Batasan Dari Segala Pekerjaan Kita Part 1

Batasan Dari Segala Pekerjaan Kita Part 1
Namun demikian, ada maknanya bahwa Allah sendiri beristirahat setelah bekerja (Kej 2:2). Banyak orang membuat kekeliruan dengan berpikir bahwa kerja adalah suatu kutukan dan bahwa sesuatu yang lain (waktu senggang, keluarga, atau bahkan upaya upaya rohani) adalah satu satunya cara untuk menemukan makna dalam hidup. Alkitab, seperti yang telah kita lihat dan akan kita lihat, membukakan kebohongan pemikiran ini. Tetapi Alkitab juga menjagai kita untuk tidak jatuh ke dalam kekeliruan sekaligus sebaliknya, bahwa pekerjaan adalah satu satunya aktivitas manusia yang penting dan bahwa istirahat adalah hal jahat yang perlu ada – sesuatu yang kita lakukan hanya untuk mengisi ulang baterai kita untuk bisa kembali bekerja. Karena hal ini tidak mungkin benar dalam kasus Allah. Dia tidak membutuhkan pemulihan apapun atas kekuatanNya, namun demikian Dia beristirahat pada hari ke tujuh (Kej 2:1-3). Ini pasti istirahat dan hal hal yang anda lakukan saat beristirahat, adalah baik dan menyegarkan di dalam dan dari dirinya sendiri. Ini membuktikan bahwa bekerja bukanlah satu satunya hal penting dalam kehidupan. Anda tidak akan memiliki hidup yang bermakna tanpa bekerja, tetapi anda tidak bisa mengatakan bahwa pekerjaan anda adalah makna hidup anda. Jika anda membuat pekerjaan mana pun menjadi tujuan hidup anda, bahkan jika pekerjaan itu adalah pelayanan Gerejawi, anda menciptakan suatu berhala yang menyaingi Allah. Relasi anda dengan Allah adalah dasar terpenting dalam hidup anda, dan memang hal itu menghalangi segala faktor lain, pekerjaan, persahabatan, dan keluarga, waktu senggang dan kesenangan menjadi begitu penting bagi anda sehingga mereka menjadi suatu candu dan terdistorsi.
Joseph Pieper, seorang filsuf Katolik Jerman Abad ke 20, menulis suatu esai terkenal berjudul, “Leisure, The Basis Of Culture” (Waktu senggang, dasar budaya). Pieper memperingatkan agar tidak bekerja hanya demi bekerja. Ia beragumen bahwa waktu senggang bukanlah sekedar absennya pekerjaan, tetapi suatu sikap dari pikiran dan jiwa dimana anda mampu berkontempelasi dan menikmati berbagai hal apa adanya, tanpa memperhatikan nilai dan kegunaan mereka. Pikiran yang terobsesi oleh pekerjaan, seperti dalam budaya kita, cenderung memandang segala sesuatu dalam pemahaman dan efesiensi, nilai dan kecepatannya. Tetapi juga harus ada kemampuan untuk menikmati aspek aspek kehidupan yang paling sederhana dan biasa, bahkan yang tidak sangat berguna, tetapi hanya menyenangkan. Yang mengejutkan, bahkan Sang Reformator John Calvin yang memiliki reputasi sebagai pekerja keras pun setuju. Dalam perlakuan akan kehidupan Kristen, ia memperingatkan untuk tidak menilai berbagai hal hanya karena kegunaannya:
“Apakah Allah menciptakan makanan hanya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan bukan juga untuk kesenangan dan hiburan?. Demikian pula tujuan pakaian terlepas dari kebutuhan perlindungan adalah kecantikan dan kesusilaan. Di dalam rerumputan, pepohonan dan buah buahan, terlepas dari berbagai kegunaannya, ada keindahan penampilan dan sedapnya wewangian. Bukankah Dia, pendeknya, memberikan banyak hal yang menarik bagi kita, terlepas dari kegunaannya sehari hari?”.
Dengan kata lain, kita harus melihat segala sesuatu dan mengatakan sesuatu seperti:

“Segala sesuatu yang cerah dan indah, segala mahluk besar dan kecil. Segala sesuatu yang bijak dan mengagumkan, Tuhan Allah menjadikan semua”.

0 Response to "Batasan Dari Segala Pekerjaan Kita Part 1"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label