Memahami Globalisasi, Part 1, Complete Edition

Memahami Globalisasi, Part 1, Complete Edition

Paul S. Williams, “Globalisasi secara perlahan lahan menghancurkan hakikat dari wilayah wilayah nasional dan menciptakan sebuah dunia tanpa batas yang setiap orang memiliki tempat setara dimana mana tetapi tidak seorang pun yang merasa betah dalam komunitas itu”.
Clive Wright, “Kita dapat berkata dengan yakin bahwa tidak ada alasan yang mutlak mengapa enam milyar manusia di planet Bumi sebenarnya tidak memiliki kebutuhan material mendasar yang cukup untuk dipenuhi dan mengapa mereka tidak boleh mengumpulkan kekayaan tanpa batas dalam kondisi ekonomi yang timpang”.
Hampir tidak ada tema yang sedemikian panas seperti globalisasi. Seperti yang ditunjukkan oleh dua kutipan di atas, orang orang berdiri pada dua (lebih) sisi. Pada barisan kiri adalah orang orang yang berpendapat bahwa kapitalisme adalah sebuah sistem penindasan. Pada barisan kanan adalah orang orang yang mempertahankan bahwa kapitalisme merupakan satu satunya sistem yang sanggup menjalankan pembangunan ekonomi, menciptakan kekayaan, dan menjamin sistem kebebasan politik.
Pada barisan tengah adalah orang orang yang berhati hati menerima kapitalisme sambil tidak dapat disangkal adalah tantangan moral dan spiritual kepada semua orang terlibat dalam apa yang sekarang menjadi bisnis global yang tak terhindarkan.
Berikut ini adalah situasi yang sebenarnya,….
“Suatu Skema Multinasional”.
Duduk di antara orang orang yang matanya masih mengantuk, Tom Campbell, seorang pekerja yang setiap hari berangkat pagi pagi ke tempat kerja, masih belum tenang pikirannya mengenai apa yang sedang ia cari ketika ia tidur pada malam sebelumnya. Saat kereta api mulai bergerak perlahan menyusuri stasiun kereta bawah tanah Northern Line London, ia tersenyum simpul saat membayangkan tentang bagaimana dilemma yang dihadapinya hari ini pada dasarnya sama dengan masalah yang pernah muncul 9 tahun lalu ketika, sebagai seorang yang idealis, berwajah segar berusia 18 tahun, ia telah mulai memasuki dunia kerja. Ia tidak bisa berhenti berpikir bahwa mungkin Tuhan sedang memberikan kesempatan kedua baginya untuk membuat keputusan yang tepat, satu satunya dilemma adalah bahwa sepanjang, selama 9 tahun ini, keputusan yang tepat itu bukannya makin jelas baginya.
Ketika masih duduk di bangku SMA, Tom mendapatkan penghargaan berupa tunjangan keuangan dari sebuah perusahaan terkendal di bidang konstruksi rancang bangun. Paket tunjangan itu sangat besar, penggantian atas pekerjaan selama 1 tahun sebelum masuk universitas dan magang selama 6 minggu pada musim panas setiap tahunnya dengan upah yang memuaskan belum termasuk memperoleh pengalaman kerja lapangan yang tidak ternilai, ia mendapat tunjangan senilai U$ 12.000 selama 4 tahun masa studi tingkat sarjananya. Dengan tidak ada kewajiban untuk bekerja bagi perusahaan tersebut setelah lulus, tawaran itu hampir sulit dipercaya sebagai kenyataan dan Tom tidak perlu berpikir lama untuk menerimanya.
Tom tidak dapat banyak mengingat tentang hari pertamanya di kantor, bahkan pada saat itu semua kelihatan samar samar. Ia diperkenalkan kepada berbagai bermacam macam orang, dan bagian bagian peralatan kantor.
Ia melihat sebuah presentasi kinerja perusahaan pada masa kini dan masa depan. Ia bertemu dengan dan dilibatkan dalam suatu tim pada tahun itu dan, di luar dugaannya, ia diperkenalkan kepada pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Perusahaan itu adalah perusahaan besar di bidang konsultasi rancang bangun dan bersama dengan dua orang dalam lainnya, ia ditempatkan pada divisi proyek industri. Kelompok kerja dimana ia ditempatkan sedang mengerjakan renovasi sejumlah pabrik di Uzbekistan, wilayah bekas Negara Uni Soviet. Pabrik pabrik itu, semua dengan berbagai tingkat kerusakannya, telah dibeli oleh sebuah korporasi tembakau Multinasional Anglo Amerika, yang rencananya setelah renovasi akan memasang mesin mesin dan mulai memproduksi rokok untuk dijual ke penduduk lokal Uzbekistan.
Pada saat itu, baru sekitar empat bulan sejak kakek Tom meninggal dunia. Dokter menyatakan kemungkinan besar penyebab kematian sang kakeknya adalah kanker paru paru sebagai akibat langsung dari ruangan berasap di klub klub tempat ia bekerja selama kariernya sebagai seorang pemain band utama. Tom merasa ragu ragu untuk bekerja pada proyek pabrik ini dan merasa bahwa, meskipun secara tidak langsung, ia telah ikut andil dalam kematian orang orang yang dikasihinya. Namun, ia tidak punya jalan keluar. Ia telah menandatangani kontrak kerja. Ia yakin bahwa Allah telah membukakan pintu perusahaan itu baginya, dan ia tahu bahwa untuk selama beberapa tahun masa studi yang akan datang, ia akan sangat membutuhkan tunjangan dana supaya tidak berutang. Pada saat itu, karena tidak melihat ada pilihan lain terbuka baginya, ia telah menerima keadaan itu. Tidak dapat disangkal bahwa mulanya ada perasaan menyesal, namun ia telah menjalani sepanjang tahun itu dengan melakukan berbagai pekerjaan bersama para insinyur dalam tim tersebut.
Banyak hal yang terjadi sejak saat itu dan Tom, yang kembali bekerja pada perusahaan tersebut sebagai lulusan insinyur bangunan, baru baru ini telah dikontrak dan memimpin tim kecil yang terdiri dari beberapa insinyur dalam divisi proyek industri yang sama dimana ia telah bekerja selama 9 tahun. Seminggu yang lalu ia telah dipanggil ke ruangan direktur dan diminta untuk memimpin penawaran untuk pembangunan tahap kedua proyek perusahaan tembakau di Uzbekistan.
Pekerjaan ini akan meliputi suatu rencana untuk tanaman produksi baru yang membuat perusahaan itu mampu memproduksi rokok tiga kali lipat lebih banyak. Tom tahu bahwa mengepalai proyek semacam ini akan memberikan kesempatan yang luar biasa baginya untuk menunjukkan potensi kepemimpinan pada dirinya. Jika perusahaannya memenangkan tender proyek ini, maka perusahaannya akan membutuhkan banyak tenaga kerja, yang saat ini sedang mengalami penurunan. Dan di Uzbekistan, perusahaannya secara langsung akan menciptakan setidaknya 150 lowongan pekerjaan, belum termasuk keuntungan besar bagi pertumbuhan ekonomi lokal.
Tom bergulat dengan pikiran pikiran ini selama seminggu. Ia tahu bahwa ia dapat menolak tawaran atasannya. Perusahaan memiliki banyak tenaga insinyur lain yang kompeten untuk memimpin tender ini, namun ia merasa bahwa dalam beberapa hal ia berutang budi kepada perusahaan atau segala bantuan yang telah diterimanya selama bertahun tahun. Meskipun Tom menyadari bahwa proyek ini akan membawa keuntungan bagi perekonomian Negara baru seperti Uzbekistan, ia juga menyadari tentang ongkos terselubung bagi kesehatan masyarakat di sana sepanjang masa.
Setelah turut ambil bagian dalam berbagai aksi protes menentang globalisasi selama masa studinya di universitas. Tom teremasuk seorang penentang kebijakan perusahaan multinasional khususnya yang menjual sebuah produk yang jelas jelas merusak kesehatan para pemakainya. Tom mencoba membayangkan “Apa yang akan dilakukan Yesus?” dalam situasi seperti ini, tetapi pada akhirnya ia berpikir bahwa mungkin Yesus melakukannya dengan lebih mudah dibandingkan dirinya karena hidup pada abad pertama di Palestina. Kereta api telah tiba di Camden Town, tinggal 3 stasiun lagi sebelum stasiun tujuannya, Atasannya, David menunggu jawaban Tom pagi ini.
“Bekerja Di Satu Dunia”.
Sebelum kebanyakan kita yang hidup di dunia barat menyelesaikan sarapan pagi, kita telah mengenakan pakaian yang dihasilkan oleh hampir setengah lusin Negara dan makan dengan cara kita di seluruh dunia. Tanda tanda dari fenomena global ini seluruhnya ada di sekitar kita: perjalanan ke seluruh dunia, urbanisasi, ekonomi global, pengalihan pekerjaan secara internasional, era informasi, dan bahasa inggris sebagai alat komunikasi. Yang menyedihkan setidaknya kurang satu tanda lagi – globalisasi kekerasan.
Mengenai realitas ekonomi, telah diakui bahwa ketika pasar bursa di Toyko merasa gatal maka seluruh dunia akan menggaruk. Kita terpaut satu sama lain. Don Lewis, rekan saya di Regent College, berpendapat, “Globalisasi dapat didefinisikan sebagai intensifikasi hubungan hubungan sosial di seluruh dunia yang saling menghubungkan tempat tempat yang berjauhan sedemikian rupa sehingga peristiwa peristiwa lokal ditentukan oleh apa yang terjadi di tempat tempat berjarak ribuan mil dan sebaliknya”.
Ini mencakup badan badan pembangunan internasional (United Nations Development Programs, Bank Dunia, International Monetary Funds dan sebagainya), persenjataan dan teknologi perang, teknologi informasi seperti TV kabel dan jaringan internet, budaya pop international seperti MTV, produk produk bermerek, dominasi global ekonomi pasar yang tak mampu dikontrol oleh Negara, dan pertukaran barang dan jasa secara global.
Yakin bahwa globalisasi secara fundamental digerakkan oleh para ahli ekonomi, Paul Williams, seorang ahli ekonomi Inggris dan konsultan bisnis mengatakan, “Globalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dengannya ekonomi pasar, pemerintah, dan budaya menjadi semakin saling bersangkut paut di seluruh dunia”. Sebagian besar perusahaan besar menjalankan bisnis multinasional dan bahkan perusahaan perusahaan kecil membeli bahan mentah dan produk jadi dari Negara Negara lain, khususnya yang mempunyai tenaga kerja murah. Dengan pengecualian segelintir Negara yang masih bertahan di dunia, kapitalisme dan sistem pasar bebas telah mengambil alih seluruh kehidupan manusia. Hasilnya dapat dilihat hampir dalam seluruh kehidupan manusia di seluruh dunia. Baru baru ini, saya pergi ke Bangkok untuk mengikuti sebuah konferensi. Berharap dapat menyatu dengan budaya Thai, saya malah dihadapkan dengan hiruk pikuk seputar kunjungan Michael Johnson.
Globalisasi telah menghasilkan beberap keuntungan, globalisasi telah memindahkan teknologi informasi ke Negara Negara yang lebih kecil, menyediakan lowongan kerja di luar pertanian di Negara Negara yang sebelumnya didominasi oleh pertanian sebagai sumber nafkah, dan menciptakan industri industri dan sector sector jasa baru di Negara Negara yang mengalami kemacetan ekonomi.
Dalam sepuluh tahun terakhir, menurut perhitungan Bank Dunia tahun 2003, persentase orang miskin di seluruh dunia turun dari 29.6 persen menjadi 23.2 persen. Itu berarti diperkirakan bahwa 400 juta orang, meskipun masih sangat miskin, tidak lagi mengalami kelaparan setiap hari. Daya beli konsumen di seluruh dunia meningkat hampir 3 kali lipat. Kematian bayi menurun 42 persen sejak 1970 dan di seluruh dunia akses untuk mendapatkan air bersih bagi keluarga keluarga di pedesaan meningkat lima kali lipat.
Tetapi terdapat sisi lain dari gambaran ini. Pekerjaan menjadi tak menentu baik di Negara Negara industri melalui outsourcing maupun di Negara Negara industri yang lebih kecil.
Kerusakan lingkungan hidup berpotensi menjadi bencana besar. Kita tahu bahwa jika seluruh dunia yang didiami manusia mengikuti gaya hidup barat dan utara yang cenderung konsumtif, maka dibutuhkan setidaknya sumber daya tiga planet. Berhadapan dengan globalisasi budaya ini, kelompok kelompok etnis berjuang untuk mempertahankan identitas mereka, dan mungkin saja terjadi proses Balkanisasi beberapa Negara di dunia berkaitan dengan pergulatan mencari identitas dalam tatanan dunia yang semakin melebur. Seseorang tidak dapat menjadi bagian dari keseluruhan ras manusia. Secara ekonomis, orang miskin semakin miskin dan orang kaya semakin kaya, meskipun secara menyeluruh terjadi peningkatan kemakmuran di seluruh dunia.
Jeremy Rifkin, dalam the end of work, memperkirakan meningkatnya pengangguran di seluruh dunia melalui teknologi, bahkan di sector sector jasa. Di luar desa global berteknologi tinggi bertebaran orang orang yang melarat dan putus asa yang jumlahnya semakin meningkat, yang sebagian besar mengubah jalan hidupnya ke dalam dunia kejahatan dan menciptakan suatu subkultur kriminal baru yang makin meluas”. Di atas semua ini, utang dunia ketiga berada pada tingkat yang paling memprihatinkan.
New York Times, mencatat bahwa tiga orang terkaya di dunia memiliki kekayaan yang lebih besar dari GNP gabungan 48 negara Negara termiskin, bahwa 20 persen orang orang terkaya mengkonsumsi 1.3 persen dari seluruh barang dan jasa di dunia; bahwa orang Amerika dan orang Eropa menghabiskan uang 17 milyar dollar per tahun untuk makanan hewan peliharaan, lebih besar 4 milliar dollar dari yang dibutuhkan untuk memenuhi pelayanan kesehatan dan gizi dasar bagi setiap orang di dujia; dan bahwa orang Amerika menghabiskan 8 miliar dolar per tahun untuk kosmetik, lebih besar 2 miliar dolar daripada angka yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dasar bagi semua orang di dunia.
John Morrow, seorang mahasiswa ekonomi pasar di Regent College dan seorang bankir, berkata, “Integritas ekonomi…cenderung hanya meningkatkan angka pertimbuhan ekonomi dari Negara Negara tertentu, yang memiliki perekonomian kuat dan beragam untuk menarik investasi dan meningkatkan ekspor mereka secara cepat.
Ia mengganti ucapan Presiden John F Kennedy yang terkenal, A rising tide floats all boats (air pasang menyapu semua kapal) dengan menambahkan bahwa bagi mereka yang tidak mempunyai kapal sendiri atau memiliki kapal bocor kelihatannya akan mengalami ketidakadilan yang lebih buruk.
Lantas, siapa yang memperoleh keuntungan?, beberapa Negara telah memperoleh keuntungan yang sangat besar dari globalisasi, khususnya Singapura. Negara Negara lain mendapati kenyataan bahwa sebagian besar dari pelayanan dasar mereka – air, listrik, dan telekomunikasi – diambil alih oleh perusahaan perusahaan asing. Hasilnya adalah makin tingginya angka kemiskinan bagi sebagian besar orang dan makin meningkatnya kekayaan segelintir orang di Negara Negara tersebut.
William McGurn, yang menulis untuk surat kabar Kanada, Financial Post, berkata, “Meskipun Negara Barat tidak harus dipersalahkan atas kemiskinan Negara Negara berkembang, tepatlah sikap Paus yang bertanya mengenai mentalitas globalisasi di dalam kebanyakan perundingan, yang berusaha untuk mengatur keterbukaan.
Selama bertahun tahun Amerika Serikat mendesak agar Negara Negara miskin membuka pasar mereka bagi barang barang Amerika berkualitas tinggi sambil mempertahankan kuota dalam satu dari sedikit industri di mana Negara berkembang bisa ikut bersaing: tekstil.
Pada akhirnya, masalahnya adalah suatu tantangan spiritual. Adakah suatu etika yang cukup kuat untuk mengatur dan menertibkan kapitalisme?, Os Guinness berkata, “Kapitalisme, setelah menaklukkan semua tantangan, seperti sosialisme, kini menghadapi tantangan terbesarnya, yaitu dirinya sendiri, karena kapitalisme menggayang kebajikan utama yang dibutuhkannya untuk mampu berkembang baik. Sebagaimana telah kita lihat, etika Protestan, bagaimanapun itu dipahami, memiliki suatu landasan moral dan spiritual. Kemudian Guinness mengamati, “Pada awalnya ancaman dari dorongan perekonomian tetap terkendali di bawah pengawasan etika Protestan – manusia bekerja sebagai jawaban terhadap panggilannya. Tetapi sekarang, dengan hancurnya etika ini, termasuk sikap moral terhadap kerja keras dan penghematan, hanya hedonism yang tersisa.
Penting bagi kita untuk mendapatkan suatu pemahaman teologis tentang fenomena globalisasi, khususnya sejak studi ekonomi dan bisnis di dunia barat sebagian besar telah disekularisasikan.
“Landasaran Kristen tentang penciptaan kekayaan”.
Meskipun sekularisasi studi ekonomi dan bisnis saat ini telah lengkap di dunia Barat, penting untuk menyadari bahwa bentuk penciptaan kekayaan kapitalis demokratis muncul dalam suatu budaya yang sebagian besar dibentuk oleh Iman Kristen. Ledakan besar penciptaan kekayaan pribadi setelah Reformasi Protestan, tetapi Gereja menarik diri secara progresif untuk memberikan perspektif perspektif etis dan suatu teologis sistematis tentang penciptaan kekayaan.
Representasi dari realitas ini adalah karya R.H Tawney, Dalam Religions And the Rise of Capitalism (1926). Tawney membuat suatu penilaian negative tentang proses itu: “Mustahil terjadi kompromi antara Gereja Kristus dan pemujaan kekayaan, yang merupakan agama praktis masyarakat kapitalis, seperti juga antara Gereja dan pemujaan kepada Negara dari kekaisaran Romawi”. Tentu saja, orang orang Kristen telah membahas secara panjang lebar tentang etika kerja Protestan dan penegasannya tentang tenaga kerja dan ketekunan, tetapi ini tidak menggantikan integrasi lebih dalam ajaran ajaran etis religius tentang ekonomi.
Umumnya komentar orang Kristen tentang kapitalisme mengasumsikan kekayaan sebagai godaan, bersifat terbatas (tidak cukup untuk dibagi bagi) dan penciptaan kekayaan adalah suatu zero sum game (kekayaan seseorang adalah kerugian bagi pihak lain). Untuk memulainya, kita harus memahami apa yang kita maksud dengan penciptaan kekayaan.
Penciptaan kekayaan seperti yang didefinisikan oleh Clive Wright, adalah “Suatu proses yang ditempuh dimana kebutuhan dan keinginan dipuaskan”. Kita menciptakan kekayaan dengan cara mengenali dan memenuhi lebih banyak kebutuhan dan keinginan. Wright mencatat bahwa “Kapasitas untuk menambahkan nilai rupanya merupakan suatu keunikan manusia. Dengan stimulasi hasrat, kita secara metaforis, dan nyaris secara harafiah, mampu mengubah sampah menjadi emas. Ini merupakan suatu tindakan penciptaan. Dan tampaknya potensi yang tidak terbatas”. Bisnis eksis terutama bukan untuk menciptakan keuntungan tetapi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan, serta melakukannya secara menguntungkan.
Wright mengembangkan suatu rangkaian teologi Kristen mengenai penciptaan kekayaan dnegna pernyataan berikut ini, yang telah saya ringkas:
1. Perjanjian Lama secara umum berpandangan positif tentang kekayaan, memandangnya sebagai berkat Allah dan memberlakukan suatu moralitas ekonomi padanya (kita akan mengangkat masalah ini nanti dalam pembahasan tentang Yobel).
2. Perjanjian Lama juga mengingatkan tentang bahaya kekayaan yang mengarah pada otonomi dan kesombongan diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidup (Ul 8:17-18).
3. Meskipun Yesus mengingatkan tentang pemujaan kekayaan sebagai mammon (Mat 6:24), Ia tidak menyangkal dunia bisnis tetapi menerimanya sebagai bagian dari kehidupan sehari hari. Yesus mengambil banyak ajaranNya dari dunia pasar.
4. Tindakan Allah menciptakan alam semesta dan menyatakannya baik menekankan kebaikan hakiki dari dunia materi, serta kelayakan untuk menggali dan mengembangkannya.
5. Umat manusia mempunyai peran untuk dimainkan dalam melanjutkan proses penciptaan.
6. Dalam menciptakan makhluk ciptaan yang segambar dengan Allah, Allah telah menganugerahkan manusia dengan kebebasan untuk memilih (meskipun kebebasan terbatas) dan kreativitas, sifat sifat hakiki bagi penciptaan kekayaan.
7. Memang, dosa turut bermain dalam pemahaman kita tentang penciptaan kekayaan. Memenuhi kebutuhan dan keinginan dapat dengan mudah berubah menjadi iri hati dan ketamakan. Juga, distribusi kekayaan menjadi tidak merata dan tidak ada sistem yang dirancang untuk mencapai keadilan yang sempurna tanpa membatasi kebebasan memilih. Kapitalisme, seperti demokrasi, adalah sistem yang terbaik dari seluruh sistem yang tidak sempurna. Winston Churchill terkenal dengan penjelasannya tentang demokrasi sebagai, “Bentuk pemerintahan yang terburuk yang merupakan pengecualian dari semua bentuk lain yang telah dicoba dari masa ke masa”.
8. Kepeduliaan Allah terhadap seluruh kehidupan dan semua orang menunjukkan bahwa bahwa penciptaan kekayaan, kendati bisa diselewengkan dan salah arah, tidaklah berada di luar jangkauan pengampunan dan penebusan Allah.
9. Secara khusus, kita dipanggil untuk melayani terutama menjadi pelayan bagi orang orang miskin, baik dengan cara memperdulikan orang miskin maupun mengentaskan kemiskinan. Wright mengungkapkannya demikian: “Kekayaan diciptakan hanya dengan melayani kebutuhan dan keinginan sesama manusia. Pada waktu kita melayani mereka, kita menguji pilihan bagi orang miskin karena kita menciptakan sarana satu satunya, yaitu kekayaan, yang dengannya kemiskinan dapat dikurangi. Seperti yang terjadi dalam sebagian besar kondisi manusia, terdapat suatu paradox di sini. Kita menyebarkan motif motif yang sama rakusnya dengan sarana untuk mengatasi kemiskinan. Bagi orang Kristen, paradox ini dapat diatasi ketika motif kerakusan digantikan dengan motif untuk melayani”.

10. Sebelum Revolusi industri, kekayaan dibatasi. Makanan seseorang harus dibayar dengan kelaparan orang lain. Tetapi dengan perubahan perubahaan sejak revolusi itu kemampuan manusia untuk menghasilkan barang tidak lagi menjadi zero sum game, khususnya dengan penerapan teknologi dalam ekonomi baru yang tidak berbobot. Akan tetapi, patut disesalkan, kemampuan untuk menyalurkan barang barang secara efektif ke seluruh umat manusia tidak sepadan dengan kemampuan manusia untuk menghasilkannya.

0 Response to "Memahami Globalisasi, Part 1, Complete Edition"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label