Bagaimana Caranya Mengampuni? Part 1

Bagaimana Caranya Mengampuni? Part 1

“Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain, apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain. Sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu, kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kolose 3:13-14)
Pada suatu hari seorang anak kecil ingin makan ice cream dalam kerucut, jadi ia minta uang dari pengasuhnya. Kalau ibunya ada di rumah, ia selalu memberikan uang pas untuk membeli ice cream itu, tetapi pada hari ini, pengasuhnya itu memberikan pecahan yang besar, lebih dari cukup untuk membeli ice cream, tetapi ia tidak menyadari hal itu.
“bagaimana saya dapat memperoleh ice cream itu?” tanyanya, ia tidak menyadari bahwa ia mempunyai uang yang lebih dari cukup untuk membeli ice cream itu. Demikian juga dalam hal hal rohani, kita sering berlaku seperti anak kecil itu. Di dalam tangan yang satu kita memegang cara untuk mengampuni orang, tetapi kita masih juga bertanya, “bagaimana saya dapat menjadi serupa dengan Engkau, Tuhan?”, bagaimana saya dapat mengikuti perintahMu? Bagaimana saya dapat mengasihi dan mengampuni orang lain?

KITA MEMILIKI SUMBER SUMBERNYA
Allah sudah memberikan kepada kita segala sesuatu yang kita perlukan untuk menjalankan suatu kehidupan yang suci (2 Petrus 1:3). Ketiga sumber kita itu adalah Yesus Kristus, Roh Kudus, dan Alkitab. Tetapi kita sering tidak menyadari sumber sumber yang ada pada kita dan jika kita tidak menggunakan sumber sumber itu, kita tidak dapat bertumbuh secara rohani.
Bagaimana sumber sumber itu dapat menolong kita?
Kristus memerintahkan agar kita tinggal di dalam Dia (Yohanes 15:1-7). “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting rantingnya, barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa apa” (ayat 5)
Tinggal di dalam Kristus berarti bergantung pada Dia untuk segala kebutuhan kita, bergantung pada Dia setiap saat. Kebergantungan kita kepada Dia yang dilakukan kemarin tidak akan menolong kita hari ini. Jika hari ini kita tinggal di dalam Dia, maka hal itu tidak akan menolong kita bulan yang akan datang. Tinggal di dalam Dia itu harus dijadikan kebiasaan, setiap saat menyadari tentang Kristus dan kasihNya. Hasilnya adalah buah Roh (Yohanes 15:4; Galatia 5:22-23).
Sumber kita yang kedua adalah Roh Kudus. Roh Kudus datang untuk tinggal di dalam kita pada saat kita menerima Kristus (Roma 8:9). Kita diperintahkan agar dipenuhi dengan Roh Kudus, itu berarti kita harus dikendalikan oleh Dia (Efesus 5:18). Dengan dipenuhi oleh Roh Kudus atau hidup di dalam Roh berarti kita setiap saat bergantung kepada Roh Kudus.
Paulus membandingkan soal dipenuhi oleh Roh dengan orang yang mabuk (Efesus 5:18). Setiap kata yang diucapkan dan setiap perbuatan yang dilakukan oleh seorang yang sedang mabuk dipengaruhi oleh alcohol yang ada di dalam peredaran darahnya. Setiap kata dan perbuatan orang Kristen yang dipenuhi oleh Roh Kudus dipengaruhi oleh Roh Kudus yang tinggal di dalam dia.
Sumber kita yang ketiga adalah Firman Allah. Menghafalkan ayat ayat Firman Tuhan adalah kunci untuk dapat memanfaatkan sumber sumber ini. “Besarlah ketentraman pada orang orang yang mencintai TauratMu, tidak ada batu sandungan bagi mereka” (Mazmur 119:165). Pada waktu kita memasukkan ayat ayat Alkitab itu ke dalam hati dan pikiran kita, maka kita akan bertumbuh secara rohani (Mazmur 119:11)
Menghafalkan ayat dan menyelidiki Alkitab memberikan kepada kita pengetahuan yang kita perlukan, dipenuhi dengan Roh Kudus memberikan kita kuasa, dan tinggal di dalam Kristus adalah metode untuk dapat menjalankan kehidupan yang benar. Apa hubungannya semua ini dengan usaha kia untuk bersedia mengampuni?
Kesediaan untuk mengampuni bukanlah reaksi kita yang wajar. Sering tidaklah mungkin bagi kita untuk dapat mengampuni tanpa pertolongan Allah. Karena pengampunan itu pada dasarnya merupakan masalah rohani, maka diperlukan penyelesaian yang bersifat rohani juga.
Pertama, untuk dapat mengampuni orang lain kita sendiri terlebih dahulu diampuni. Kita sudah membicarakan dasar dari suatu gaya hidup yang bersedia mengampuni.
Setelah itu kita perlu sepenuhnya memusatkan perhatian kita pada pengampunan Allah kepada kita. Hanya apabila kita mulai mengukur betapa dalamnya pengampunan Allah itu, maka kita menjadi bersedia untuk mengampuni orang lain. Ini haruslah menjadi motivasi kita. Jika kita tidak digugah untuk mengampuni, maka kita tidak akan dapat mengerti dengan sepenuhnya pengampunan Allah. Kita ini munafik jika kita menuntut keadilah, padahal kita sendiri sudah menerima belas kasihan Allah.
Tetapi jika kita sudah menerima dan mengerti pengampunan Allah, kita bukan saja mempunyai motivasi untuk mengampuni. Kita juga mempunyai kesanggupan untuk mengampuni. Jika kita sudah sepenuhnya menggunakan sumber sumber yang sudah diberikan Allah kepada kita, kita dapat mentaati perintah apapun, bahkan perintah yang mengharuskan kita untuk mengampuni.
APABILA SEGALA USAHA LAIN GAGAL……
Mungkin anda pernah mendengar peribahasa asing yang artinya kira kira begini, “apabila segala usaha gagal, bacalah petunjuknya”. Apabila suatu pabrik menghasilkan produk tertentu, ia juga menuliskan suatu daftar petunjuk tentang bagaimana menggunakan produk itu dengan benar. Tetapi banyak di antara kita yang mencoba untuk menggunakan produk itu dengan cara kita sendiri, kita mengabaikan petunjuk petunjuk yang diberikan. Dan apabila kita berbuat demikian, maka ada kemungkinan bahwa produk itu tidak menghasilkan apa yang diharapkan atau mungkin juga menjadi rusak karena penggunaan yang salah.
Karena Allah yang menjadikan, maka Dia yang paling layak untuk memberi kita petunjuk bagaimana cara menggunakan tubuh, jiwa dan roh kita secara tepat, dan bagaimana cara yang tepat bagi kita untuk menggunakannya dalam berhubungan dengan orang lain. Teapi sering kita mengabaikan petunjuk Allah dan kita menggunakan ide kita sendiri saja. Allah berkata “kasihilah”, tetapi manusia berkata, “bencilah”. Allah berkata “ampunilah”, tetapi manusia berkata, “balas dendamlah”. Jika kita menentang Allah dengan tidak taat, kita juga merusak diri kita sendiri dan merusak hubungan kita dengan orang lain (Lihat Amsal 14:12). Nahum menulis, Tuhan itu Allah yang cemburu dan pembalas, Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah (Nahum 1:2,3)
Mengikuti petunjuk Allah berarti menghasilkan sukacita, keutuhan, dan pertumbuhan rohani. Bagaimana dapat kita menataati perintah Allah terutama perintah perintah yang menyuruh kita untuk melakukan sesuatu yang sukar seperti mengampuni orang lain?, jawabannya sebenarnya cukup sederhana: kita harus mengambil keputusan untuk mengampuni, pengampunan adalah suatu kehendak.
TETAPI SAYA TIDAK MERASA INGIN MENGAMPUNI……
Mengampuni sering merupakan suatu proses yang menyakitkan. Jika kita menunggu sampai kita merasa ingin mengampuni, kita mungkin tidak akan pernah mengampuni, kita harus mengambil keputusan untuk mengampuni walaupun hal itu bertentangan dengan perasaan kita. Untunglah, kehendak kita yang mengendalikan tindakan kita, dan tindakan kita berkuasa untuk mengubah perasaan kita. Tidaklah munafik jika kita bertindak mengampuni. Ketaatan kepada Allah tidak pernah dan bukanlah suatu tindakan munafik. Allah akan menghormati keinginan kita yang tulus untuk hidup menurut prinsip prinsipNya. Pada waktu kita bertekad untuk mentaati Allah tanpa menghiraukan perasaan kita.
Ia sering mengubah perasaan yang sedang kita gumuli itu.
“Cara yang terbaik untuk menangani perasan ialah terutama sekali dengan memperhatikan tingkah laku yang benar, Perjanjian Baru bukanlah tidak menghargai atau tidak memperdulikan perasaan, melainkan menundukkan perasaan anda pada tindakan yang benar. Perjanjian Baru lebih memperhatikan tingkah laku kita daripada reaksi kita, lebih memperhatikan apa yang kita lakukan daripada apa atau bagaimana perasaan kita. Sebaliknya, dengan mengutip slogan kontenporer, kita dapat mengatakan bahwa pendekatan Perjanjian Baru pada soal emosi ialah: jika hal yang benar tidak menimbulkan perasaan yang baik, biar saja, lakukan terus”.
Kita tidak boleh mengabaikan atau menekan perasaan yang diberikan Allah. Tetapi kita tidak perlu menjadi budak perasaan kita. Kita dapat memilih dengan menggunakan kehendak kita. Kita dapat memilih untuk mengasihi atau kita juga dapat memilih untuk membenci. Kita dapat memilih untuk mengampuni atau kita dapat memilih untuk membalas dendam. Kita dapat memilih untuk mentaati Allah, atau kita dapat memilih untuk tidak mentaatiNya.
Ketaatan selalu menuntut pernyataan dari pihak kita bahwa kita mempercayai Allah dan bersedia melakukan apa yang dikatakanNya. Marilah kita memperhatikan beberapa cara yang dapat menolong kita untuk mencapai sasaran kita untuk dapat mengampuni. Di dalam bidang bidang inilah kita terutama dapat bertindak menurut kehendak kita walaupun bertentangan dengan perasaan kita. Selain dari cara yang pertama, saran saran ini tidak diberikan menurut urutan tertentu, ada di antaranya yang mungkin tidak cocok untuk setiap kasus.
Pada saat kita mulai belajar menggunakan kehendak kita, kita harus ingat untuk bergantung pada ketiga sumber kita itu, karena dengan iman, bukan dengan usaha kita sendiri, kita dapat bertumbuh secara rohani dan berkenan kepada Allah. Pada saat kita bergantung pada sumber sumber kita dan lebih mendekatkan diri kepada Kristus, maka kesanggupan kita untuk taat akan bertambah.
Cara 1: SELESAIKAN DAN HADAPAI KEMARAHAN ITU DENGAN KASIH
Amarah yang ditekan tidak akan menyelesaikan apa apa. Hal itu hanya menunda ekspresi kemarahan itu dan dapat menyebabkan depresi, penyakit, dan persoalan persoalan lain. Amarah yang dinyatakan secara tidak terkendali, entah dengan jalan berteriak, bertengkar, mengutuk atau tingkah laku yang merusak, juga bukan merupakan penyelesaian. Walaupun pernyataan yang demikian itu dapat membuat kita merasa lebih baik, paling tidak untuk sesaat, tetapi hal itu merusak hubungan kita dengan orang lain dan juga merusak kesaksian kita sebagai orang Kristen. Jawabannya adalah ekspresi yang terkendali.
Untuk dapat menyatakan kemarahan kita, tetapi masih tetap merasa baik dan benar, kita perlu mengetahui dua konsep yang salah dari orang Kristen tentang amarah. Dua konsep yang salah itu adalah: seorang Kristen tidak bileh marah dan bahwa marah itu selalu berdosa. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa Allah sendiri yang adalah inti kasih, juga dapat marah. Di dalam Perjanjian Lama saja terdapat kira kira 450 kata marah atau murka, dan 375 di antaranya murka Allah. Jika Allah kita yang kudus dan tidak berdosa dapat marah, maka marah itu tidak selalu merupakan dosa.
Untuk menentukan apakah amarah kita itu dosa atau tidak kita harus bertanya kepada diri sendiri: apakah Tuhan Yesus akan marah dalam keadaan begini?, apakah dengan marah pada masalah ini akan memuliakan Kristus?, amarah yang benar bersumber pada kasih kita kepada Allah dan manusia. Amarah yang diarahkan pada hal hal lainlah yang membuat Allah marah. Tetapi lebih sering kemarahan kita tidak dapat dibenarkan sebab bersumber pada kesombongan atau keakuan yang terluka, usaha untuk memanipulasi orang lain atau diarahkan pada sesuatu yang baik. Amarah yang tidak benar itu dosa, tetapi amarah yang benar juga dapat menjadi dosa, jika tidak dinyatakan secara benar dan tepat.
Alkitab memberikan kepada kita beberapa petunjuk yang jelas mengenai bagaimana mengendalikan amarah. “janganlah lekas lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh” (Pengkhotbah 7:9). “orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan” (Amsal 14:29). “hai, saudara saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata kata, dan juga lambat untuk marah” (Yohanes 1:19-20).
Kita juga diperintahkan untuk berbicara dengan orang yang sudah melukai hati kita (Lukas 17:3; Matius 18:15). Apabila kita melaksanakan hal ini kita perlu menerangkan mengapa kita marah. Kita harus memusatkan perhatian pada perbuatan orang itu yang mengganggu kita tanpa menghakimi atau menuduh orang itu. Kita harus berusaha keras untuk berbicara dengan lembut dan penuh kasih serta siap sedia untuk mendengarkan tanpa bersikap membela diri. Mungkin orang itu dapat membuat kita melihat suatu bidang di dalam kehidupan kita yang perlu diubah. Setelah kita menyatakan kemarahan itu, kita harus bekerja sama untuk menyelesaikan soal itu.
“kadang kadang konfrontasi yang jujur semacam ini penting sebelum kita dapat menghilangkan kejengkelan kita dan memberikan pengampunan. Kita mungkin salah mengerti tentang maksud orang itu, dan hal itu dapat membuka kesempatan kepada dia  untuk menerangkan sendiri dan dengan demikian memungkinkan kita untuk mengerti keadaannya dari sudut pandangnya. Sering kali pengertian yang sederhana akan segera menyelesaikan konflik itu”.
Tetapi, akan ada saat ketika konfrontasi tidak mungkin diadakan atau tidak cocok. Di dalam kasus kasus yang demikian, menceritakan amarah kita kepada orang lain dapat menolong kita untuk mengendalikan amarah kita. Kita selalu mempunyai kesempatan untuk menceritakan amarah kita kepada Allah. Inilah yang dilakukan oleh beberapa pemazmur. Ada kalanya Allah merupakan satu satunya yang layak kita ajak bicara sebab tidak pantas untuk mengungkapkan amarah kita kepada orang lain. Adakalanya juga kita perlu membicarakanya dengan seorang sahabat yang dapat dipercaya atau seorang pembimbing atau konselor. Selain berbicara, gerak badan atau olah raga juga dapat menolong untuk melampiaskan amarah kita.
Sumber sumber rohani kita, Yesus Kristus, Roh Kudus dan Alkitab, akan menolong kta untuk mengendalikan amarah kita dan cara menyatakan amarah kita. Di dalam perisitiwa apa saja, kita harus bertekad untuk menyerahkan pembalasan dendam kepada Allah. Akhirnya, Allah yang akan mengendalikan segala sesuatu dan pada suatu hari kelak, semua orang yang berbuat salah harus mempertanggung jawabkan perbuatanya kepada Allah (II Tesalonika 1:6-7)
Cara 2- PRAKTEKKAN KEHADIRAN KRISTUS
Ketika saya menetapkan metoda ini di dalam kehidupan saya, hal ini menolong saya untuk melaksanakan banyak perintah Allah yang ada di dalam Alkitab. Ini bukan penyelesaian yang sempurna, tetapi dalam metode ini sangat baik. Apabila saya bermaksud untuk menyadari kehadiran Kristus, bahwa Ia berada bersama sama dengan saya dan hidup di dalam saya, maka saya sudah melakukan hal yang benar. Saya mengalami kemajuan dan tingkah laku saya menjadi jauh lebih baik. Jika saya tidak ,memperhatikan kehadiranNya, saya dapat dengan mudah menjadi kurang waspada. Akibatnya, saya mendapati diri saya kurang memperhatikan orang lain, kurang mengasihi, kurang mengampuni. Sifat Kristen yang bermutu hanya dapat dibina dengan terus menerus mempraktekkannya (Lihat Timotius 4:7-8).

Cara 3 – KENDALIKAN JALAN PIKIRAN ANDA

Saya mendapatkan suatu penemuan yang penting dalam hari hari dan malam malam pertama setelah meninggalnya diane. Pada malam hari sementara saya mencoba untuk tidur dan juga pada saat saat lain. Iblis berhasil memberikan gambaran yang jelas mengenai seluruh peristiwa pembunuhan diane di dalam layar pikiran saya. Saya benci sekali karena peristiwa itu terlalu dibesar besarkan, tetapi setiap kali saya menutup mata, saya melihat hal itu.

0 Response to "Bagaimana Caranya Mengampuni? Part 1"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label