Arti Fanatik (Kefanatikan) Part 2
MENGAPA MENJADI PRAKTIS?
Yakobus menginginkan kita menjadi fanatic dalam hal hal berikut. Ia ingin kita menjadi fanatic dalam hal mengekang lidah kita, memperhatikan moral pribadi kita, dan memperdulikan orang lain.
Mungkin anda berkata, “saya tidak yakin ingin melakukannya. kedengarannya begitu sulit. Mengapa saya harus peduli akan semua itu?”
Saya akan memberi jawaban yang diberikan Yakobus dalam ayat ayat yang ditulisnya.
1. PENGENALAN DIRI
Hanya dengan mempraktikkan apa yang kita dengar, kita bisa mengenal diri sendiri. Dnegan kata lain, pengetahuan diri itu dibungkus dengna mempraktekkan agama dengan setia. Inilah yang dimaksudkan dalam gambarannya tentang cermin. Cermin itu adalah Kitab Suci, tentu saja. Ketika anda memandang ke dalam Firman, seperti cermin, dan melihat apa yang dikatakannya, ajaran yang anda temukan harus membuat anda memahami diri sendiri dan kekurangan anda, dan dengan demikian menuntun anda untuk menerapkan hukum Allah pada diri sendiri sehingga hidup anda berbeda.
Orang macam apa yang mengambil cermin, memandang ke dalamnya, kemudian mengalihkan matanya dan tidak berbuat apa apa?, anda melihat ke dalam cermin untuk melihat apakah ada sesuatu yang harus diperbaiki dari penampilan anda. Sudahkan anda mencuci muka?, sudahkan anda menyisir rambut anda? Apakah pakauan anda sudah diseterika dengan baik? Apakah dasi anda lurus? Anda melihat ke dalam cermin untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.
Yakobus mengatakan bahwa ketika anda membaca tentang keKristenan sejati dan melihat jenis kehidupan yang harus anda jalani, itu tidak supaya anda bisa pergi keluar dan berbicara secara terpelajar tentang jenis kehidupan itu, tetapi supaya anda bisa pergi keluar dan menjalankan sendiri kehidupan itu. Jadi, hal pertama yang terjadi ketika anda menatap dengan seksama ke dalam persyaratan keKristenan sebagaimana yang anda temukan dalam Alkitab ialah bahwa anda melihat orang macam apa anda. Apakah anda benar benar menjalani hal tersebut? Atau anda hanya berpura pura melakukannya?, apakah anda melakukan beberapa di antaranya, tetapi yang lain tidak?, apakah anda melakukan hal hal yang dangkal, dan bukan yang penting?, satu satunya tempat dimana anda menemukan jawaban atas semua pertanyaan tersebut ialah Firman Alah. Satu satunya tempat dimana anda benar benar menemukan tentang diri anda ialah di dalam Alkitab.
Kita semua memiliki ide yang sangat menyimpang dari diri kita sendiri. Pasangan anda mungkin tahu anda seperti apa, tetapi orang yang paling tidak tahu anda sebenarnya seperti apa adalah anda sendiri.
Dalam How to friends and influence people, penceramah motivasional terkenal, Dale carnegi, menceritakan kisah seorang gangster New York yang dikenal sebagai two gun Crowley yang terkendal di decade awal abad tersebut. Pada suatu kesempatan, seorang polisi menghentikan mobilnya dan memintanya untuk menunjukkan surat ijin mengemudinya. Crowley meraih ke dalam saku rompinya, menarik keluar salah satu dari dua senjatanya yang selalu ia bawa, dan menembak polisi itu. Kemudian, ia mengambil senjata polisi itu sendiri dan menembakkannya sekali lagi. Orang semacam itulah ia, kejam, dan garang. Ia menjadi sasaran perburuan manusia yang intensif, dan akhirnya tempat persembunyiannya dikepung polisi dan Crowley pun tertangkap.
Apakah yang dipikirkan Crowley tentang dirinya sendiri? Apakah ia berkata, “saya ini orang jahar, saya menembak seorang polisi?” sama sekali tidak. Setelah ia ditangkap, polisi menemukan sebuah catatan di apartemen pacarnya, tempat ia berada ketika terjadi baku tembak. Catatan itu berlumuran darah akibat pertarungan. Dalam catatan ini ia telah menulis sebagai berikut: “di bawah mantel ini berdetak sebuah hati yang hangat, ramah dan tidak mau melukai siapapun”. Ketika ia akhirnya dibawa ke penjara sing sing dan dihukum mati, kata kata terakhirnya adalah, “inilah yang kuperoleh karena membela diri”.
Jika seorang penjahat seperti two gun Crowley tidak melihat kejahatan dalam hidupnya, sudah pasti anda dan saya, yang dianggap “orang baik”, tidak melihatnya kecuali Allah menyatakannya kepada kita melalui FirmanNya. Sekali lagi, saya katakana bahwa satu satunya cara agar kita dapat mengetahui seperti apa kita ini ialah jika kita berhadapan dengan hal hal yang diperintahkan Tuhan Yesus kepada kita, itu jika kita serius ingin hidup bagiNya di dunia ini.
2. PERKENAN ALLAH
Di samping belajar tentang diri kita sendiri, kita juga mencari tahu apa yang harus kita lakukan supaya berkenan kepada Allah. Itulah yang dikatakan Yakobus dalam ayat 27, “ibadah yang berkenan bagi Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia” (KJV). Kata “berkenan” dipakai dalam berbagai cara dalam Alkitab versi King James. Ada penerimaan akan kita oleh Alah dalam Kristus yang berkaitan dengan pembenaran atas kita. Ketika Paulus menulis dalam Efesus 1:6 bahwa Allah telah membuat kita “berkenan bagiNya di dalam Dia yang dikasihiNya” (KJV), ia mengacu kepada penerimaan semacam itu. Namun, bukan ini yang ada dalam pemikiran Yakobus. Ia berpikir menurut jalan pikiran Paulus ketika ia menulis dalam Filipi 4:18, dimana ia berbicara tentang pelayanan orang orang kudus di Filipi sebagai “suatu korban yang berkenan”. Apa yang mereka lakukan berkenan bagi Allah karena sesuai dengan apa yang dijabarkan olehNya dalam Kitab Suci untuk mereka lakukan.
Ketika Yakobus berkata, “ibadah yang berkenan…yaitu itu” (KJV). Ia menyatakan secara tidak langsung bahwa ada ibadah yang tidak berkenan kepada Allah. Apakah itu?, jelas, ibadah yang tidak berkenan adalah ibadah yang merupakan perkataan semata mata, iman yang tidak disertai perbuatan baik.
3. BERKAT PRIBADI
Kehidupan ibadah yang sejati ini, di samping memberi kita pengenalan diri dan perkenan Allah, juga memberi kita berkat pribadi. Dalam ayat 25, Yakobus berkata, “barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya”.
Saya bertanya, “apakah anda ingin supaya Allah memberkati anda?”
“tentu saja, saya mau”. Jawab anda.
Nah, jika demikian, inilah cara untuk memperoleh berkat itu:
[1] Bacalah Alkitab
[2] Cari tahu apa yang hendak dikatakan Tuhan
[3] Hidup menurut apa yang anda temukan di dalam Alkitab.
Sederhana, bukan? Ya, tetapi berapa banyak orang yang benar benar melakukannya?
4. BERKAT BAGI ORANG LAIN
Akhirnya, perbuatan ini bukan saja memberi berkat bagi kita, melainkan juga bagi orang lain. Dapatkah kita bayangkan bahwa ketika kita cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata kata, dan lambat untuk marah, berkat tidak akan datang kepada orang orang yang kita ajak bicara, yang bersikap sebaliknya, marah dan lambat untuk mendengar?
Ketika kita membaca bahwa kita harus menjaga diri dari kecemaran moral dan kejahatan yang begitu banyak di dalam dunia, apakah kita pikir bahwa itu bisa terjadi tanpa berkat dalam kehidupan mereka yang berhubungan dengan kita?, ketika kita memperdulikan anak yatim piatu, janda janda dan orang lain yang membutuhkan perhatian khusus, dapatkah kita berpikir bahwa perbuatan semacam itu tidak akan menjadi berkat bagi mereka? Tentu saja tidak. Dalam semua itu, orang lain akan diberkati melalui ketaatan kita. Jadi, ketika kita melakukan hal hal seperti itu, kita menjadi sesuatu yang jelas dikehendaki Tuhan Yesus bagi murid muridNya ketika Dia berkata, “Kamu adalah garam dunia” (Mat 5:13) dan “terang dunia” (ayat 14).
Ada berbagai macam orang fanatic, beberapa di antaranya sangat fanatic. Saya mengenal seorang wanita muda dari latar belakang tertentu yang akan pulang kampong halamannya untuk mengikuti sebuah upacara khusus. Saudara perempuannya memohon kepadanya, “jika engkau pulang, tolonglah supaya jangan merusak upacara tersebut”. Maksudnya ialah “jangan berbicara sesuatu tentang kebenaran yang lain”. Wanita yang minta didoakan ini berkata, “saya tidak berniat untuk merusak apa pun yang berlangsung, tetapi apa yang harus saya jawab ketika berkata, “oh, saya sudah lama tidak bertemu dengan anda, ada kabar baru apa?””. Ia hanya mempunyai satu jawaban, “apa yang baru adalah Tuhan Yesus”. Saya rasa saya menyebut wanita ini fanatic, dan saya rindu kita semua menjadi fanatic dalam artian itu.
Pesan Yakobus adalah bahwa kita semua harus menjadi fanatic dengan benar, bukan saja dengan menyampaikan Injil, tetapi juga melalui perbuatan-perkataan kita sehari hari, dengan demikian, kita akan mendapati bahwa orang lain juga menjadi fans Yesus juga…..
0 Response to "Arti Fanatik (Kefanatikan) Part 2"
Posting Komentar