Bagaimana Caranya Mengampuni? Part 3
DAPATKAH KITA MENGAMPUNI ORANG YANG BELUM BERTOBAT?
Ada orang yang mengajarkan bahwa kita tidak dapat dan tidak boleh mengampuni sebelum orang yang melukai hati kita itu minta ampun dan berjanji untuk mengubah cara hidup mereka. Alasannya kira kira begini: jika saya mengampuni seseorang yang belum bertobat, itu berarti saya memberi semangat kepadanya agar terus berbuat dosa terhadap saya.
Tetapi saya tidak percaya bahwa Kristus menghendaki kita untuk menyimpan kemarahan kita dan perasaan yang terluka sampai orang yang melukai hati kita mengambil keputusan untuk meminta pengampunan. Dan mungkin juga hal itu tidak akan pernah terjadi. Jika demikian, kaka kita akan terikat untuk selamanya, oleh kebencian, dan kepahitan. Demi kesehatan dan pertumbuhan rohani kita, kita harus selalu mengampuni dari lubuk hati kita, entah orang yang melukai hati kita itu terus berusaha untuk mencari pengampunan atau tidak. Allah tidak menunggu sampai kita berusaha mencari pengampunanNya (1 Korintus 5:8)
Jika seorang yang melukai hati kita itu kelihatannya bertobat, tapi kemudian berulang ulang melukai hati kita pada satu hari yang sama, mungkinkah orang orang seperti itu sungguh sungguh sudah bertobat?, mungkin saja. Mungkin juga belum. Kita dapat lebih mudah mengampuni jika kita mengetahui bahwa orang yang melukai hati kita sudah sungguh sungguh mengubah kelakukannya. Tetapi akan menjadi sulit jika kita mengetahui bahwa kita akan berulang ulang dilukai dengan cara yang sama.
Ada 2 langkah menuju pengampunan. Yang pertama, ialah perubahan sikap hati. Dalam hal ini, orang yang dilukai hatinya tidak memaafkan kesalahan itu, tetapi ia memutuskan bahwa tidak ada gunanya untuk menaruh dendam. Sikap hati yang positif ini merupakan hal yang terpenting jika kita ingin berhasil dalam langkah yang kedua, yaitu berdamai kembali. Perdamaian kembali yang langgeng tidak mungkin terjadi jika sikap orang yang merasa dilukai hatinya tidak berubah. Tetapi perubahan sikap hati mungkin terjadi sekalipun jika keduanya tidak akan pernah berdamai lagi. Dengan perkataan lain, kita dapat mengampuni seseorang yang tidak pernah bertobat.
Tetapi pengampunan yang kita berikan tidak menjamin bahwa orang yang melukai hati itu akan berubah atau bahwa kita akan berdamai kembali. Sebelum kita berdamai kembali, pengampunan itu tidaklah sempurna. Allah sudah menyediakan pengampunan bagi kita. Tetapi kita baru sungguh sungguh berdamai dengan Allah, pada waktu kita menerima pengampunan dari Allah itu. Demikian juga jika kita mengubah sikap kita terhadap orang yang melukai hati kita, maka mungkin akan terjadi perdamaian kembali itu. Tetapi, perdamaian tidak sungguh sungguh terjadi sampai orang yang melukai hati kita itu menerima pengampunan kita.
MENGAMPUNI MELALUI DOA
Langkah kita yang sesungguhya untuk mengampuni dapat dengan baik sekali dilaksanakan melalui doa. Doa yang berikut ini mungkin dapat menolong…
“Tuhan Yesus yang terkasih, sebagai perwujudan kehendak, saya akan mengampuni…….. saya tidak merasa ingin mengampuni, tetapi saya memilih untuk mentaati perintahMu. Tuhan Yesus, ampunilah saya karena saya tidak bersedia mengampuni, saya tahu bahwa itu dosa. Sucikan saya dari amarah, kepahitan, dendam dan hal hal lain yang merupakan buah ketidaksediaan untuk mengampuni. Tolonglah saya supaya saya dapat sungguh sungguh mulai mengasihi orang yang melukai hati saya itu. Tolonglah saya supaya saya dapat mengampuni sebagaimana Engkau sudah mengampuni saya”.
Jika kita yakin bahwa mengampuni itu merupakan hal yang terbaik bagi kita, jika kita memanjatkan doa ini atau doa yang serupa dalam iman sebagai langkah ketaatan, maka kita dapat berharap bahwa Allah akan memberi kuasa untuk menyanggupkan kita untuk melakukan apa yang kita tidak dapat lakukan dengan kekuatan kita sendiri. Marilah kita menyediakan waktu untuk mengampuni setiap pribadi dan setiap perbuatan yang mungkin termasuk dalam daftar yang kita susun.
MENGAMPUNI PELANGGARAN ATAU PERBUATAN YANG MELUKAI HATI DAPAT DILAKUKAN SECARA BERULANG ULANG
Seorang teman baik saya mengatakan bahwa mengampuni satu peristiwa besar di dalam kehidupan seseorang yang hanya terjadi satu kali untuk selama lamanya, seperti pembunuh Diane, sangat lain sekali dari mengampuni kejahatan yang lebih kecil yang melukai hati yang dilakukan secara berulang ulang. Saya setuju, ini merupakan keadaan yang sulit untuk ditangani. Hal ini tidak mungkin dapat diatasi tanpa pertolongan Allah.
Pada waktu kita mula mula belajar untuk mengampuni, kita mungkin menjadi kewalahan apabila kita memikirkan setiap perbuatan salah yang pernah dilakukan terhadap kita dan keluarga kita. Kita berpikir, “saya tidak dapat mengampuni semua ini” itu benar. Kita mungkin tidak dapat mengampuni segala sesuatu yang kita alami sekaligus. Pengampunan sering kali merupakan satu proses.
Sandra “Judy” Hampton, yang dulunya bernama Judy Warren, pada pertengahan tahun 50 an, menjadi perhatian bangsa Amerika setelah ibu tirinya membutakan matakan dengan menekan kedua matanya dengan kedua ibu jarinya. Bertahun tahun setelah peristiwa itu berlalu, Judy sebagai orang Kristen diperhadapkan dengan kebenaran Firman Allah, Allah berharap bahwa Judy mau mengampuni. Pada mulanya, ia tidak dapat mengampuni ibu tirinya, tetapi ia dapat mengampuni departemen kesejahteraan sosial karena mereka tidak mengijinkan dia untuk menjalani operasi pemulihan penglihatanya. Judy minta kepada Tuhan agar menolong dia mengatasi ketidaksediaannya untuk mengampuni ibu tirinya. Setelah beberapa tahun, Judy mendapati bahwa ia sudah mengampuninya.
“hal itu tidak terjadi hanya dalam waktu semalam, dan hal itu memang tidak mudah”, tulis Judy, “tetapi merupakan satu fakta bahwa saya sudah mengampuni dia. Seolah olah Tuhan sudah melaksanakan operasi emosi pada diri saya, dan menghilangkan semua bekas ketidaksediaan untuk mengampuni. Saya tahu itu merupakan mujizat yang tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa pertolongan Tuhan”.
Dr. Richard P Walters, anggota staff ahli ilmu jiwa pada rumah sakit Pine Rest di Grand Rapids, Michigan, menyarankan hal hal berikut ini apabila kita harus mengampuni perbuatan yang melukai hati yang dilakukan secara berulang ulang:
1. Mulai dengan mengampuni apa yang dapat anda ampuni
2. Berdoa meminta suatu kesediaan untuk mengampuni apa yang belum bisa diampuni
3. Sejauh anda dapat, ampuni sisa sisa masalah itu
4. Jangan heran jika anda mengingat lebih banyak hal yang melukai hati anda. Atasi hal itu satu persatu.
BERAPA LAMA DIPERLUKAN WAKTU UNTUK MENGAMPUNI?
Ketika pendeta Busono, pulang setelah berlibur selama 2 minggu, ia dapat merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Notulen dari rapat pengurus Gereja yang baru diadakan mengatakan bahwa semua kedudukan para staf dan sasarannya dinilai kembali.
Pendeta Busono mengingat kembali pada 2 tahun sebelumnya, saat ia diberi kedudukan sebagai pendeta bagian pendidikan. Ia sudah diwawancarai untuk pekerjaan lain, tetapi ditawarkan pekerjaan di tempat ini. Walaupun pendeta Busono sama seperti pada umumnya orang lulusan semenari lainnya, tidak mempunyai banyak latar belakang dalam pendidikan Kristen, ia memutuskan untuk menerima pekerjaan dan tantangan itu.
Sejak ia bekerja di situ sudah beberapa kali pengurus Gereja menunjukkan perasaan bahwa mereka tidak senang dengan hasil pekerjaannya. “tetapi mereka tidak pernah mengatakannya dengan jelas”, kata pendeta Busono, “mereka tidak pernah memberitahukan saya apa yang salah dan apa yang perlu diubah. Saya bekerja dengan anggapan bahwa selama pendeta senior tidak mengemukakan kritik yang keras, dan bahwa selama pekerkaan saya memuaskan dia, maka segala sesuatu beres”.
Tetapi ternyata tidak demikian, pada jam 9 pagi hari, Senin, setelah pendeta Busono pulang berlibur, pendeta senior memberitahukan bahwa pengurus Gereja sudah memecat dia. Tanpa peringatan. Tanpa pemberitahuan, jadi, dapat dimengerti bahwa pendeta Busono menjadi marah dan tersinggung. Berkali kali ia mendapati dirinya bergumul dengan pikiran yang penuh rasa dendam dan kepahitan. Untuk menolong mengatasi perasaannya itu, ia mengadakan pertemuan dengan pendeta senior dan pengurus Gereja. Ia menyatakan isi hatinya yang terluka kepada beberapa anggota pengurus secara pribadi. Ia berdoa, akhirnya ia merasa bahwa ia sudah mengampuni mereka yang terlibat.
Kira kira 5 bulan setelah peristiwa itu, setelah ia memegang jemaat lain di kota lain, pendeta Busono pergi ke sebuah konferensi dan kebetulan bertemu dengan dua orang yang paling banyak menyakiti hatinya. Kemarahan dan kepahitan bergelora di dalam dirinya. Setelah ia pulang dari konferensi itu, ia mendapati dirinya membuang banyak waktu untuk memikirkan luka hatinya dan ia tidak dapat berkonsentrasi dalam pekerjaannya.
Pada suatu siang pendeta Busono menyewa sebuah kamar di sebuah hotel kecil, lalu ia menghabiskan 24 jam yang berikutnya untuk membaca Alkitab dan buku buku lain mengenai pengampunan sambil merenungkan semua itu, berdoa dan berpuasa. Pengalaman ini merupakan kunci untuk mematahkan kuasa ketidakbersedian untuk mengampuni di dalam hidupnya.
Ketika ia memandang ke belakang kepada pengalamannya, ia melihat bahwa diperlukan waktu hampir 6 bulan sebelum ia sungguh sungguh dapat mengampuni dan hampir 10 bulan sebelum ia merasa bahwa ia dapat mengatasi luka hatinya dan menjalankan kembali suatu kehjdupan yang wajar. Bagi pendeta Busono pengampunan merupakan suatu proses.
Bagi Ella Jo Sadler pengampunan juga memerlukan waktu. Di dalam bukunya Murder in the afternoon, ia menceritakan bagaimana 2 pemuda membunuh ayah dan teman baiknya dan berusaha untuk membunuh ia dan ibunya hanya karena para pemuda itu ingin mencuri mobil mereka. Baru 11 tahun setelah peristiwa itu ibu sadler dapat mengatakan bahwa ia sudah mengampuni mereka yang terlibat.
Bagi beberapa orang , pengampunan adalah suatu pergumulan yang memerlukan waktu. Bagi beberapa orang lain, hal itu dapat terjadi dengan segera. Beberapa kali saya diminta untuk menerangkan langkah langkah yang saya ambil supaya saya dapat mengampuni pembunuh Diane. Saya tidak dapat melakukan hal itu karena bagi saya pengampunan itu merupakan reaksi spontan. Demikian juga dengan suami dan kedua anak saya. Saya tidak mengingat kalau kalau ada saat dimana kami semua duduk dan memutuskan, “tidak ada gunanya memusuhi pembunuh putri kami karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan. Yang harus kita lakukan ialah mengampuni”. Pengampunan itu sudah ada di hati kami dan kami percaya bahwa itu adalah mujizat. Ini tidak berarti bahwa saya ini istimewa, atau keluarga kami ini istimewa, atau bahwa kami ini unik.
Pertemuan Corrie ten Boom dengan penjaganya dulu di Kamp konsentrasi nazi di ravensbruck merupakan contoh lain tentang pengampunan spontan. Corrie ten boom baru saja berbicara pengampunan di sebuah Gereja di Jerman. Setelah kebaiktian, penjaga itu menghampiri dia dan minta agar corrie mengampuni dia. Corrie, tidak merasa ingin mengampuni, tetapi ia memilih untuk mengampuni.
Ia merenungkan hal itu kembali, “dan, demikianlah dengna kaku dan tanpa perasaan, secara otomatis, saya mengulurkan tangan saya pada tangan yang diulurkan kepada saya. Dan ketika saya melakukan itu suatu hal yang ajaib yang sama sekali tidak terduga terjadi. Getaran atau kekuatan itu dimulai di bahu saya lalu meluncur ke sepanjang lengan saya dan tercurah pada tangan kami yang sedang berpeganggan. Dan setelah itu kehangatan yang menyembuhkan itu seolah oleh membanjiri segenap diri saya, membuat air mata saya berlinang”.
“saya mengampuni anda, saudaraku”, seru saya, “dengan segenap hatiku”.
Pengampunan dapat terjadi dengan segera atau dapat juga merupakan pergumulan yang hebat dan lama. Saya tidak mengetahui dengan pasti mengapa Allah memilih untuk bekerja dengan cara yang berbeda di dalam kehidupan orang orang yang berlainan. Saya kira itu mungkin ada hubungannya dengan latar belakang keluarga kita, temperamen kita, kepribadian, kedewasaan rohani, dan bahkan jenis pelanggaran atau perisitiwa peristiwa yang melukai hati yang terlibat di situ.
Berapa lama diperlukan waktu untuk mengampuni? Tidak ada jawaban yang tepat. Untuk beberapa orang mungkin dapat terjadi dengan segera. Bagi orang lain, mungkin diperlukan waktu berbulan bulan, atau bertahun tahun. Tetapi kita dapat mengampuni dan itu bermanfaat. Waktu yang dipergunakan untuk itu tidaklah dibuang dengan sia sia.
PENGAMPUNAN BERARTI….
Pengampunan berarti respons kita secara emosional terhadap orang yang melukai hati kita sudah berubah dari negative menjadi positif…
Pengampunan berarti kita mengalihkan tanggung jawab untuk menghukum itu kepada Allah
Pengampunan berarti kita tidak berhenti memandang orang yang melukai hati itu, “sebagai seorang manusia, kita tidak menganggap dia sebagai orang yang sudah tidak dapat diharapkan lagi, dan tidak menutup kesempatan bagi dia untuk memperbaiki diri terhadap kita”…
Pengampunan tidak berarti mencoba untuk lebih dahulu mengajar orang yang melukai hati kita itu baru kemudian mengampuni, atau kita menuntut suatu ganti rugi atau kita berlaku seolah olah hal itu tidak pernah terjadi, atau seolah olah hal itu tidak melukai hati kita.
Pengampunan tidak berarti bahwa tidak aka nada konsekuensi, tidak berarti tidak ada yang harus dikorbankan, atau tidak ada akibat yang harus ditanggung. Saya mengampuni tom, tetapi diane tidak hidup kembali, judy mengampuni, tetapi penglihatannya tidak pulih kembali, demikian juga dengan pendeta Busono tidak memperoleh kembali pekerjaannya ketika ia mengampuni. Jika ada suatu peristiwa yang melukai hati selalu ada yang harus dikorbankan, selaqlu ada akibat yang harus ditanggung. Jika orang yang melukai hati itu dihukum atau dituntut untuk menanggung perbuatannya, maka itu adalah keadilan. Tetapi jika orang yang hatinya dilukai menanggung akibatnya, tidak menuntut balasan dari pribadinya, dan mengalihkan tanggung jawab untuk menghukum kepada Allah, itulah pengampunan.
SAYA TAHU SAYA SUDAH MENGAMPUNI APABILA….
Saya tidak lagi mempunyai buah ketidaksediaan untuk mengampuni di dalam kehidupan saya.
Saya dapat membicarakan tentang peristiwa yang melukai hati saya itu tanpa menjadi marah, dendam atau merasakan kepahitan
Saya dapat membicarakan tentang orang yang melakukan pelanggaran atau yang melukai hati saya itu tanpa merasa muak
Saya dapat mengharapkan hal yang baik terjadi pada orang yang melukai hati saya
Saya dapat memandang mata orang yang melukai hati saya dengan kasih yang benar dan jujur di dalam hati saya
Saya dapat mengunjungi tempat peristiwa itu terjadi tanpa mempunyai reaksi yang negative
Saya dapat berbuat baik kepada mereka yang melukai hati saya
Saya dapat bersukacita…
By Goldie Bristol & Carol McGinnis
0 Response to "Bagaimana Caranya Mengampuni? Part 3"
Posting Komentar