Teaching Company

Teaching Company

Salah satu tren yang kini menonjol adalah upaya sebuah perusahaan untuk menjadi – apa yang disebut Noel Tichy- Teaching company, yaitu upaya perusahaan menciptakan sebanyak mungkin pemimpin di seluruh level organisasi. Praktik kepemimpinan melalui penciptaan pemimpin sebanyak mungkin level organisasi saat ini mulai banyak diterapkan CEP-CEO dari perusahaan perusahaan top dunia dan terbukti mampu membawa perusahaan tersebut mencapai sustainability. Beberapa CEO tersebut antara lain Jack Welch di GE, Roger Enrico di Pepsi Co, Larry Bossidy di AlliedSignal, Roberto Goizueta di Coca Cola, Jacques Nasser di Ford, dan masih banyak lagi. Mereka adalah sedikit CEO yang kini dipandang sebagai “The Most successful CEO’s di dunia”.
Sebelum membahas tentang bagaimana sebuah perusahaan membangun teaching company, ada baiknya mengingat kembali tahap paling dini dari proses kepemimpinan. Dalam kaitan ini, ada baiknya untuk merujuk buku terkenal di bidang kepemimpinan, Credibility, yang ditulis oleh 2 orang yang dikenal dunia sebagai leading authority dalam hal kepemimpinan, James Kouzes dan Barry Posner. Dalam buku itu mereka bercerita banyak tentang kredibilitas seorang pemimpin. Kredibilitas, kata mereka, adalah landasan sekaligus faktor penentu dari kepemimpinan. Ia merupakan semacam fondasi yang akan menjadi landasan bagi pemimpin dengna orang yang dipimpinnya (constituent) dalam membangun dan mencapai “grand dream” perusahaan di masa depan. Tanpa kredibilitas, visi tidak aka nada artinya dan relationship antara pemimpin dan constituentnya menjadi porak poranda. Karena peran kritikal ini, kredibilitas pemimpin menjadi semacam “nyawa” bagi kepemimpinan.
Kredibilitas, masih menurut mereka, bersumber pada 3 dimensi kepemimpinan, yaitu kejujuran (honesty), kompetensi (competence) dan inspirasi (inspiration). Riset ekstensif yang di lakukan 2 pakar dari Santa Clara University ini menghasilkan kesimpulan bahwa para pemimpin bisnis top di dunia hampir pasti memiliki 3 unsur tersebut. Agar pemimpin kredibel di mata para pengikutnya, ia harus dapat dipercaya serta satu antara kata dan perbuatan. Ia juga harus memiliki knowledge dan kemampuan memimpin. Di samping itu, ia juga harus dinamis, antusias, serta memiliki energy untuk menggerakkan dan menginspirasi seluruh pengikutnya.
Lebih lanjut, mereka menguraikan bahwa untuk membangun kredibilitas – kejujuran, kompetensi, inspirasi – setidaknya dibutuhkan 3 fase proses. Ketiga fase proses tersebut kait mengait dan saling menguatkan.
Pertama, menciptakan kejelasan (clarity) mengenai kebutuhan, kepentingan, nilai nilai bersama, visi, tujuan, hingga aspirasi sang pemimpin bersama dengan constituentnya. Ketika kejelasan ini ada, setiap orang di dalam organisasi akan memiliki prinsip arahan mengenai kemana organisasi akan dibawa. Di samping itu, dengan adanya kejelasan itu setiap unsur dalam organisasi juga akan tahu persis kunci keunggulan bersaing, organisasi yang akan menjadi penentu suksesnya.
Kedua, membangun kesatuan (unity) seluruh jajaran organisasi dalam membawa organisasi ke satu titik tujuan tertentu. Seorang pemimpin yang kredibel akan mampu membangun komunitas dengan shared vision dan shared values yang sama, di tengah keragaman nilai, kepentingan, pandangan, dan keyakinan yang ada di dalam organisasi. Kesatuan ini ada bila seluruh jajaran organisasi bahu membahu dalam mendukung aspirasi dan tujuan organisasi yang telah disepakati bersama. Jadi seluruh jajaran organisasi tak hanya cukup mengetahui kemana perusahaan akan menuju, tetapi lebih jauh lagi mereka memiliki kesepakatan dan komitmen bersama bahwa shared vision dan shared values di atas merupakan faktor kunci bagi kesuksesan organisasi.
Ketiga, mengembangkan intensitas (intensity) yaitu kedekatan dan ikatan emosi antara pemimpin dengan contituentnya. Kejelasan dan kesatuan merupakan unsur esensial dalam proses membangun dan memperkokoh kredibilitas pemimpin, namun itu saja tak cukup. Pemimpin juga membutuhkan instensitas emosional agar seluruh jajaran organisasi memiliki kesungguhan dan sepenuh hati dalam mencapai visi dan tujuan perusahaan. Ketika shared values dirasakan secara mendalam dan sepenuh jati oleh segenap jajaran organisasi, kecenderungan tercapainya kesatuan antara kata dan perbuatan juga akan menjadi besar. Kalau ini terjadi, ia akan mempengaruhi seluruh kinerja perusahaan

By Hermawan K (Majalah Gamma, 20-26 Desember 2000)

0 Response to "Teaching Company"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label