Batasan Dari Segala Pekerjaan Kita Part 2

Batasan Dari Segala Pekerjaan Kita Part 2
Jika kita tidak berhenti bekerja secara teratur dan mengambil waktu untuk beribadah (yang oleh Pieper dianggap sebagai salah satu aktivitas utama di dalam waktu senggang) dan sekedar berkontemplasi dan menikmati dunia, termasuk buah buah kerja keras kita, kita tidak bisa benar benar menikmati makna di dalam hidup kita. Pieper menulis:
“Waktu senggang adalah syarat untuk menilai berbagai hal dalam semangat merayakan. Waktu senggang hidup berdasarkan pengakuan. Waktu senggang tidak sama dengan absennya kegiatan. Waktu senggang agak mirip dengan keheningan dalam percakapan di antara dua kekasih, yang dipuaskan oleh kesatuan mereka. Dan seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Allah, saat “berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuatNya itu”, melihat bahwa segala sesuatu baik, sungguh amat baik (Kej 1:31), demikian pula waktu senggang manusia mencakup di dalam dirinya sendiri suatu tatapan dari mata batiniah yang merayakan, menyukai, berlama lama pada realita ciptaan”.
Pendeknya, kerja dan banyak kerja, adalah komponen yang sangat diperlukan dalam kehidupan manusia yang bermakna. Ini adalah anugerah agung dari Allah dan salah satu dari hal hal utama yang memberi makna bagi hidup kita. Tetapi bekerja harus memainkan perannya yang tepat, tunduk kepada Allah. Bekerja harus secara teratur mengalah bukan hanya kepada terhentinya kerja bagi pemulihan tubuh tetapi juga untuk menyambut dunia dan hidup sehari hati dengan penuh sukacita.
Ini mungkin tampak jelas bagi kita. Kita berkata, “Tentu saja bekerja itu penting, dan tentu saja bukan satu satunya hal penting dalam hidup”. Tetapi adalah penting untuk memahami kebenaran kebenaran ini dengan baik. Karena di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa, bekerja menyebabkan frustasi dan melelahkan, orang bisa dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa kerja harus dihindari atau harus diderita. Dan karena hati kita yang kacau mengidamkan pengakuan dan pengesahan, sama menggodanya untuk terdorong ke arah yang berlawanan, membuat kehidupan penuh dengan pencapaian kerja dan hampir tidak ada tempat untuk yang lainnya.
Pada kenyataannya, kerja berlebihan seringkali adalah suatu upaya suram untuk mengusahakan agar pekerjaan yang nilainya seumur hidup bisa segera disingkirkan, sehingga kita bisa meletakkan kerja di belakang kita. Sikap sikap ini hanya akan membuat kerja makin mematikan semangat dan tidak memuaskan pada akhirnya.
Saat kita berpikir, “Aku benci bekerja!”, kita harus ingat bahwa terlepas dari fakta bahwa kerja bisa menjadi suatu pengingat yang sangat ampuh bahkan suatu pengeras suara akan kutukan dosa terhadap segala sesuatu, kerja pada dirinya sendiri bukanlah kutukan. Tetapi saat kita merasa bahwa hidup kita sepenuhnya tenggelam dalam kerja, ingatlah bahwa kita juga harus menghargai batasan batasan kerja. Tidak ada titik awal yang lebih baik bagi suatu kehidupan kerja yang bermakna daripada memegang erat erat teologi keseimbangan kerja dan istirahat ini.

By Timothy Keller

0 Response to "Batasan Dari Segala Pekerjaan Kita Part 2"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label