Jadilah Dirimu (Melepaskan Topeng/Menjadi Pribadi Yang Otentik)

Jadilah Dirimu (Melepaskan Topeng/Menjadi Pribadi Yang Otentik)

Bagaimana caranya agar kita bisa melepaskan diri dari kehidupan bertopeng yang meletihkan?
Bagaimana kita bisa perlahan lahan melepaskan diri dari topeng topeng yang menempel di wajah kita, yang telah menutupi jati diri kita yang sejati?
Bagaimana caranya agar kita bisa hidup dengan otentik?
Mari kita mendalami lebih jauh mengenai konsep menjadi pribadi dengan emosi emosi yang otentik.
Hidup kita, pada dasarnya terdiri atas 3 lapisan. Lapisan pertama adalah citra diri kita (self image). Ini adalah apa yang kita tampilkan secara sosial, apa yang ingin kita tampilkan keluar, dan menyangkut penilaian orang lain terhadap diri kita.
Lapisan kedua menyangkut konsep diri (self concept). Konsep diri ini menyangkut apa penilaian kita terhadap diri kita sendiri, ada lapiran yang lebih dalam, yaitu jati diri (true self), diri kita yang sesungguhnya.
Tugas kita yang sesungguhnya adalah bukannya membuat garis garis pembatas itu menjadi semakin kentara, tetapi justru menjadikan semua diri kita itu akhirnya menjadi satu dalam bentuk diri yang otentik (authentic self) untuk itu, saya menyukai prinsip dasar dari 7 Habits oleh Dr. Stephen R. Covey yang mengatakan bahwa orang harus hidup “dari dalam ke luar” (inside out). Seseorang harus mulai hidup dari jati dirinya yang sejati karena di situlah sebenarnya terkandung prinsip prinsip, nilai dan keyakinan yang seharusnya mengarahkan kehidupan seseorang.
Kehidupan yang modern justru membuat kita seakan akan membangun suatu diri yang terpisah satu dengan yang lainnya. Antara apa yang menjadi citra diri, konsep diri maupun jati diri kita yang sesungguhnya sering kali bertolak belakang.
Tanpa sadar, kita sesungguhnya menghidupi suatu kehidupan yang terpisah (split personal life). Bayangkan, kita begitu ingin diterima oleh masyarakat, maka kita mulai membangun citra diri yang tampak positif. Kita takut mengungkapkan perasaan perasaan kita. Kita takut kekurangan diri kita terlihat, kita khawatir kelihatan rapuh, kita cemas jika dinilai secara negative. Maka kita mendekonstruksi diri dalam sebuah image baru melalui pakaian, tutur kata, titel titel, gengsi, dan lain lain. Kita meratap supaya diri kita dicintai dan diterima. Itulah citra diri yang kita bangun.
Di balik itu, kita pun punya keyakinan sendiri mengenai siapakah diri kita. Pandangan dan persepsi ini bisa benar dan bisa saja keliru. Ingat, pengalaman, pendidikan, dan masukan masukan orang lain membentuk pandangan kita sendiri tentang “Who Am I” ini. Di sinilah terletak segala perasaan yang terkait dengan penilaian penilaian yang jujur tentang diri kita. Mungkin ada perasaan khawatir dan cemas, atau suatu pribadi yang sebenarnya. Mider, takut tidak dihargai, takut dihina, khawatir tidak dianggap sukses, cemas bila tidak membuat orang lain senang, jengkel, atau tidak sabaran. Semua itu menyangkut pendapat diri kita soal diri kita. Inilah diri kita yang sesungguhnya. Sekali lagi, ada yang benar da nada yang keliru. Namun, kita sendiri menganggapnya bahwa pendapat kita tentang self concept ini selalu benar. Soalnya, sumber opininya datang dari diri kita sendiri.
Ada satu lagi diri kita yang sesungguhnya, yaitu jati diri atau true self kita. Ini diri kita yang paling sejati, yang tidak bisa kita bohongi, atau tidak bisa pungkiri. True self ini terkait dengan hati nurani, diri kita yang sejati baik secara fisik, mental, maupun spiritual.
Dan diri sejati ini tidak bisa dibohongi. Inilah diri yang pada awal mulanya diciptakan sejalan dengan citra dan gambaran Tuhan. Inilah “kompas” diri kita, yang tidak bisa dilanggar atau ditekuk. Melanggar atau menekuknya akan membawa kita pada konsekuensi konsekuensi hukum universal yang tidak bisa kita kendalikan.
Artinya, jati diri adalah pribadi yang jujur. Kebohongan dan manipulasi yang anda lakukan menentang jati diri ini akan menimbulkan konsekuensi yang tidka bisa anda kendalikan. Suara hati anda akan menentang dan aturan di masyarakat pun punya konsekuensi hukuman atas apa yang telah anda lakukan.
Tentang true self kita, saya terkesan dengan suatu puisi bagus yang konon terkenal karena ditemukan di suatu kamar penjara dari seorang narapidana yang akan dihukum mati. puisi ini sendiri ditulis oleh Harry Holland Upchurch yang judul aslinya adalah “Face In The Glass”:
Puisi Judul: Wajah Di Depan Cermin
“Jikalau kamu mendapatkan apa yang menjadi ambisimu selama ini dan dunia membuatmu merasa bagai raja dalam sehari, pergilah ke cermin dan tataplah dirimu di situ, dengarkanlah apa yang akan dikatakan wajah dalam cermin itu. Karena bukanlah penilaian ayah, ibu, atau istrimu yang menentukan ketulusanmu. Tapi, keputusan paling berharga datang dari dia yang menatap kembali dari cermin.
Dialah teman yang harus kau puaskan. Janga pedulikan yang lain. Karena dialah yang pasti akan bersamamu hingga akhir. Dan kau telah melalui suatu ujian berat dan berbahaya. Jika wajah di cermin dapat menjadi temanmu. Kita dapat saja menipu dunia ini sepanjang perjalanan hidupmu, selalu mendapat tepukan saat kita melaluinyam tapi hasil akhirnya hanyalah sakit hati dan ratap tangisan, bila kau, telah menipu si wajah dalam cermin”
Sekali lagi, dalam perkembangannya, jati diri ini bisa digeser, dimatikan, dimanipulasi atau coba untuk dibunuh. Atau, seperti yang telah kita saksikan, kita tutupi dengan topeng topeng. Mengapa? Karena keegoisan kita, ketamakan, keserakahan, ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, dan berbagai emosi emosi kita yang lainnya.
Jadilah kita, menurut Fritz Perls menjadi manusia yang lebih mengaktualisasikan konsep diri (self concept actualization), bukannya mengaktualisasikan jati diri sejati (self actualization).

Ketidakjujuran dengan diri kita yang sejati menjadikan banyak pertentangan dan konflik dalam diri kita. Kita pun banyak merasakan ketidak tenangan. Berbagai perasaan takut, malu, cemas, ataupun khawatir yang kita rasakan, akhirnya sering tumpah keluar dalam bentuk menyerang, mencurigai, mengata ngatai, dan cepatnya kita menghakimi orang lain. Semuanya bersumber dari keterbelahan diri yang tidak tenang…..

0 Response to "Jadilah Dirimu (Melepaskan Topeng/Menjadi Pribadi Yang Otentik)"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label