Ada 4 Cara Dalam Memandang Masalah Part 1
1. Beberapa penderitaan memang biasa bagi umat manusia.
Secara puitis Ayub berkata, “manusia menimbulkan kesusahan bagi dirinya, seperti bunga api bergejolak tinggi” (Ayub 5:7). Kata “bunga api” dalam Alkitab bahasa Indonesia sebenarnya menerjemahkan 2 kata Ibrani yang berarti “putra api”. Seolah olah ada api unggun besar, dan setiap generasi dilemparkan ke atas abu generasi sebelumnya. Pada waktunya, generasi itu juga terbakar habis dan lenyap.
Ayub tidak mengatakan bahwa ini berkaitan langsung dengan dosa atau kekurangan tertentu. Tidak demikian kasusnya. Penderitaan Ayub tidak berkaitan dengan dosa apapun yang telah dilakukannya atau bahkan yang berpikir untuk dilakukannya. Ayub mengatakan bahwa sudah menjadi nasib umum bagi banyak pria dan wanita bahwa kita dilahirkan dalam kesakitan, menyebabkan kesakitan, menanggung kesakitan, dan akhirnya mati. kerap kali dalam kesakitan.
Ini tidak berarti bahwa Allah tidak mengerjakan maksudNya sendiri, bahkan dalam penderitaan, tetapi ini berarti bahwa kita jangan membuat kesalahan yang dilakukan murid murid di zaman Kristus ketika mereka melihat lelaki yang buta sejak lahir dan segera ingin mengaitkan penderitaannya kepada suatu dosa tertentu dalam dirinya atau orang tuanya (Yoh 9:2). Mereka berpikir, “dosa menghasilkan penderitaan. Ini adalah hubungan satu lawan satu, oleh sebab itu, bukan pria ini atau orang tuanya yang bersalah”. Akan tetapi, sama sekali tidak benar bahwa ketika seseorang melewati masa yang sukar, ini senantiasa dapat dikaitakan dengan perbuatan dosa yang dilakukannya. Oleh sebab itu, Yesus menjawab, “bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (ayat 3). Dengan kata lain, dalam kasus pria ini, penderitaan merupakan suatu kehormatan ketimbang sebuah penghukuman.
2. Ada beberapa penderitaan yang kita datangkan atas diri sendiri.
Ketika Yohanes menulis tentang orang kaya yang kehilangan hartanya, ia tidak menyatakan secara tidak langsung bahwa orang kaya itu berlaku jujur atau telah menipu orang miskin untuk memperoleh kekayaannya, atau sesuatu seperti itu. Namun, kita mungkin membayangkan kasus seseorang yang kehilangan kekayaan karena keserakahannya. Inilah penyebabnya, ia berkata, “saya tidak puas dengan apa yang saya miliki. Saya ingin memiliki lebih banyak. Saya ingin menanamkan modal dalam usaha usaha yang mengandung resiko, karena saya takkan pernah mencapai puncak kelimpahan finansial jika saya tidak melakukannya. saya akan mengambil resiko finansial”. Lalu, ketika ia mengambil resiko, ia kehilangan semua yang dimilikinya. Dalam kasus semacam ini, kehilangan kekayaan akan menjadi sesuatu yang ia timpakan atas dirinya sendiri.
Seseorang yang meninggal karena kanker paru paru setelah merokok 20 tahun lebih, tidak bisa menyalahkan Allah atas kankernya. Ia mendatangkan penyakit itu pada dirinya sendiri. Begitu pula dengan masalah masalah yang disebabkan oleh makan dan minum berlebihan, memakai obat obatan berbahaya, melakukan seks bebas, berdusta, melampiaskan amarah yang tak terkendali, dan banyak hal lain semacam itu. Penderitaannya yang timbul bukan salah orang lain, tapi karena salah sendiri.
Yakobus mungkin berpikir menurut cara berpikir seperti ini dalam ayat 13, saat ia mengatakan bahwa hal hal tertentu dalam diri kita dapat mendatangkan kemalangan. Contoh yang diberikannya adalah godaan untuk menjadi serakah. “apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata, “pencobaan ini datang dari Allah!”. Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa, dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut’ (Ayat 3-15). Ia sedang berkata bahwa terkadang hal hal yang kita jalani merupakan hasil dari pilihan pilihan kita yang berdosa.
3. Beberapa penderitaan dimaksudkan oleh Allah demi kebaikan kita, untuk mengembangkan karakter kita dan menjadikan kita seperti Yesus Kristus.
Allah mendatangkan berbagai persoalan tertentu ke dalam hidup kita untuk menyempurnakan kita, menempa atau membentuk kita menjai pria dan wanita yang dikehendakiNya. “Saudara saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun” (ayat 2-4).
Jika anda ingin meningkatkan tubuh jasmani yang kuat. Anda harus melakukannya dengan latihan yang berat. Duduk santai dan hanya menikmati diri sendiri, memakan permen, dan marshmallow bakar, takkan pernah menghasilkan seorang atlet. Jika anda ingin menjadi kuat, anda harus keluar dari kebiasaan itu, anda harus memulai dengna jogging, anda harus berolah raga. Anda harus menahan penderitaan agar dapat menguatkan otot otot anda.
Begitu pula dengan karakter. Orang yang tidak pernah melewati pergumulan apapun, yang tidak pernah menghadapi kemalangan dalam hidupnya, yang tidak pernah menderita kehilangan apapun, tidak akan mengembangkan jenis karakter yang dapat bertahan terhadap bencana. Dan tentu saja orang seperti itu tidak memiliki jenis karakter yang akan mampu memimpin dan menolong orang lain. Yakobus mengatakan bahwa beberapa kemalangan dikirim, bukan karena dosa atau bukan karena itu adalah nasib umum manusia. Tetapi karena Allah ingin mengembangkan ciri ciri Kristiani yang kuat. Yang tidak dapat dikembangkan dengan cara lain.
Ketekunan dengan kesabaran adalah salah satu ciri tersebut. Terkadang seseorang datang kepada pendetanya dan berkata, “saya adalah contoh orang Kristen yang lemah. Saya sama sekali tidak memiliki kesabaran. Maukah anda mendoakan saya agar saya memiliki kesabaran?”. Seorang pendeta yang mengenal Firman Allah dengan baik, mungkin akan mulai berdoa pada saat itu, “Tuhan tolong kirimkan kesengsaraan ke dalam hidup orang ini”, karena cara kita mengembangkan sikap tekun dalam kesabaran adalah melalui proses penderitaan. Oleh sebab itu, jika kemalangan memasuki hidup anda, Allah mungkin sedang memakainya untuk mengembangkan karakter anda yang kelak akan dipakaiNya untuk mendatangkan kemuliaan bagi namaNya.
0 Response to "Ada 4 Cara Dalam Memandang Masalah Part 1"
Posting Komentar