mendorongku berhenti kapan saja aku inginkan. Itu barangkali akan menghancurkan martabatku dan bahkan hidupku. Tetapi ketekunan, telah mengubah diriku menjadi orang yang berhasil dan bahagia.
“Era Instan”
Yakobus 1:12 mengatakan, “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”.
Kita menghabiskan banyak sekali energy untuk menghindari pencobaan, namun sebenarnya kita harus berterima kasih kepada Tuhan untuk itu semua. Kesulitan akan menolong kita untuk bertekun, dan ketekunan adalah senjata yang kuat yang harus ada dalam karakter kita.
Itulah sebabnya ketekunan bersama keberanian, disiplin dan visi tercatat dalam daftar kualitas karakter yang berbahaya bagi saya, karena saat ini kita sedang menuju hidup di jalan yang serba instan. Pada saat ini kita menuntut adanya ketenaran yang terjadi dalam satu malam, keberhasilan dalam semalam, pertumbuhan dalam sekejap, solusi dalam sekejap, kenikmatan pernikahan dalam semalam dan bahwa kedewasaan rohani yang terjadi dalam sekejap. Jika keinginan kita tidak terpenuhi dalam sekejap, kita memiliki kecenderungan untuk berhenti.
Gejala ini secara khusus sering terjadi dalam hidup mereka yang masih berusia di bawah 45 tahun. Di era 60 an, kita disebut sebagai “Generasi sekarang”, dan sejak saat itu keadaan tidak menjadi lebih baik. Kita berhenti dari pekerjaan, program pendidikan, hubungan dan pencarian rohani kita, secara premature. Sekalipun kita adalah orang Kristen, kita berhenti dan menyerah terhadap misi Allah dalam kehidupan kita sebelum kita benar benar masuk ke dalam ujian yang sesungguhnya. Kita dengan cepat menjadi orang yang lembek karena kita tidak memahami ketekunan. Padahal, ketekunan sangat penting dalam menghadapi tantangan hidup.
Ketekunan menopang keberanian. Ledakan keberanian selama 15 menit itu bagus, akan tetapi itu tidak cukup untuk membawa anda terus bergerak. Ketekunan memberikan kekuatan untuk bertahan kepada disiplin. Sangat penting untuk memahami tentang kepuasan yang tertunda dan membuat keputusan di depan, akan tetapi semuanya itu bukanlah tindakan satu kali saja. Ketekunan akan mengubah visi anda menjadi realita. Tanpa ketekunan, visi hanya akan menjadi mimpi yang tidak berguna. Ketekunan adalah salah satu kualitas karakter yang paling penting dari semua, namun anda tidak akan pernah memperolehnya melalui lotre. Anda tidak dapat membelinya, atau menawarnya. Lalu, bagaimana cara mengembangkannya?
“Titik Menyerah”.
Anda membangun ketekunan dengan belajar bagaimana meruntuhkan titik menyerah anda. Apabila anda seorang pelari, anda akan tahu titik menyerah itu apa. Itu terjadi pada langkah kedua puluh ketika pinggang anda terkilir, tungkai anda terasa berat, tenggorokan anda terasa terbakar, dan otak anda berteriak, berhenti, cukup, jangan melakukan satu lompatan lagi, atau setengah lompatan, atau bahkan satu langkah. Secara fisik anda berada dalam titik menyerah.
Dalam dunia kerja hal ini terjadi karena tekanan menghantui seiring dengan tenggat waktu yang mendekat. Anda merasa mual untuk bekerja keras sekeras yang anda tahu, dan tiba tiba bos anda datang dan meneriakkan tugas lainnya. Anda berpikir, cukup sudah, aku tidak dapat bertahan lagi. Aku akan menulis surat pengunduran diri, melemparkannya ke mejanya, dan berjalan ke luar. Itu adalah titik menyerah dalam pekerjaan.
Itu juga terjadi ketika anda sedang berargumentasi dengan pasangan anda sepuluh kali untuk satu masalah. Anda berdua saling bertentangan, anda frustasi selama berminggu minggu. Kemudian pasangan anda mengatakan perkataan magic yang memercikan bara api. Emosi anda sudah sampai di puncak. Semua yang ada dalam diri dan pikiran anda berteriak, berhenti, keluar saja, panggil pengacara, ini sudah tidak layak untuk diperjuangkan. Itulah titik menyerah dalam pernikahan.
Itu juga terjadi dalam pergumulan anda dalam membangun karakter yang baik. Anda telah bergumul dengan dosa tertentu, dan seseorang yang anda kasihi menghina idealism anda. Mengapa terus bergumul, pikir anda, jika tidak ada orang yang peduli?, mengapa tidak menyerah saja kepada kegagalam moral di hari itu?, itulah titik menyerah moral.
Hal ini bahkan terjadi dalam perjalanan anda dengan Tuhan. Dia telah bekerja dalam hidup anda, dan anda telah mengalami perubahan perubahan yang penting. Anda tahu bahwa Dia sedang memimpin anda ke tempat yang tepat, akan tetapi Dia memberikan tuntutan yang berat dan anda tidak tahu apakah anda dapat mempercayai Dia, atau diri anda sendiri. Tidak ada orang lain yang melakukan hal ini, pikir anda. Apakah aku satu satunya orang gila yang mempercayai Tuhan dengan buta?, kemudian anda mengalami kegagalan, penolakan, atau penghinaan manusia, dan anda mengatakan, cukup, Tuhan. Aku tidak akan melangkah lebih jauh lagi. Engkau meminta lebih dari yang dapat aku berikan. Itulah titik menyerah rohani.
“Kelegaan Yang Manis”
Masih ada banyak titik menyerah lainnya, pendidikan, emosi, psikologis, relasi. Hampir dalam semua hal yang anda lakukan, anda akan mencapi titik dimana anda berpikir bahwa berhenti merupakan kelegaan yang manis. Pada zaman kakek nenek kita, menyerah bukanlah sesuatu yang memalukan. Akan tetapi sekarang, hal itu sering kali mendatangkan pujian.
Barangkali ketekunan tidak menciptakan drama yang bagus, tetapi darah saya mendidih ketika keglamoran TV mempertontonkan sikap menyerah. Perhatikan layar, hal hal yang penuh tekanan di tempat kerja. Para pekerja tidak setuju dengan bos mereka. Ketegangan terasa dan musk mengiringinya. Kamera menyorot seorang pekerja yang urat di dahinya menonjol. Suasana hening sejenak, kemudian sebuah suara berteriak, saya berhenti. Music meninggi dengan liar ketika orang tersebut marah, membanting pintu di belakangnya. Dan sementara iklan dipertontonkan untuk mempromosikan bir atau antasida, para penonton di seluruh negeri menghela nafas dan berkata, itulah yang sebenarnya ingin aku lakukan dengan bosku suatu hari. Aku ingin berhenti dalam suasana yang berwarna, di depan penonton yang sangat banyak, dengan biola dan hentakan drum.
Mari kita lihat lagi, sepasang suami istri sedang berselisih. Ketengan memuncak. Dengan setumpuk kemarahan, si istri tiba tiba menampar suaminya, persis seperti suara simbal. Berputar pada tumitnya, dia keluar dan membanting pintu persis seperti yang dilakukan oleh pekerja dalam tayangan TV tadi. Dan separo istri di Amerika berkata, itulah yang aku inginkan. Johny, ambil kaleng pie mu kita akan berbicara dengan ayah. Ibu akan memberi tahu dia untuk bercerai.
Ketika menonton acara itu, kita tidak berhenti berpikir bahwa pria itu sekarang menganggur, wanita itu bercerai, dan johny kecil tidak punya ayah lagi. Kita semua menyaksikan keglamoran, kelegaan manis yang terjadi ketika seseorang menyerah dan melangkah keluar. Akan tetapi kebenaran Tuhan menembus nilai nilai kitta. Dia mengatakan yang sebaliknya, “Berbahagialah orang yang bertahan” (Yakobus 1:12). “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 24:13). Music dan cahaya tidak seharusnya berfokus kepada mereka yang menyerah, akan tetapi kepada mereka yang ketika berpikir bahwa mereka tidak dapat melangkah lagi, menggertakan gigi mereka dan berkata, “Dengan pertolongan Tuhan aku akan terus maju”. Itulah saat panduan suara Surgawi bernyanyi dan cahaya bersinar dari langit. Itulah saat orang orang biasa seperti anda dan saya menjadi luar biasa di mata Tuhan.
Anda barangkali tidak merasakan tepukan di punggung pada saat itu. Sudah pasti anda tidak akan mendengar suara malaikat bernyanyi atau merasakan panasnya cahaya dari Surga. Akan tetapi jika anda berjalan bersama Tuhan, anda akan mendengar suara Roh Kudus membisikkan FirmanNya, “Berbahagialah mereka yang mendapatkan kekuatan dari Tuhan, yang bertahan dalam pencobaan dan mengalahkan titik menyerah, karena mereka akan menerima mahkota kehidupan”.
“Terus Bertahan”.
Jika saat ini anda berada dalam sebuah titik menyerah, hitunglah untung ruginya dengan seksama sebelum anda mengambil keputusan. Menyerah sama sekali tidak glamor. Itu tidak akan membangun karakter. Tuhan tidak menyebutnya berbahagia. Di sebagian besar kasus, anda akan menyesalinya sepanjang sisa hidup anda. Tetapi, jika saat berada di titik menyerah, dan anda mengambil kekuatan dari Tuhan dan terus bertahan, anda akan membangun ketekunan dalam hidup anda.
Anda barangkali sedang berada dalam titik menyerah di pekerjaan. Anda menginginkan kepuasan, kemajuan, dan pemenuhan dalam semalam dan anda tidak mendapatkannya. Apakah anda benar benar berpikir bahwa anda akan mendapatkan semuanya itu di tempat lain?, salah satu rekan kerja saya berkata kepada saya minggu lalu, aku yakin, ada sekitar 50 kali aku ingin meninggalkan tempat ini, aku bersyukur, dengan kekuatan dari Tuhan, aku tidak melakukannya, karena aku mengalami lebih banyak berkat, kepuasan lebih, kesenangan yang lebih dari yang pernah aku mimpikan, aku senang aku bertahan.
Atau barangkali anda telah siap untuk menyerah dalam pernikahan anda. Saya malu mengakuinya, tetapi di awal pernikahan kami hal itu kadang kala menjadi pilihan bagi saya – dan Lynee tidak pantas dipersalahkan, percaya saya. Untungnya  Tuhan sangat murah hati. Orang lain menyemangati kami untuk dapat menyelesaikan masalah kami. Sekarang pernikahan kami mendapatkan imbalan yang sangat berharga setelah semua penyesuaian, pemangkasan, pemotongan, dan pembentukan yang dilakukan Tuhan. Kadang kala saya memandang Lynee dan berkata, Oh Tuhan, aku akan menjadi orang yang sangat bodoh bila merusakkan pernikahan kita.
Barangkali anda berada di titik menyerah rohani. Anda telah menghadiri Gereja selama berminggu minggu, berbulan bulan, atau bahkan bertahun tahun dan masih saja tidak jelas bagi anda siapa Yesus Kristus sebenarnya. Anda masih bertanya mengapa, ketika anda berdoa, sepertinya tidak ada seorang pun yang mendengarkan. Anda masih sering berpikir mengapa anda tidak merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Tetapi Firman Tuhan berkata, “Sebab barangsiapa yang berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang bersungguh sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). “Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku, apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah Firman Tuhan” (Yeremia 29:13-14). Janji itu berlaku bagi Allah.
Atau barangkali anda telah berjalan bersama Tuhan selama bertahun tahun dan lelah dengan pergumulan, lelah untuk selalu berusaha menyesuaikan hidup anda dengan Kristus, dan lelah karena tanggung jawab serta rasa sakit dari tugas kepemimpinan. Melepaskan tanggung jawab dan menjadi penonton kelihatan sangat menarik. Namun, apakah anda benar benar ingin membuang pengaruh yang anda miliki atas hidup orang lain, kesempatan yang anda miliki untuk memuliakanNya?.
Anda barangkali berada dalam banyak sekali titik menyerah sehingga anda berpikir untuk mengakhiri hidup anda. Tetapi, bunuh diri bukanlah jawaban. Tuhan lebih besar dari semua masalah yang anda hadapi. Solusinya adalah menemukan jalan mana yang akan Dia buka sehingga kehidupan anda dapat berada dalam tahapan yang baru.
Titik menyerah apapun juga yang anda hadapi, saya menantang anda untuk menguji kebenaran dan kesetiaan Tuhan dengan mengatakan, “Tuhan, aku akan terus melangkah, mempercayai Engkau untuk menguatkanku supaya aku bisa bertahan melalui titik menyerah ini dan keluar secara utuh di tempat yang baru”.
“Batu bata dan Tisue”.
Ketekunan adalah kualitas yang berharga bagi saya. Itu menolong saya berkali kali ketika saya merasa tertekan sampai ke dinding, tergoda untuk menyerah dalam pelayanan saya dan kembali ke dunia bisnis. Karena ketekunan sangat berarti bagi saya, saya menetapkan proyek ekstra untuk menolong saya memperkuatnya.
Ketika saya berlari di pusat keluarga, saya selalu memutuskan di depan berapa kali saya akan berlari. Ketika saya mencapai tujuan saya, saya biasanya menjadi lelah dan merasa sakit dan berada pada titik menyerah. Itulah dimana saya sering kali berkata, aku akan melakukannya satu putaran lagi. Titik menyerah ini tidak terbuat dari batu bata, itu terbuat dari kertas tisu, aku akan menerobosnya.
Ketika saya berada di pantai untuk berlibur, saya suka sekali melakukan windsurf. Saya akan keluar dan melakukannya berulang ulang sampai lengan saya terbakar, kaki saya sakit, dan saya siap untuk menyerah karena kelelahan. Itulah saatnya ketika saya berkata kepada diri sendiri, aku akan berputar lagi dan kembali hanya satu kali saja. Sekali lagi saya ingin membuktikan kepada diri saya bahwa titik menyerah itu terbuat dari kertas tisu bukan batu bata.
Ketika saya mempersiapkan khotbah, saya kadang kala berada pada titik yang membuat saya berkata, cukup, pikiranku kacau dan aku tidak bisa memikirkan hal yang baru lagi. Itulah saatnya ketika saya berjalan mengitari gedung Gereja dan memutuskan, aku akan duduk sekali lagi dan membuktikan bahwa titik menyerah itu terbuat dari kertas tisu.
Setiap kali anda menerobos titik menyerah, anda membuktian bahwa titik menyerah sebenarnya tidak sekuat yang sebagian orang pikirkan. Dengan pertolongan Tuhan anda dapat menerobosnya lebih sering lagi. Setiap kali anda menerobos satu titik, kemenangan diperoleh dari Surga dan di dalam hidup anda. Ketekunan menjadi lebih kuat dalam roh anda. Lain kali, bahkan jika gunungnya lebih tinggi, anda akan memiliki ketekunan yang lebih untuk menolong anda memanjatnya.
Titik menyerah sangat menyakitkan – Yesus bahkan mengetahuinya lebih baik daripada kita. Dia tekun berjalan sampai ke Salib. Setiap kali para prajurit menarik janggutnya atau menampar wajahnya atau cambukan robekan punggungnya, seisi neraka berteriak, berhenti. Ketika paku menusuk tanganNya. Orang orang yang menonton menghina Dia dan Dia tidak dapat merasakan kehadiran BapaNya lagi, seluruh jiwaNya berteriak, berhenti. Akan tetapi dengan kekuatan dari atas dan dengan tekadNya, Yesus Kristus sang juru selamat menerobos titik menyerahNya dan mati dalam kematian yang membuat keselamatan menjadi mungkin bagi semua manusia.
Saya senang kita mengikuti seorang Juruselamat yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul Salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (Ibrani 12:2). Saya senang sekalipun ketekunan bukan hadiah lotere, tapi ia dapat dikembangkan. Saya senang karena Roh Kudus berbicara kepada kita setiap kali kita berada pada titik menyerah. Terobos itu, Aku akan memberimu kekuatan, itu terbuat dari kertas tisu bukan batu bata.


By Bill Hybels

0 Response to "Kekuatan Dalam Ketekunan"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label