Cinta Berdasarkan Prinsip Part 2

Cinta Berdasarkan Prinsip Part 2

“Lampu Hijau 4: Damai Sejahtera Allah”.
Akhirnya, anda tidak dapat menggantikan damai sejahtera yang datang dari berjalan di dalam rencana Allah, ketika anda berdoa kepada Tuhan atau berbicara kepada orang tua dan orang orang Kristen lainnya, apakah ide mengenai pernikahan dirasa tepat, atau hal itu ditandai dengan ketegangan dan keprihatinan?, walaupun saya tidak menyarankan agar anda mendasarkan keputusan penting ini di atas perasaan anda, hal itu dapat menjadi suatu indicator tambahan mengenai apakah anda sebaiknya berlanjut atau tidak. Sering kali anda akan merasakan adanya damai sejahtera Allah hanya pada saat ketiga lampu hijau di atas jelas.
3. Berpacaran: keintiman yang berintegritas menuju suatu tujuan.
Anggaplah anda telah mendapatkan keempat lampu hijau di atas, maka anda menghadapi suatu masa ketika anda perlu mendefinisikan secara jelas tujuan dan arah anda dari hubungan anda.
Masih ingat masalah utama dalam hubungan hubungan di masa kini yang telah kita diskusian?, sering kali hubungan percintaan kita mengarahkan kita kepada keintiman yang tidak sesuai dengan komitmennya. Banyak hubungan, bahkan hubungan serius, berkeliling tanpa suatu tujuan yang jelas. Hubungan tersebut berhenti pada zona temaram antara berkencan untuk bersenang senang dan pertunangan.
Masing masing tidak mengetahui apa yang dipikirkan oleh pasangan mereka. Apakah kamu berkencan hanya untuk bersenang senang ataukah ini serius?, apa komitmen kami?, kita ingin menghindari keadaan seperti ini. Untuk melakukannya diperlukan kejujuran dan keberanian dari masing masing pihak.
Masa berpacaran adalah masa untuk menyelaraskan keintiman yang semakin dalam dengan komitmen yang semakin dalam pula. Untuk mencapainya perlu didefinisikan secara jelas bahwa tujuan hubungan ini adalah untuk menuju pernikahan.
Hal ini berlaku khususnya bagi para pria, yang saya percaya harus menjadi orang yang membuat langkah pertama. Jangan menyalahartikan hal ini sebagai sikap chauvinistis. Para pria, kita bukan menjadi penguasa atas para gadis, hal itu sangat bertentangan dengan suami suami seperti Kristus yang memiliki hati seorang hamba terhadap istri mereka. Tetapi Alkitab dengan jelas mendefinisikan pentingnya kepemimpinan rohani seorang pria di dalam pernikahan (Efesus 5:23-25), dan saya percaya sebagian dari kepemimpinan itu seharusnya dimulai di dalam masa berpacaran ini. Para gadis yang pernah mendengar saya membicarakan tentang hal ini setuju, baik mereka Kristen ataupun bukan. Mereka menginginkan kaum pria mengambil kepemimpinan dan memberikan arahan untuk hubungan mereka.
Jadi bagaimana seharusnya hal tersebut terjadi?, saya percaya bahwa pria perlu mengatakan sesuatu seperti, kita sudah menjadi semakin dekat dalam persahabatan, dan saya perlu mengemukakan motivasi motivasi saya. Dengan seizin orang tuamu, saya ingin menjajaki kemungkinan untuk menikah. Saya tidak ingin bermain pacar pacaran. Saya siap untuk diuji olehmu, oleh keluargamu, dan oleh mereka yang bertanggung jawab terhadap dirimu. Kerinduan saya adalah memenangkan hatimu.
Tetapi, anda mungkin berpikir, itu terlalu serius.
Ya, memang. Hati dan masa depan seorang wanita bukan untuk dipermainkan. Itulah sebabnya mengapa ketidakjelasan dan sikap maju mundur para pria ketika tiba saatnya untuk melangkah pada hubungan yang lebih serius atau mundur adalah hal yang patut dicela. Inilah waktunya, para pria, ketika kita perlu bersikap berani dan maafkan apabila saya mengatakan bahwa sering kali kita kurang memiliki keberanian. Kita merugikan para gadis dengan mengejar hubungan cinta sebelum kita siap untuk berkomitmen, dan kemudian kita bersikap ragu ketika seharusnya kita membuat komitmen. Cukup adalah cukup, marilah kita menjadi dewasa.
Pada titik ini, para gadispun memiliki tanggung jawab. Kaum wanita, jujurlah dalam memberikan tanggapan ketika seorang pria menyatakan maksudnya kepada kalian. Dalam beberapa kasus, kejujuran itu mungkin berupa penolakan untuk melanjutkan hubungan melebihi persahabatan. Tetapi jika anda telah mendapatkan lampu hijau yang sama di dalam kehidupan anda, kejujuran mungkin berarti berkata, saya siap untuk menguji dan diuji. Ini adalah adalah dua jalur. Kaum pria berusaha untuk merebut hati anda, tetapi anda pun menghadapi ujian. Apakah anda siap membiarkan orang istimewa ini lebih dekat di dalam hati anda dan diuji oleh keluarganya?
Pertanyaan pertanyaan besar, bukan?, tetapi kita perlu menanyakan dan menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut untuk menghindari hubungan intim yang tidak memiliki arah dan tujuan.
“Hormati orang tuanya”.
Dalam kasus teman saya, Jason, shelly sesungguhnya adalah orang kedua yang mengetahui kerinduan Jason untuk mengejar pernikahan. Setelah melewati jangka waktu yang diperpanjang untuk lebih mengenalnya dan mendoakanya, Jason merasa cukup yakin untuk berjalan maju. Tetapi sebelum ia bertindak, ia memilih untuk memberikan rasa hormat yang semestinya kepada orang tua shelly, pertama tama dengan meminta izin kepada mereka untuk menjadi lebih dekat dengan putri mereka dengan tujuan untuk menikah.
Secara pribadi, saya pun bermaksud melakukan hal yang sama. Dalam pikiran saya, ini adalah cara terbaik untuk memulai hubungan anda dengan calon mertua anda. Saya tahu bahwa hal ini tidak selalu mungkin dilakukan. Beberapa pria yang saya kenal menanyakan kepada gadisnya terlebih dahulu, baru kepada orang tuanya. Dalam situasi situasi lainnya, seorang ayah atau ibu tidak terlalu dekat atau tidak aktif dalam peran mereka sebagai orang tua. Apapun kasusnya, prinsip ini penting: Seorang pemuda sebaiknya menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang bertanggung jawab pada pemudi yang disukainya. Jika hal itu berarti menulis surat, menelpon atau mengirimkan email kepada keluarganya yang berada di belahan bumi lainnya, lakukanlah. Lampauilah jarak untuk memberikan rasa hormat yang layak mereka dapatkan.
“Menempatkan diri anda untuk diuji”.
Pada titik ini, undanglah orang tua si gadis untuk menanyakan pertanyaan pertanyaan penting. Rencana seperti apa yang anda punyai untuk mendukung anak perempuan mereka?, kegiatan kegiatan apa yang akan anda kejar sebagai usaha untuk menggandengnya memasuki pernikahan?, pertanyaan pertanyaan orang tua akan bervariasi tergantung pada hubungan kereka. Sayangnya, banyak orang tua tidak sungguh sungguh peduli. Mereka mungkin berpikir bahwa anda terlalu mendramatisir atau terlalu serius. Hai, jika anda ingin mengambil anak perempuan kami, berusahalah. Tetapi banyak orang tua akan senang ikut memberi nasehat dan konseling kepada anda selama masa berpacaran yang menyenangkan ini.
Orang tua seorang gadis mungkin memuliki kepedulian yang spesifik mengenai hubungan tersebut atau penetapan waktunya. Seorang ayah yang saya kenal menanyakan kedewasaan rohani seorang pria muda yang tertarik kepada anak gadisnya. Pria muda ini baru saja kembali kepada Tuhan dan memutuskan tali pertunangan dengan gadis lain 4 bulan sebelumnya. Ayah ini meminta pria muda ini untuk mundur dan membuktikan dirinya beberapa bulan lagi. Pria muda ini membuktikan dirinya, tetapi bukan dengan cara yang benar. Ia menolak untuk menghormati permintaan sang ayah dan tetap berusaha menemui gadis itu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Akhirnya, gadis itu menegaskan bahwa is tidak tertarik menjalin hubungan yang lebih serius dengannya.
Tidak peduli respons apa yang anda terima dari orang tua si gadis, bersikaplah cukup rendah hati untuk mendengarkan dan menghormati mereka.
Allah akan memberikati anda karena melakukan hal tersebut. Ingatlah, mereka telah menginvestasikan bagian yang besar dari kehidupan mereka di dalam diri anak perempuan mereka. Dan Allah telah menempatkan mereka di dalam kehidupan anak gadis ini untuk melindunginya. Jangan berusaha untuk mengelak otoritas mereka. Sebaliknya, berusahalah untuk menerima otoritas mereka dan mendapatkan keuntungan dari hikmat mereka.
“Menguji dan membangun hubungan dalam situasi kehidupan nyata”.
Sekarang hubungan berlanjut ke suatu tingkatan yang paling menarik yang telah hilang dalam pola pola hubungan kita saat ini. Masa berpacaran adalah masa seorang pemda merebut hati pemudi dan masa bagi mereka berdua untuk menguji hikmat dari pernikahan mereka kelak. Inilah saatnya untuk bertambah intim, tetapi tidak seperti keintiman dalam banyak hubungan percintaan, keintiman ini memiliki suatu tujuan.
Sebagaimana telah saya katakana sebelumnya, masa berpacaran bukan seperangkat peraturan. Hal ini merefleksikan kebutuhan kita saat ini akan suatu masa peralihan antara persahabatan yang mendalam dan pertunangan, suatu periode hubungan cinta yang didasarkan pada prinsip. Ini bukanlah hubungan hanya untuk kesenangan saja. Hubungan cinta yang didasarkan prinsip memiliki tujuan dalam pengejarannya akan pernikahan, bersikap melindungi dalam menghindari godaan seksual, dan bertanggung jawab kepada orang tua atau orang orang Kristen lainnya.
Masa ini memiliki tujuan dan tanggung jawab yang berbeda. Selama masa merebut isi atau masa ujian dari hubungan mereka, teman saya, Jeff dan Danielle myers mencari kegiatan kegiatan yang memungkinkan mereka saling melayani dan belajar bersama sama. Walaupun mereka melakukan beberapa hal berduan, mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersama sama dengan keluarga dan teman teman. Mereka berpacaran bersama dengan orang tua mereka dan memasak makan malam untuk pasangan pasangan di Gereja yang telah menikah.
“Membawa hubungan cinta ke rumah”.
Selama masa berpacaran, saya rasa pergi keluar adalah suatu bagian yang penting dan sehat untuk saling mengenal lebih dalam. Mempunyai waktu untuk berfokus satu terhadap yang lain tidaklah buruk. Tetapi salah satu aspek yang paling tidak menguntungkan dari berpacaran zaman sekarang adalah hilangnya kehangatan rumah dan realitasnya dalam hubungan cinta. Biasanya orang yang berpacara memisahkan diri dari orang orang yang paling mengenal dan mengasihi mereka, bukannya menyatukan kedua keluarga itu bersama sama. Kelak di dalam pernikahan, pasangan itu akan menghargai dukungan dan keterlibatan kedua belah pihak keluarga. Sekaranglah saatnya untuk menguatkan dukungan tersebut.
Dukungan dan tuntutan orang tua selama masa ini, tidak ternilai, sebuah keluarga menulis petunjuk di bawah ini untuk membantu anak perempuan mereka dan calon suaminya, walaupun petunjuk ini ditulis untuk pasangan tertentu dengan keadaan tertentu, saya rasa ini akan membantu menjelaskan tujuan dan focus dari masa kini:
1. Winston harus membangun kepercayaan melody
2. Mulailah membangun suatu hubungan yang intim. Bicarakan tentang banyak hal. Diskusikan perasaan, kepedulian, visi, harapan, impian, pelajarilah keyakinan masing masing yang mendasar
3. Berusahalah untuk saling mengerti, perbedaan antara pria dan wanita, sasaran dan peran, bagaimana masing masing berpikir dan memberikan respons terhadap kehidupan
4. Berusahalah untuk mengerti hal hal apa yang dihargai dan dibenci masing masing
5. Mulai saling menginvestasikan diri satu dengan yang lain dengan saling mendoakan, misalnya, saling melayani, saling memberi. Contoh: surat-surat, telpon, bunga

6. Habiskan waktu bersama sama paling banyak dalam lingkungan keluarga tetapi juga dengan cara berduan tidak terlalu lama, berjalan jalan bersama, duduk di ayunan bersama. Hindari mentalitas berkencan. Ini adalah waktu saling mempelajari dan berkomunikasi.

0 Response to "Cinta Berdasarkan Prinsip Part 2"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label