Ada 4 Cara Dalam Memandang Masalah Part 2
4. Beberapa penderitaan dimaksudkan untuk mendatangkan kemuliaan bagi Allah.
Maksud keempat dari kemalangan adalah bahwa melaluinya Allah akan dimuliakan. Maksudnya, penderitaan itu bukan sekedar nasib umum yang menimpa umat manusia, juga bukan sesuatu yang kita timpakan atas diri sendiri karena dosa atau kesalahan kita, juga tidak Allah kirim untuk mengembangkan karakter Kristiani kita.
Tujuan kemalangan adalah untuk memuliakan nama Allah belaka. Kita sudah menyinggung dua kasus dimana kemuliaan Allah lah yang menjadi alasan bagi penderitaan hebat seseorang.
Kasus pertama adalah tentang pria yang buta sejak lahir, ada dalam Yohanes 9. Saya menyinggungnya dengan singkat di atas berkaitan dengan pertanyaan para murid, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (ayat 2). Mereka berasumsi bahwa penderitaan adalah akibat dosa sebelumnya, tetapi mereka cukup berpikiran lebih luas dengan menganggap bahwa dosa yang menyebkan kebutaan mungkin bukan dosa lelaki itu sendiri, tetapi bisa jadi dosa orang tuanya.
Tentu saja, mungkin itu penjelasannya. Kita tidak tahu apakah mereka mengerti sesuatu tentang transmisi penyakit, tetapi kita tahu bahwa kebutaan pada seorang anak bisa disebabkan oleh penyakit kelamin yang diderita orang tuanya. Jadi mungkin, inilah penderitaan disebabkan oleh dosa. Bagaimana ia bisa dilahirkan buta karena dosanya sendiri, hal ini sedikit lebih problematis, kecuali mereka sedang berpikir tentang dosa di kehidupan sebelumnya, dan berasumsi doktrin reinkarnasi.
Walaupun demikian, Yesus mengatakan keduanya bukan penyebabnya, kataNya, “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia” (ayat 3). Dengan kata lain, Yesus mengatakan bahwa orang itu dilahirkan buta supaya pada saat tertentu itulah Yesus dapat lewat dan menyembuhkannya, dan dengan demikian memuliakan nama Allah.
Buta seumur hidup hanya supaya Allah dimuliakan?, Ya!. Itulah yang Yesus katakana. Tidak semua penderitaan seperti itu, tentu saja, saya telah menunjukkan beberapa alasan lain, tetapi memang ada beberapa kasus seperti itu, dan inilah kasus yang secara khusus dramatis. Tentu saja, Yesus juga menuntun orang ini kepada iman dalam diriNya sehingga kemuliaan Allah dinyatakan dalam keadaan pria buta itu juga, dan khususnya, berakhir dengan diselamatkannya dari dosa dan masuk ke dalam hidup yang kekal. Peralihannya dari kebutaan kepada melihat melambangkan peralihannya dari kegelapan rohani kepada terang rohani dan menjadi latar perkataan Yesus yang penuh kuasa, “Akulah terang dunia” (ayat 5).
Orang orang farisi, yang protagonist dalam kisah ini. Tidak melihat hal ini. Mereka tidak percaya kepada Yesus dan dengan demikian tetap berada di dalam kegelapan.
Kasus kedua ialah Ayub, yang mungkin merupakan ilustrasi lebih jelas tentang seorang benar yang menderita hanya supaya Allah dimuliakan. Kita akan meneliti kisah Ayub secara rinci nanti, karena ia disinggung oleh Yakobus secara spesifik dalam Yakobus 5:11. Akan tetapi, penting dicatat di sini bahwa tema kisah ini adalah bahwa Ayub tidak berbuat sesuatu yang membuatnya pantas menanggung derita yang dialaminya. Teman temanya berpikir ia pantas menderita. Mereka berpendapat, “tak ada orang yang lebih menderita darimu, Ayub, kami ikut bersedih untukmu. Tetapi ingat, Alah tidak mengelola semua jagad raya dimana di dalamnya tidak ada hubungan antara penderitaan dan dosa. Jadi, jika engkau begitu banyak menderita, itu adalah karena engkau telah berdosa. Selain itu, karena engkau banyak menderita, tentunya engkau telah sering berbuat dosa. Yang perlu engkau lakukan ialah mentahirkan dirimu, akuilah dosamu. Dengan begitu, mungkin Allah akan memulihkan keadaanmu kembali”.
Kelemahan argument tersebut adalah bahwa Ayub mengenal hatinya, Ia tidak menganggap dirinya tidak berdosa. Tak satupun orang saleh akan berpikir demikian. Akan tetapi, ia merasa tidak pernah melakukan sesuatu yang begitu buruk sehingga Allah menghukumnya. Ayub menggumulkan pernyataan ini di seluruh Kitab Ayub.
Apakah tujuan Allah?, kita temukana tujuan Allah di awal Kitab ketika Allah menyuruh iblis memerhatikan Ayub yang adalah seorang saleh yang jujur. Iblis menjawab dengan pedas bahwa Ayub berbakti kepada Allah hanya karena Allah telah membuatnya menjadi kaya. Dan kemudian bahwa ia berbakti kepada Allah hanya karena ia takut kehilangan kesehatannya. Allah menyangkal ini dan bertekad menguji fitnah iblis dengan mengizinkan iblis mengambil seluruh harta milik dan kesehatan Ayub. Iblis melakukannya. namun, pada akhirnya Ayub tidak mengutuk Allah, sebagaimana yang iblis ramalkan. Sebalinya, Ayub malah memuji Allah. Dengan demikian, Allah dipermuliakan oleh Ayub dan jalanNya dipertahankan.
Penderitaan Ayub dan Kita
Apa yang hendak dikatakan kisah ini tentang penderitaa kita?. Kisah ini hendak mengatakan bahwa sekalipun penderitaan terkadang datang kepada kita karena dosa kita dan terkadang sebagai cara Allah untuk mengembangkan karakter Kristiani di dalam kita, terkadang penderitaan itu juga adalah cara Allah untuk mendatangkan kemuliaan bagi namaNya, sesuatu yang hanya mungkin tercapai melalui penderitaan umatNya.
Anda bertanya, “tetapi, bagaimana saya tahu mengapa saya menderita?, anda telah bicara tentang berbagai kemungkinan yang ada, tetapi ketika saya mengalaminya, bagaimana saya tahu apa yang sedang terjadi?”
Ya, anda memang tidak selalu bisa tahu, sejauh yang dapat kita katakana, Ayub tak pernah memahami sepenuhya apa yang terjadi dengannya.
Namun, itu bukan seluruh jawabannya. Karena Yakobus berkata, “tetapi apabila di antara kamu ada kekurangan hikmat, hendaklah ia memintanya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit bangkit, maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Ayat 5). Mintalah kepadaNya, supaya menunjukkan apa yang sedang Dia lakkukan.
Tentu saja Allah mungkin tidak langsung memberi jawaban. Atau sama sekali tidak memberi jawaban. Akan tetapi, jika Allah tidak memberi jawaban, masih ada sesuatu yang dapat kita ketahui, sesuatu yang disinggung. Yakobus ayat 17 dan 18: “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang, padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Atas kehendakNya sendiri Ia telah menjadikan kita oleh Firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua ciptaanNya”. Dengan kata lain, sambil menantikan jawaban Allah, setidaknya kita bisa tahu bahwa Alah mengasihi kita dan bahwa kita ada di antara anak sulung dari ciptaan baruNya yang penting, tak peduli apapun yang kita derita.
0 Response to "Ada 4 Cara Dalam Memandang Masalah Part 2"
Posting Komentar