Arti Cinta Yang Keras Part 2

Arti Cinta Yang Keras Part 2
“Hati hati dengan Banana Room”

Ayah saya memiliki sebuah perusahaan di Kalamazoo, Michigan. Kami memiliki banyak karyawan: para buruh pelabuhan, para supir truk yang pemabuk berat, para sales yang licik, dan para manajer yang efesien. Seperti yang diperkirakan dengan orang orang semacam itu, kami memiliki masalah yang berhubungan dengan relasi.
Saya tidak tahu bagaimana mulanya, namun sekalipun pada saat itu saya masih kanak kanak, saya mengetahui kapan pun sebuah masalah harus diselesaikan antara dua orang pekerja, mereka akan masuk ke banana room. Kadang kala ayah saya atau salah seorang dari pemilik perusahaan akan berkata, saya perlu berbicara dengan kamu di banana room. Kadang kadang seorang mandor akan menarik seorang buruh pelabuhan dan mereka menghilang ke dalam ruangan itu.
Banana room adalah sebuah ruangan dengan temperature yang dikendalikan yang berisi lebih dari 800 karung pisang. Ruangan ini benar benar tertutup dan pintunya terbuat dari besi setebal empat inchi sehingga tidak seorang pun di luar ruangan bisa mendengar apa sedang terjadi di dalam. Barangkali itulah sebabnya ketika panggilan untuk masuk ke banana room tiba, semua orang berteriak, oh tidak, jangan banana room, dan sering kali sebuah diskusi di dalam sana, orang akan keluar sambil tersenyum dengan lengan yang saling merangkul. Namun tetap saja orang takut dengan ruangan itu. Mereka takut menghadapi diskusi secara langsung, diskusi tatap muka, dari hati ke hati yang selalu menemani perjalanan ke ruangan itu.
Sebagian besar dari kita memilih untuk menghindari konfrontasi. Kita sangat tidak suka terhadap cara Tuhan untuk memulihkan kedamaian yang sejati antar manusia. Dalam Matius 18:15, Yesus mengatakan, “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata, jika ia mendengarkan nasehatmu engkau telah mendapatkannya kembali”. Jangan menyembunyikan perasaan anda ke dalam lemari. Jangan menginternalisasi rasa frustasi anda. Sebaliknya, anda harus bersikap keras. Jadwalkan percakapan anda dari hati ke hati, dan selesaikan perbedaan anda.
“Bersiap untuk menjadi keras”.
Akan tetapi sebelum membuat perjanjian untuk bersiap keras dengan seseorang, sangat penting untuk menyiapkan diri sendiri.
Pertama tama, klarifikasi masalahnya. Apa yang menyebabkan ketegangan dalam hubungan anda?, sebuah gunung atau onggokan tanah?, apakah masalah itu sementara atau selamanya?, apakah kesulitannya dapat dihindari atau tidak dapat dihindari?. Ambil sebah pensil dan kertas lalu tuliskan apa yang anda pikirkan mengenai akar penyebab konflik yang anda rasakan dalam hubungan tersebut?
Kedua, bersihkan roh anda. Yesus mengatakan dalam Matius 7:3-5, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?, bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai, orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu”. Dengan kata lain, apabila anda merasa terlalu kritis, marah atau menghakimi, apabila anda merasa tidak tahan lagi untuk membalas dendam, berhati hatilah.
Sebuah percakapan dari hati ke hati yang dilakukan dengan sikap seperti itu tidak akan memulihkan kedamaian. Sebelum memanggil teman anda, serahkan roh anda kepada Tuhan, katakana, Tuhan, aku belum siap, aku terlalu marah, aku perlu menenangkan diri dan melihat semuanya dengan perspektif yang benar, aku membutuhkan Roh Kudus supaya aku tidak menyakiti siapapun.
Ketiga, berhati hatilah memilih waktu dan tempat pertemuan anda. Misalnya seorang istri dari suami sangat fanatic dengan football, jangan merencanakan percakapan yang bermakna selama masa pertandingan super bowl. Sama seperti seorang suami yang tidak berharap istrinya bisa mendengar dengan seksama sementara dia menyiapkan makan malam, bayinya menangis, dan dua anak lainnya berkelahi di kamar sebelah. Rencanakanlah pertemuan ketika anda berdua secara fisik merasa segar, ketika anda tidak terburu buru dan pilihlah tempat dimana anda menikmati privasi.
Keempat, berdoa. Tuhan melakukan hal hal yang menakjubkan ketika kita meminta kepadaNya.
“Keras bukan berarti tidak sensitif”.
Ketika anda menyiapkan diri dengan baik untuk sebuah konfrontasi, anda telah memenangkan separo pertempuran. Anda memenangkan separo lainnya ketika anda melakukan percakapan dari hati ke hati secara sensitif. Berikut ini adalah 3 langkah yang akan menolong anda untuk menyatakan keprihatinan anda dengan jelas. Semua cara ini tidak menjamin munculnya perasaan terima kasih dan kehangatan hubungan, tetapi dengannya anda akan memiliki kesempatan terbaik untuk didengarkan dihormati.
Pertama, mulailah dengan pernyataan yang jujur tentang komitmen terhadap hubungan. Jika anda berbicara kepada pasangan anda, beritahu dia bahwa pernikahan anda adalah hubungan yang paling penting bagi anda di dalam dunia ini dan bahkan anda ingin menjadikannya lebih baik. Jika anda berbicara dengan seorang teman, beritahu dia betapa anda sangat menghargai persahabatan yang anda miliki. Jika anda ada dalam dunia kerja, beritahu atasan anda bahwa sangat menikmati bekerja bagi dia, atau kepada pegawai anda bahwa anda senang dia bekerja bagi anda. Di semua kasus, katakan kepada orang yang anda ajak bicara bahwa anda tidak sedang memberikan ultimatum, anda hanya berusaha untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Kedua, buatlah penjelasan dengan hati hati dan tanpa menuduh tentang masalah sebagaimana anda melihatnya. Hindari mengatakan, kamu selalu atau kamu tidak pernah. Ketika anda mengatakan, kamu tidak pernah ada di rumah, frank, frank akan menjawab, kamu salah, aku ada di rumah dua tahun yang lalu pada tanggal 4 februari. Kamu salah menyebut ini sebagai masalah. Namun jika anda berkata, aku sangat kesepian, frank. Aku merasa tertolak. Aku merasa frustasi dan tertolak. Frank akan mendengarkan. Anda barangkali gila karena memiliki perasaan tertentu, tetapi dia tidak dapat menyangkal bahwa anda memang merasakannya. Ungkapkanlah masalah sebaik yang anda tahu, gunakanlah kata, aku merasa, kapan pun itu mungkin.
Ketiga, undang untuk dialog. Setelah anda mengungkapkan isi hati anda tentang masalah tersebut, bertanyalah, apakah saya sudah mengungkapkan semuanya?, apakah saya sudah menyampaikan semua fakta dengan jelas?, apakah saya ketinggalan sesuatu?, apakah aku terlalu sensitif?. Seorang pendeta, saya sering kali ditantang dan dikonfrontasi. Ketika saya merasakan adanya undangan dari orang yang menantang saya untuk mendiskusikan masalah, biasanya masalah akan bisa selesai. Namun, jika seseorang menyelesaikan tuduhannya dengan mengatakan sesuatu yang kedengarannya seperti, jadi, aku akan mengizinkan kamu untuk menelpon satu orang sebelum saya membacakan hukuman matimu, saya merasa defensive. Akan sangat sulit untuk rekonsiliasi dengan seseorang yang memiliki sikap seperti itu.
“Hasil dari kasih yang keras”.
Setelah mengetahui nilai dari kasih yang keras, anda sebenarnya telah melakukan persiapan untuk konfrontasi dari hati ke hati, dan anda akan melakukannya dengan hikmat dan pengendalian diri. Hasil apa yang mungkin anda harapkan?
Saya berharap saya dapat menjamin bahwa orang yang anda cintai akan berkata, terima kasih banyak karena membawa masalah ini untuk menjadi perhatian saya. Akan tetapi tampaknya tidak akan seperti itu. Anda barangkali akan menerima bantingan pintu, muka yang berwarna merah atau kata kata kemarahan. Anda bisa jadi akan menghadapi masalah besar. Akan tetapi jika hubungan anda dibangun di atas penipuan, anda sudah berada dalam masalah yang besar. Jadi ambil resiko, buatlah ombak dan nantikan Tuhan bekerja.
Barangkali dalam sebagian besar kasus, orang itu akan menerima perkataan anda dengan serius, hubungan anda sekali lagi akan berdiri di atas fondasi yang kokoh. Sangat sulit untuk menolak seseorang yang rendah hati dan peka. Hal ini tidak akan terjadi secara langsung. Kadang kala dibutuhkan beberapa konfrontasi sebelum prosesnya menjadi lengkap, dan kadang kadang hubungan menjadi lebih buruk sebelum pada akhirnya membaik. Beberapa orang membuat alasan untuk tetap bersikap lembut dengan mengatakan, saya telah berusaha, tetapi mereka tidak mau mendengarkan. Namun jika hubungan anda telah terdisintegrasi selama beberapa bulan atau tahun, rekonsiliasi akan membutuhkan banyak usaha. Sangat tidak realistic untuk mengharapkan segala sesuatu kembali setelah bermasalah selama 10 tahun.
Sayangnya di samping usaha terbaik anda, kadang kala orang itu menolak untuk mendengarkan dan hubungan anda tampaknya menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Dalam kasus ini, cobalah mediasi. Bawa seseorang yang dipercaya dan dihormati oleh ke dua belah pihak, Gereja anda barangkali dapat menolong anda untuk menemukan seorang mediator, pendeta, barangkali, atau anggota jemaat yang mendedikasikan dirinya sendiri untuk tugas ini, atau barangkali seorang pemimpin kelompok muda mudi atau barangkali anda ingin mendiskusikan masalah anda dengan seorang konselor professional. Saya secara khusus merekomendasikan hal ini jika alcohol atau obat terlarang terlibat. Mediasi barangkali akan membawa hasil yang baik.
Tetapi kita juga harus bersiap untuk menghadapi kenyataan ini, dalam beberapa kasus, kasih yang keras akan membawa perpecahan permanen, Paulus mengatakan, “Sedapat dapatnya kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang” (Roma 12:18). Tetapi, kadang kala hal itu tidak mungkin, apapun alasannya, kadang kadang anda berdua akan terpisah ke jalan anda masing masing. Ketika suatu hubungan berakhir, itu menghancurkan hati Allah. Namun kadang kala itulah kehidupan di dalam dunia yang penuh dosa ini, jika itu terjadi, kita mengakui dosa kita, mengangkat diri kita, dan dengan anugerah Tuhan serta pertolongan teman teman, kita terus maju.
Terlalu banyak dari kita, yang menyerah tanpa berusaha ketia sebuah hubungan mulai pecah. Kita membongkar dan mencakar dan bahkan pergi ke pengadilan untuk melindungi harta kita, tetapi semua yang kita lakukan hanyalah sedikit menangis ketika hubungan menjadi mati. ini adalah pemikiran yang terbalik. Hubungan sangat layak untuk diperjuangkan. Cinta kasih harus cukup kuat untuk dapat bertahan.
Kasih Yesus kepada kita adalah kasih yang paling lembut yang pernah kita ketahui. Dia mati untuk menyembuhkan dosa kita dan untuk memberikan hidup kekal bagi kita. Dia menuntun kita, melindungi kita, menghibur kita, dan memperkaya kita dengan FirmanNya.
Akan tetapi kasih Tuhan adalah juga kasih terkeras yang akan pernah kita hadapi. Dia mengenal hati kita dan tanpa ragu akan memberi tahu kita kapan pun. Dia menemukan dosa dalam hidup kita. Dia menekankan kebenaran betapapun menyakitkan hal tersebut. Dia terlalu mencintai kita, untuk dapat terus membiarkan kita menghancurkan diri kita sendiri.
Kasih yang sejati selalu keras dan juga lembut. Semoga Tuhan memberi kita kepekaan untuk mengetahui kapan kita harus menunjukkan setiap jenis kasih dan juga keberanian untuk melakukannya kapan pun kasih itu dibutuhkan.


By Bill Hybels

0 Response to "Arti Cinta Yang Keras Part 2"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label