Tahap-Tahap Mengontrol Emosi

Tahap-Tahap Mengontrol Emosi

A. Memfokuskan kepada masalah, bukan perasaan.
Sering kali, ketika seseorang menjelek jelekkan pekerjaan yang telah anda lakukan dengan usaha tekun, membuat anda marah. Namun, daripada memfokuskan kepada apa kesalahan yang anda lakukan, anda lebih berfokus kepada apa kesalahan yang anda lakukan, anda lebih berfokus pada energy kemarahan. Akibatnya, kemarahan anda semakin memuncak. Saat itu anda mungkin saja mencari cari kesalahan orang yang menjelek jelekkan tersebut. Atau mengingat ngingat kembali kesalahan yang pernah dilakukan orang itu kepada kita. Akibatnya, anda menjadi semakin marah dan naik pitam, karena anda memberi “makan” pada emosi marah anda tersebut.

B. Jangan berasumsi, tetapi melakukan check – recheck masalah
Ketika seseorang telah memiliki persepsi tertentu kepada seseorang, apalagi persepsi yang negative, seringkali orang itu menjadi tidak rasional lagi. Apapun yang dilakukan orang lain, apalagi suatu kesalahan akan dinilai secara negative. Misalkan saja seorang bawahan anda, Donny memang sering kali membuat kesalahan dalam membuat laporan. Ketika terjadi kesalahan fatal dalam laporannya. Anda langsung marah besar dan berpikir bahwa itu pastilah kesalahan Donny. Anda langsung mencak mencak dan memarahi Donny. Setelah selang beberapa hari kemudian, barulah anda tahu bahwa kesalahan itu disebabkan karena pihak pelanggan anda yang salah memberikan data. Dalam hal ini, anda bukan saja kehilangan muka di depan dony, tetapi juga membuat Donny menyimpan perasaan tidak menyenangkan terhadap diri anda. Check dahulu semuanya sebelum anda mengeluarkan kemarahan anda akan sangat menolong kredibilitas anda apalagi anda adalah seorang pimpinan.

C. Menunda waktu reaksi
Reaksi pada saat marah kadang sulit dikontrol dan akibatnya bukanya masalah akan selesai malah bisa tambah runyam. Misalkan saja suatu ketika anda buru buru membawa mobil karena sebentar lagi akan bertemu dengan klien potensial pembeli produk anda. Waktu di jalan tol ternyata mobil anda saling bertabrakan dengan sebuah bis kota yang melaju tidak terkendali. Anda begitu marahnya hingga anda langsung turun dengan tubuh gemetar jantung berdebar kencang. Lalu memaki maki sopir itu. Sopir dan kondektur itu tidak menerima makian anda dan terjadilan perang mulut yang berakhir dengan adu jotos. Semuanya berakhir dengan perginya si sopir dan kondektur itu begitu saja yang meninggalkan anda dengan hidung berdarah dan muka penuh luka. Anda bukan saja terluka secara fisik, tetapi mobil anda pun tetap rusak. Pertemuan anda dengan klien pun batal. Padahal kecelakaan mobil anda sebenarnya dijamin oleh asuransi. Coba saja, jalau dalam situasi di atas, anda berhenti sejenak dan memikirkan suatu penyelesaian lebih baik dengan sopir bi situ. Anda bisa tenang sejenak dari perasaan kaget, marah dan kesal dengan mencoba memikirkan adanya asuransi yang sebenarnya menanggung semua kerugian.

C. Jangan terlalu menunut, reality check
Kadang kadang kemarahan dapat pula terjadi karena rasa frustasi, jengkel atau tuntutan anda tidak terpenuhi. Kadang bisa saja terjadi karena standar anda terlalu tinggi sehingga ketika semua itu tidak mencapai sesuai dengan yang anda harapkan. Anda langsung mudah melepaskan kemarahan. Misalkan saja, suatu hari anda mengajarkan rumusan matematika kepada anak anda. Sudah tiga kali anda jelaskan, tetapi ternyata anak anda masih membuat kesalahan. Lalu, anda naik pitam dan berkata, “bodoh banget!”. Hal ini bukan saja membuat anak anda terluka batinya, tetapi juga membuat anda semakin tidak rasional untuk mencoba mencari tahu mengapa anak anda masih belum mengerti dengan penjelasan yang ketiga kalinya. Bisa jadi harapan yang anda terapkan terlalu tinggi sehingga anda harus lebih pelan dan membuat tahapan tahapan yang lebih rendah supaya lebih mudah diserap. Yang jelas ketika perasaan jengkel menguasai anda, anda sulit untuk berpikir secara rasional bagaimana mencari cara untuk mengatasi suatu masalah.

E. Jangan terimbas oleh sebab yang lain.
Banyak kemarahan yang terjadi karena faktor yang lain. Kadang kita sebenarnya telah menyimpan suatu emosi tertentu pada seseorang. Ketika orang itu melakukan suatu kesalahan kecil sekali lagi, tiba tiba meledaklah kemarahan kita kepada orang itu. Bisa juga suatu ketika kita telah mengalami banyak masalah di kantor. Ada problem dengan sesama rekan kerja, anda juga dimarahi untuk suatu kesalahan yang dilakukan oleh bawahan anda. Lalu sesampainya di rumah, kita menemukana anak anak kita yang berantem sedangkan salah satunya mulai menangis berteriak teriak, lalu meledaklah kemarahan anda. Di sini kemarahan anda mungkin terimbas oleh sebab yang lain

F. Merusak pola kemarahan dengan pikiran lain
Setiap orang akan membangun suatu pola kemarahan. Ada yang langsung membalas, ada yang memaki maki, ada yang berteriak teriak, da nada yang melampiaskannya ke benda benda. Semua itu adalah suatu pola kemarahan. Sebenarnya, pola kemarahan itu sendiri dapat dihentikan atau dialihkan. Kita biasa melakukannya pada anak anak kita, misalkan ketika ia merengek rengek minta dibelikan es krim yang lewat di depan rumah. Kita mungkin mengalihkannya pada suatu aktivitas atau benda lain yang dapat mengganggu keingingannya untuk membeli es krim. Dalam hal ini kita sedang mengganggu pola kemarahan anak kita. Kita pun dapat mengganggu pola kemarahan kita dengan memfokuskan pada hal hal lain, khususnya apabila kemarahan itu adalah menyangkut hal hal yang sepele.

G. Membangun sayap sayap emosi
Sayap sayap emosi dibutuhkan untuk mengurangi tingkat kemarahan anda. Pada saat ketika anda sadar bahwa suhu thermometer emosi anda sangat tinggi, sangat penting bagi anda untuk segera menurunkan suhunya dengan membangun sayap sayap emosi. Masalahnya, emosi yang tinggi bukan saja mengambil energy fisik anda, tetapi juga menyebabkan berbagai penyakit fisik lainnya. Apakah sayap sayap emosi itu? Sayap sayap emosi adalah komentar atau kata kata yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan emosi anda.
Sebagai contoh, “ngapai saya membiarkan masalah kecil ini mengganggu saya, ini soal sepele”. Atau seorang manajer dalam pelatihan memiliki sayap emosi, “saya ngak perlu berurusan dengan orang ini. Saya anggap orang ini tidak exist” atau seorang direktur punya sayap emosi berikut, “saya punya hal lain yang lebih besar yang harus diurus, tidak akan kubiarkan hal sederhana menyita waktu saya”.
Contoh contoh lain sayap emosi, “sudahlah toh peristiwanya sudah terjadi” atau “ngapai saya menghabiskan waktu saya untuk mengurusi orang bermasalah ini”. Dengan sayap emosi ini, bukan saja anda bersikap lebih relax dalam menghadapi masalah masalah kecil yang datang silih berganti memancing emosi anda, tetapi anda juga lebih terkendali dalam mengatur emosi energy kemarahan anda

H. Melakukan aktivitas emosi de stressing
Untuk meredakan kemarahan, kita juga bisa melakukan aktivitas aktivitas fisik yang saya sebuat dengan aktivitas emotional de stressing. Dalam dunia psikologi, istilah ini banyak dipakai adalah melakukan katarsis  yang dalam bahasa Yunani artinya pembersihan atau penyucian.
Istilah ini pertama kali berasal dari aristoteles dalam tulisannya tentang poetic, dimana ia mengatakan bagaimana orang bisa menyucikan atau membersihkan perasaannya yang tertekan pada saat menyaksikan suatu drama. Istilah ini lantas semakin berkembang dalam dunia psikologi, khususnya di sera psikoanalisi Sigmund freud, yang mencoba melihat manifestasi perilaku manusia sebagai bagian dari ekspresi emosi mereka yang tertekan. Lalu, istilah kartasis ini pun lantas berkembang lebih luas, mencakup hampir semua aktivitas untuk melepaskan emosi manusia yang tertekan. Pada kenyataannya hampir setiap orang memiliki aktivitas katarsis yang berbeda beda. Dengan berteriak, berolah raga, menyanyi, memukul mukul bantal, doa merupakan bagian dari aktivitas katarsis. Hal terpenting dari emotional de stressing melalui katarsis ini adalah untuk membakar sekaligus mengalihkan energy negative yang terkumpul di seluruh tubuh anda.

Intinya hati hatilah dengan kemarahan. Bagaimana cara anda bereaksi dan mengekspresian kemarahan anda bisa membangun sekaligus menghancurkan hubungan yang telah anda bina bertahun tahun. Ada seorang ayah yang sangat ditakuti oleh anaknya karena jika marah, ayah itu betul betul menakutkan. Jadi, ketika ayah itu berada di rumah, kondisi rumah menjadi neraka bagi anaknya. Hal ini akhirnya lama lama disadari oleh ayah tersebut. Ia pun mencoba untuk berubah. Pertama tama usahanya memang berat. Mengubah kebiasaan adalah suatu hal yang paling sulit baginya. Ia sadar bahwa ia menyayangi anaknya, dan anaknya pun sebenarnya sayang padanya. Hanya saja, rasa sayang itu ditutupi oleh rasa ketakutan sehingga anak anaknya tidak bisa bebas. Akhirnya, ia pun belajar bahwa kemarahan adalah suatu reaksi pilihan. Mulailah ia mencoba mengendalikan kemarahannya setiap kali ia ingin melakukannya. akhirnya, ia berhasil, terhadap keberhasilannya itu, ayah itu mengatakan:

“Mengubah Kebiasaan emosi tidak saja membutuhkan waktu, tetapi juga tenaga dan yang terpenting, komitmen”…..

0 Response to "Tahap-Tahap Mengontrol Emosi"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label